Lyliu usai menyiapkan hidangan untuk keluarga tersebut. Menu kali ini simpel dan tidak begitu sulit. Ia memanfaatkan sayuran di halaman rumah Zian. Capcay yang baru di racik dengan bumbu dan sentuhan keahlian memasaknya menghadirkan aroma yang harum dan kelihatan begitu lezat.
Rawa berlari dari kamarnya menuju lantai dasar guna membantu Lyliu. Namun, ia telat sebab hidangan sudah tertata rapi di atas meja makan. Semua pekerjaan itu dapat diatasi gadis lugu tersebut dengan mudahnya. Selain capcay, Lyliu juga menyiapkan nasi beras merah yang masih mengepul itu. Tiga mangkuk capcay, tiga piring nasi, sepiring besar tahu tempe yang sudah digoreng, sepiring besar pula buah pir, juga tiga gelas jus jeruk telah menunggu jadwalnya disantap.
Agar terlihat membantu, Rawa mengisi secerek air mineral dari dispenser air. Wadah berbahan kaca berisi air minum tersebut diletakkan di tengah dekat dengan piring buah. Belva tidak terlihat di rumah itu. Memang waktu Zian pulang dari rumah sakit, Belva sekalian juga pulang. Sebab kakak angkat Rawa tersebut harus membersihkan rumah dan memasak untuknya dan Hansen.
Zian turun tangga seperti bisa dengan menampakkan wajah datar andalannya. Lyliu yang dari dapur langsung sedikit berlari untuk menjemput tuannya. Bertujuan menuntun saja, tidak lebih. Rawa sibuk akan ponselnya, langsung tersadar saat Lyliu berlari ke arah tangga menuju lantai atas. Sebelumnya pemuda itu memang tidak menyadari bahwa Zian sedang sedikit kesusahan menuruni tangga.
"Tidak perlu. Saya masih sanggup," ucap Zian seraya menghentikan Lyliu dan Rawa yang hampir menyentuh tangannya.
Otomatis kedua anak SMA itu minggir di sudut tangga, seakan membukakan jalan untuk seorang pangeran. Zian duduk di tempatnya, diikuti Lyliu dan Rawa. Saat akan menyendok capcay, tuan pemilik rumah begitu terkejut. Isiannya full sayur dengan kuah yang kental. Sempat berpikir sejenak, capcay buatan Lyliu ini berbeda dengan yang lainnya. Faktanya tidak ada tambahan baso ataupun sosis, melainkan diganti dengan daging ayam langsung.
Zian tersenyum dan langsung tanpa segan mencicipi hidangan Lyliu tersebut. "Dari mana Anda belajar memasak?"
Lyliu yang baru mulai memegang sendok langsung mengurungkan niatnya untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Tidak enak, ya, Tuan?"
"Ish, Kau ini. Lihat ekspresinya, Mao! Dia kegirang itu," sahut Rawa yang isi capcaynya sudah tersisa separuh.
"Aku kira nggak enak. Soalnya baso sama sosisnya aku ganti," jelas Lyliu.
"Justru lebih baik." Zian menanggapinya dan langsung melanjutkan sesi makannya. Lyliu juga mulai menyusul mereka berdua.
Rawa sudah membersihkan seluruh isi mangkuknya. Seusai meminum segelas jus jeruk, jemarinya langsung beralih mengambil buah pir yang sudah terpotong. "By the way, Kak, Mao mau mengikuti perlombaan memasak tingkat umum. Izinkan dia, ya, please."
"Silakan," jawab Zian singkat.
"Sungguh?" Ekspresi Rawa girang.
"Berapa biaya pendaftarannya?" tambah Zian pada obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Novela Juvenil[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...