Bab 54 𓋼𓍊

26 7 40
                                    

Merasa kakak dari Lyliu yang baru saja ia hubungi tadi tak kunjung datang, Denissa memutuskan untuk kembali memberikan kabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa kakak dari Lyliu yang baru saja ia hubungi tadi tak kunjung datang, Denissa memutuskan untuk kembali memberikan kabar. Gadis yang menjadi topik perbincangan mereka belum ditemukannya. Lyliu benar-benar sudah tidak ada di sekitar sana. Sementara Zian masih memiliki sedikit kesadaran. Ponsel milik kekasihnya yang ia bawa, berdering beberapa kali. Panggilan dari Denissa langsung diterimanya.

Denissa
"Kak, di mana? Kenapa lama sekali?"

Zian dari ponsel Lyliu
"To-tolong—"

Panggilan mereka terputus. Ponsel Lyliu kehabisan baterai. Hal itu dibersamai dengan Zian yang terhimpit pada puing-puing mobilnya, mulai berat untuk membuka mata. Beberapa titik darah di wajah Zian terasa hangat. Matahari senja menembus masuk ke dalam mobil yang sudah remuk bagian depannya. Pria itu sudah putus asa untuk menunggu lebih lama lagi bala bantuan.

Sementara Denissa merasa ganjal. Apa yang terjadi? Suara serak seakan meminta pertolongan secepatnya. Gadis itu baru saja teringat. Bukankah kakak Lyliu adalah Rawa? Di kelas Rawa selalu menganggap Lyliu sebagai adiknya. Semua pun tahu itu. Namun, cara membalas pesannya berbeda. Sungguh tidak seperti Rawa pada biasanya. Denissa langsung berniat chat pribadi pada nomor milik Rawa. Ketika dilihat, ternyata pemuda yang dimaksud sedang dalam keadaan online.

Tanpa menunggu waktu lama, Denissa langsung mengutarakan maksud tujuannya. Ia bahkan menjelaskan dan bertanya siapa yang sedang memegang ponsel Lyliu. Tentu saja dengan segera Rawa merespon pesan yang sangat urgent tersebut. Pemuda itu langsung tahu, bahwa yang dimaksud Denissa adalah Zian—kakaknya. Namun apa? Kakaknya meminta pertolongan? Bergegaslah Rawa untuk pergi melihat apa yang terjadi.

Lain sisi, Belva yang pulang dari kantor menuju rumah, melewati jalanan yang sekarang sedang ramai. Belva bersama sopir Car online melewati kejadian. Mereka sempat membangun topik singkat tentang kecelakaan yang ada di depan. Atensi Belva teralihkan ketika melihat mobil hitam yang biasanya ia gunakan. Meski setengah sudah dalam keadaan hancur, pria itu masih bisa mengenalinya dengan jelas. Terlihat pula seorang pria berbaring terhimpit tak berdaya.

"Pak, bisa ke samping sebentar?" pinta Belva segera.

"Ada apa, Mas?"

"Saya kenal dengan yang ada di mobil tadi," jawab Belva dengan keadaan setengah panik.

"Sungguh? Baiklah, Mas." Sopir tersebut langsung memutarkan stir mobil ke arah kiri.

Tanpa berkata apapun, Belva langsung bergegas lari menuju beberapa kerumunan dan kemacetan. Bahkan banyak yang mengambil foto kejadian. Sopir car online juga ikut mengejar pelanggannya. Wajah Zian dengan coretan cairan merah segar terlihat jelas. Belva membulatkan matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Beberapa kali pria itu mencoba membangunkan kakaknya. Air mata Belva sudah tak dapat dibendung.

Mao's Journey [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang