Seusai menyapu serta mengepel lantai seluruh bagian rumah, tidak lupa Lyliu juga merapikan buku dan kertas yang berhamburan di ruang perpustakaan. Sesekali memandangi tanaman hijau dari kaca. Teringat pula foto perempuan itu.
Berdiam sendirian di rumah besar, membuatnya bosan. Dari pagi hingga siang telah ia habiskan untuk mencari kesibukan di setiap sudut rumah. Akan tetapi, gadis tersebut tetap bersyukur, selagi bisa tinggal dan bekerja di sana.
Pukul dua siang, Lyliu duduk di sofa pada ruang tamu. Memperhatikan meja yang dihiasi taplak cantik dan vas bunga beserta isinya. Tangannya yang usil, tidak bisa diam untuk mencabut kemudian memandangi sejenak dan meletakkan kembali bunga imitasi tersebut.
"Mao! I'm back home!" Suara lantang terdengar dari pintu utama.
"Rawa! Kebiasaan ngagetin mulu!" umpat Lyliu kesal.
"Aduh, maaf. Lagian sekarang ada yang jagain rumah, kalau aku pulang nggak sepi lagi," kata Rawa sembari meletakkan sepatunya.
Gadis itu hanya diam tanpa berkutik. Teman yang baru dikenalnya memang terlihat ceria. Meskipun sudah beberapa jam di sekolah, tetapi wajahnya yang segar dan bahagia tersebut tidak menggambarkan sebagai seorang siswa pada umumnya.
Langsung naik ke lantai tiga tanpa bercakap lebih lanjut dengan Lyliu. Mungkin anak itu lelah. Terpikir sekilas, bahwa dia di rumah ini untuk bekerja. Bergegas menuju dapur demi menyiapkan Rawa makan siang. Bingung menu kali ini, untung saja sudah memasak nasi. Tinggal lauknya.
Melihat isi lemari es, sosis instan siap saji masih tersisa beberapa biji. Lyliu mulai menyiapkan tempat penggorengan dan menuangkan minyak. Kemudian berniat menyalakan kompor, tetapi yang tertangkap oleh matanya tidak seperti biasanya. Berbeda jauh.
"Kompor apa ini? Tidak ada gasnya."
Rawa menyusul temannya ke dapur. Lagi-lagi dengan cara yang sama, ia mengagetkan temannya. Suara lantang dan tegas memenuhi seluruh lantai satu. Lyliu tidak merespon. Dia sibuk memikirkan caranya menyalakan kompor dan memandangi meja dapur.
Rawa pun ikut diam. Sepertinya ada yang salah dengan gadis tersebut. Sepersekian detik mereka habiskan dengan menyamar menjadi patung. Sungguh terbuang sia-sia waktunya. Tidak tahan untuk saling diam, Rawa mulai membuka pertanyaan.
"Kenapa?"
"Mana gasnya?" tanya Lyliu.
"Itu kompor listrik, Nona," timpal Rawa dengan wajah datarnya.
"Oh, begitu. Lalu bagaimana cara menyalakannya?" Pertanyaan ini membuat pemuda tersebut semakin terheran dan tidak percaya.
"Kau serius baru melihatnya?" Mata Rawa membulat lebar menyertai kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Novela Juvenil[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...