EKSTRA PART

34 7 68
                                    

Syuadina mengetuk pintu kamar Mazira beberapa kali hingga mendapatkan respon dari pemilik kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syuadina mengetuk pintu kamar Mazira beberapa kali hingga mendapatkan respon dari pemilik kamar. Setelah pintu terbuka, tanpa basa-basi Syuadina langsung menyerahkan sebuah amplop merah terang berukuran kertas A5 dengan perpaduan warna emas di beberapa pelipit dan desainnya. Wanita berusia hampir dua puluh sembilan tahun itu beberapa detik menatap adiknya yang baru saja bangun tidur. Dengan keadaan rambut berantakan dan wajah yang mulai sedikit kusam dengan beberapa bintik jerawat muncul di dahi serta pipi Mazira.

"Undangan untukmu," ucap Syuadina sembari menyodorkan amplop tebal tersebut.

Mazira melihatnya dengan malas. Mata sembabnya, kantong mata yang mulai menghitam membuat perubahan yang besar bagi diri seorang yang menggemari dunia fashion. Karena terlalu lama menerima undangan, Syuadina segera menarik tangan adiknya dan membiarkan Mazira menerima secara paksa.

"Lihatlah dirimu. Sudah cukup kau tidak merawat diri seperti ini. Masih banyak pria lain selain Zian. Kau masih dua puluh enam. Tidak terlalu tua sepertiku untuk mencari seorang kekasih. Kau butuh uang lebih untuk perawatan? Pakai uangku! Atau jika kurang bisa aku telpon papa."

"Kau tidak mengerti rasanya, karena kau tidak pernah mencintai laki-laki sedalam ini. Mending diam saja daripada membuat telingaku sakit!" bentak Mazira terdengar keras hingga lantai dasar. Perdebatan mereka diakhiri dengan bantingan pintu yang sangat keras dilakukan oleh Mazira.

Mazira berdiri di depan meja rias, sembari menatap wajahnya di kaca. Sungguh, ini bukanlah hal yang diinginkannya. Meletakkan amplop merah tersebut di dekat botol skincare yang tersusun rapi. Mazira memegangi pipinya, ia merasakan beberapa benjolan yang membuat dirinya jijik sendiri. Bukannya menyalahkan dirinya karena beberapa bulan tidak merawat diri, Mazira justru menyalahkan keluarga Zian. Ia merasa dikhianati, khususnya oleh Nai Nai yang seenaknya membatalkan perjodohannya dengan Zian.

Sesuai beberapa menit menghadap kaca, atensi Mazira teralihkan pada amplop merah yang diberikan oleh Syuadina. Wanita itu membuka amplop, terlihat dua kertas tebal yang berada di dalamnya. Tanpa menunggu waktu lama, Mazira mengeluarkan dua kertas tebal tersebut secara bersamaan. Melihat sejenak secara bergantian. Wajah Mazira merah membara. Emosinya seakan memuncak secara tiba-tiba ketika melihat dua kertas yang saling bersebelahan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mao's Journey [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang