[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎]
Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil hitam yang ditunggangi Lyliu, Rawa dan Belva mulai keluar dari gerbang perumahan elite dan memasuki kepadatan jalan Jakarta. Kali ini Belva sendirian tanpa teman di kursi depan. Rawa lebih memilih duduk bersama Lyliu di kursi belakang kemudi. Pemuda SMA tersebut tak terkira berapa sering ia mengamati gadis di sebelahnya. Bahkan beberapa detik tanpa kedip ia gunakan agar tidak melewatkan aura kecantikan yang dipancarkan Lyliu.
Rawa beberapa kali menyalakan kamera di ponselnya, kemudian mendekatkan dirinya pada gadis itu dan wajah mereka berdua tergambar jelas di layar ponsel. Beberapa kali jepretan telah diluncurkan. Belva yang di balik punggung ponsel tersebut merasa terasingkan. Kedua muda-mudi SMA itu asyik sendiri. Bukan, melainkan hanya Rawa saya yang menekankan suasana gembira. Pasalnya, Lyliu hanya diam dan menurut apa gaya selanjutnya yang akan diperintahkan Rawa untuk berpose.
"Kak Zi tidak dapat undangan juga?" Lyliu mencoba mengalihkan kondisi Rawa yang semakin menggila dengan jepretannya.
Rawa menarik kembali ponselnya dan meletakkan di saku jasnya. "Dapat. Justru dia dapat undangan yang spesial. Tapi, kondisi Kak Zi belum pulih sepenuhnya. Jadi dia memberikan kuota undangan itu pada Kak Belva."
Seusai mendengar kalimat Rawa, Lyliu semakin penasaran. Seberapa eratkah hubungan tuannya dengan keluarga Tivany. Pikirnya selalu tidak karuan. Gadis itu ingin segera menghilangkan firasat buruknya. Ia tidak rela nantinya jika ada wanita lain yang menggantikan posisinya. Pasalnya, hati gadis remaja tersebut sudah dipenuhi oleh tuannya. Meskipun nanti Lyliu juga pasti akan kalah jika keputusan akhirnya wanita yang bersama dengan Nai Nai waktu di rumah sakit, akan menjadi pendamping Zian. Namun, tidak ada salahnya Lyliu masih ingin memperjuangkan kisahnya.
🎐
Belva terlihat andal dalam memarkirkan mobil hitam itu di keramaian halaman rumah Tivany yang sekarang dipadati oleh mobil berbagai merk. Terlihat sudah hampir tiga perempat tamu undangan sudah hadir. Mereka bertiga belum terlambat, tetapi halaman luas dipenuhi tanaman dan dekorasi itu sudah penuh dengan remaja SMA. Langit nampak hitam pekat dengan taburan bintang dan cahaya bulan sejauh mata memandang.
Belva turun pertama kali lalu berlari ke sisi kiri bagian mobil dan membukakan pintu untuk Lyliu. Rawa pun sama, segera turun dari mobil dan berlari menjumpai kakak angkatnya. Lyliu bak dilayani oleh dua pangeran yang saling mengulurkan tangannya. Kejadian ini membuat hampir seluruh tamu undangan yang berada di taman melihat mereka. Mereka bertiga sekarang menjadi sorotan utama dibandingkan Tivany yang sudah berdandan cantik berdiri di sebelah kue tinggi bersama teman-temannya.
"Eh, aku bisa sendiri," ungkap Lyliu sembari berusaha membuat ujung sepatu pantofelnya menyentuh tanah.
"Kita 'kan, di pesta, jadi sekarang kau jadi tuan putri, Mao," sahut Rawa.
"Aku mah, tidak pantas," Lyliu menolak kalimat Rawa.
"Daripada memperlambat waktu, lebih baik kalian berdua segera jalan. Aku akan mengikuti dari belakang," Belva menambahkan anak kalimat agar tidak terlalu lama mereka bertiga menjadi pandangan oleh para tamu.