Matahari tampak kembali seusai menyapa belahan dunia. Zian belum terlihat pulang. Lyliu sudah membereskan rumah. Sapu dan alat pel tersusun rapi di samping tangga bawah. Ia memang belum mengembalikan ke gudang, karena lebih dulu menyahut toples berisi butiran-butiran seperti sereal. Ikan-ikan di kolam kecil dekat tangga sudah siap menyantap makan sorenya.
Tawa kecil terlukis indah di wajah gadis tersebut. Rawa turun dari tangga dengan tergesa-gesa. Napasnya tak karuan. Kali ini bukan hanya Lyliu yang dikagetkan oleh pemuda itu. Melainkan mereka berdua sama-sama dibuat kocar-kacir. Hampir saja toples berisi makanan ikan terjatuh dan bertabur di atas kolam. Sungguh menjadi kenikmatan tiada duanya bagi para ikan.
"Rawa!" Lyliu meninggikan nada bicaranya.
"Huh, syukurlah sudah Kau beri makan."
"Bisakah, sehari saja jangan membuat jantungan." Gadis tersebut begitu marah karena ia tidak mau berbuat masalah pada tuannya.
Tangan Rawa bersandar pada pegangan tangga. Sambil mengusap keringat di wajahnya, sepenggal kalimat terucap dari bibirnya. "Kamu jantungan kenapa? Karena ketampananku?"
"Orang gila!" Lyliu membuang muka pada pemuda itu dan menutup toples lalu meletakkan kembali di tempatnya.
Berjalan menjauh dari Rawa kemudian mengambil sapu dan alat pel yang akan ia kembalikan di dalam gudang. Karena kedua tangganya penuh, Lyliu membuka pintu gudang dengan tumit tangannya. Sedangkan Rawa sedari tadi melihat gadis tersebut, baru sadar atas barang apa yang dibawa oleh adik angkatnya.
"Mao, tunggu! Beberapa hari ini kau menggunakan sapu dan alat pel manual?"
"Lalu? Aku harus menggunakan apa?" tanya Lyliu tanpa menoleh pada Rawa.
Adik dari tuan pemilik rumah langsung berlari kemudian masuk ke gudang. Ia mendekati sebuah barang bewarna hitam. Tanpa menunggu lama, jemari tangannya langsung menyahut barang tersebut. Rawa menatap Lyliu aneh. Alis beserta dahinya berkerut.
Sang gadis hanya membalasnya penuh tanda tanya. Asing. Ia tidak pernah melihat barang yang dipegang Rawa sebelumnya. Menunggu pemuda di hadapannya tak kunjung berbicara, Lyliu menyipitkan kedua mata. Temannya tersebut langsung menyalakan alat yang dibawanya dan membawa ke luar gudang.
"Lihat!"
Lyliu mengikuti Rawa dan melihatnya dengan serius. Beberapa kali, maju mundur gerakan telah dipraktikkan oleh adik dari tuan pemilik rumah. Bibir Lyliu sedikit terbuka. Dirinya menganga kagum dengan alat itu sampai beberapa detik tanpa berkedip.
"Ini, kenapa Kau tidak menggunakan vacuum cleaner?" celetuk Rawa membuyarkan Lyliu dalam kekaguman.
Mata Lyliu sedari tadi sempat terbelalak dengan cepat kembali dalam mode mata yang begitu sayu. Ia sedikit kesal dengan kalimat pemuda di hadapannya. Mengapa begitu entengnya bercakap sedemikian rupa. Gadis itu langsung melontarkan pembelaan sedikit tidak diterimaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Teen Fiction[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...