"Wuuuu! Lebih tinggi lagi, Cel!!" seru Reva sambil lompat - lompat dari satu trampolin ke trampolin lainnya. Aksinya itu juga diikuti oleh Ashel. Kadang mereka juga langsung lompatnya ke kolam yang penuh kotak spons gitu sampai kelelep saking dalamnya."Hahaha! Seru banget, Del. Aaahaha!!" seru Ashel pula sambil lompat dengan bergaya.
"Eh, fotoin gue dong, Shel. Tapi yang pas gue lagi diudara tapi." pinta Reva dengan berjalan melipir ngambil ponsel ditasnya.
"Eh, iya ayo. Tapi gantian, ya." sahut Ashel.
"Oke! Nih."
Foto pertama rambut Reva ke atas semua udah kayak model dragon ball. Foto kedua kayak lagi nyemash bulu tangkis. Foto ketiga mulai aneh. Foto keempat makin nggak jelas. Foto kelima adalah aib.
Gantian, Ashel lagi yang di foto. Dan tentunya beda sama pose Reva. Dari foto pertama sama ke lima waras semua.
"Eh, mau foto bareng yang fantastis, nggak?" tanya Reva mengajak.
"Hah? Maksudnya gimana?" - Ashel.
"Ponselnya kita lempar terus kita ikutan lompat tinggi-tinggi." Ide Reva.
"Eh, nggak usah ngadi-ngadi, deh, mbaknya. Nanti hapenya pecah nanges!" - Ashel.
"Yakan tinggal beli lagi. Gitu aja kok repot. Lagian nggak bakal pecah lah. Orang bawahnya empuk begini. Ayo!" Desak Reva lagi.
"Tapi pakai hape lo doang, kan, bukan hape gue?" tanya Ashel lagi memastikan.
"Iya, tenang aja. Hape lo aman, kok."
Dan sudah, Reva pun mulai ancang-ancang untuk melempar ponselnya ke atas. Tidak tanggung-tanggung, lemparannya tinggi banget sampe mentok langit-langit terus bunyi.
"Ih, gila lo ya!!" ucap Ashel sambil menabok punggungnya.
"Cel, lompat, Cel!!" ajaknya dengan diikuti lompatan tinggi-tinggi secara berbarengan. Kemudian memantul bersama dalam beberapa saat. Mereka hampir bertabrakan kalau saja Reva nggak jahil nendang pantatnya Ashel sampai dia tersungkur ke trampolin sebelahnya.
"ADEEELL!!" Teriaknya dengan kesal. Sedang yang ngejahilin cuma ketawa-ketawa doang sambil ngambil hapenya dan kemudian meletakkannya di pinggir area.
Baru saja Reva mau lompat ke trampolin samping Ashel, dengan hasrat penuh dendam, Ashel langsung menarik kaki Reva sampai yang ditarik kehilangan keseimbangan. Tidak berhenti sampai di situ, Ashel juga menyeretnya sampai ke pinggir kolam spons yang kemudian melempar Reva dengan sepenuh nafsu.
Bukannya marah, Reva justru ketawa ngakak.
Ashel yang dongkol sama suara ketawanya lantas lempar-lemparin kotak spons ke Reva. Dan sudah, mereka akhirnya main perang lempar kotak spons sampai ngos-ngosan. Apalagi Reva ambis banget sampai nekat masuk dalam timbunan kotak spons buat nabokin Ashel lebih dekat.
Dua jam berlalu tanpa terasa hingga akhirnya keduanya menyudahi permainan bocil mereka.
"Huh, sumpah. Cape banget gue, Del." kata Ashel yang sudah keluar dari arena dan duduk dibangku.
"Tapi, seru, kan." sahutnya sambil menyodorkan kaleng pocari sweet dingin yang sudah dibukakan. Ia baru saja beli di drink machine terdekat.
"Makasih." sambut Ashel lantas meminumnya.
"Lo laper, nggak?" tanya Reva sesaat meminum minumannya sendiri.
Baru mau buka suara, perut Ashel udah jedag-jedug duluan. Dan itu nyaring banget sampai kedengaran ke telinga Reva. Padahal suasana area tuh udah mulai padat pengunjung.
"Abisin minumnya dulu, deh. Abis itu kita jajan makanan." kata Reva dengan tertawa. Ashel hanya mengangguk lantas meminum lagi sambil sesekali memerhatikan satu keluarga kecil yang lagi asik ketawa main bareng.
Reva melirik dan ikut menatap apa yang sedang diliatin sama Ashel. Sesaat ia jadi teringat dengan obrolan dark mereka kemarin.
"Shel?" panggilnya dengan suara rendah. "Are you okay?" tanyanya.
"Baik, kok. Cuma tiba-tiba flash back aja." jawabnya dengan tersenyum getir.
"Mau keluar sekarang?" tanya Reva hati-hati.
"Bentar, minumnya masih belum abis. Kaki gue juga masih pegel." sahutnya.
Reva mengangguk sambil melihat ke sekitar.
"Dulu, gue juga pernah kayak mereka." Ashel bicara membuat fokus Reva jadi menatap kedirinya sepenuhnya. Reva tak menanggapi, tapi sebisa mungkin ia siapkan telinganya untuk mendengarkan.
"Jalan-jalan bareng papa, mama, bang Irham, dan ka Celine. Kita ketawa-ketawa bareng saat itu. Meski nggak ada yang lucu tapi senang aja. Bang Irham tuh dulu sering banget jahilin gue. Dia suka ngatain gigi gue. Waktu itukan gue abis cabut gigi ya yang gigi depan. Terus ompong gitu kan. Terus diledekin sama dia, ompong - ompong gitu. Terus gue ngadu sama mama sama papa. Ditegur tuh abang gue sampai dicubit, tapi nggak kenceng, soalnya dia ketawa-ketawa aja. Kalau ka Celine kalem banget. Tapi dia suka ngelindungin gue dari aksi kejahilan abang gue itu.
"Hahhh... pokoknya dulu hidup gue rasanya sempurnaaaa banget. Yah, pernah sesempurna itu dulu. Tapi sayang, sekarang semuanya udah jadi tinggal kenangan doang. Dan andai waktu bisa gue putar lagi, gue pengen banget rasanya bersama mereka sehari lebih lama lagi." Tanpa sadar, air mata Ashel jatuh begitu saja. Padahal dia nggak niat mau nangis sama sekali. Apalagi dihadapin Reva. Orang yang suka bikin dia emosi. Tapi juga bikin dia senang kayak sekarang.
"Nangis aja, Cel, gapapa. Nggak semua orang kuat, kok, Cel." kata Reva dengan menepuk pelan pundaknya.
"Hiks!" Reva langsung melepaskan jaketnya dan menutupi kepala Ashel persis seperti yang ia lakukan saat di kafe waktu itu.
"Nangis aja. Nggak ada yang lihat, kok. Gue tungguin." ucapnya pelan.
•••
Ditulis, 6 Juli 2022
Re-edited 8 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2)
Mystery / ThrillerIni bukan kisah tentang hubungan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Bukan pula cerita kehidupan rumah tangga dengan masalah orang ketiga di dalamnya. Ini adalah kisah dimana orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu, justru ad...