Episode. 41

748 60 0
                                    


"Mbak! Mbak Tina!" panggil Ashel ketika keluar dari kamarnya seraya langsung menuju dapur.

"Iya, Non. Kenapa?" sahut mbak Tina dengan tergopoh memunculkan dirinya.

"Aku pengen salad buah, deh, Mbak, tolong bikinin dong." pinta Ashel.

"Yah, buah di kulkas lagi kosong, Non."

"Yaudah, Mbak beli dulu, deh. Aku tungguin. Pengen banget soalnya."

"Yaudah, mbak ke supermarket dulu, ya, Non."

"Oke."

Beberapa menit setelah ART-nya itu pergi dengan menaiki sepeda motornya, Ashel tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia lantas bergegas pergi ke kamar pembantunya tak lupa dengan membawa flash disk dikantung celananya.

Ia tengah mencari di mana mbak Tina menyimpan tabnya.

Sepuluh menit mencari, akhirnya ia temukan tab itu berada di bawah kolong ranjang.

"Yah, pakai sandi lagi." keluh Ashel.

"Maaf ya, mbak. Tabnya aku retas bentar." Gumam Ashel pelan seraya keluarin hpnya dan mulai meretas tabnya mbak Tina. Sesaat kemudian tabnya terbuka dan dengan cepat Ashel langsung mencari file berita yang kemarin dilihat sama mbak Tina.

Belum sempat Ashel menemukan filenya, suara motor mbak Tina kedengaran sudah sampai di bagasi. Kemudian dengan terburu-buru Ashel menyalin semua file yang ada dan langsung mengembalikan tabnya kembali tanpa mencabut FD-nya. Ia akan memikirkan cara untuk mencabutnya nanti sebelum ketahuan mbak Tina.

"Cepet banget, dah." rutuknya.

Ashel sudah kembali ke duduknya yang tadinya berada di sofa dekat dapur.

"Sebentar ya, Non, saya bikinin dulu." kata mbak Tina sesaat meletakkan buah-buahan tersebut ke wastafel.

"Iya." sahut Ashel sekenanya.

Karena ponsel Ashel masih terhubung ke tab. Otomatis ia sekalian nyoba nyari tahu dimana file yang ia cari diletakkan dan dalam folder bernama apa.

Pekerjaan mbak Tina dikit lagi mau selesai. Tepat saat itu Ashel langsung ketemu dengan folder bernama lalat dan didalamnya terdapat banyak sekali berkas atau file berisi berita mengenai kapal karam yang menewaskan satu keluarga kecil.

Ashel lalu beranjak ke area belakang rumah. Sebelumnya sempat ada kolam renang di situ, tapi kini sudah jadi tanah lapang  karena diisi sama pasir dan batu.

Ia masuk ke kamar mbak Tina dari pintu belakang. Dengan cepat ia langsung lepasin FD-nya terus kabur.

"Abis ngapain, Non?" tanya mbak Tina setelah Ashel kembali.

"Enggak. Tadi, aku kira Milky lagi jalan di halaman belakang. Ternyata bukan. Cuma kucing liar doang lagi nyasar masuk." ucap Ashel beralasan.

Mbak Tina hanya mengangguk seraya meletakkan semangkuk salad di meja bar dekat sofa.

"Sisanya saya taruh kulkas, ya, Non. Kalau mau nambah tinggal ambil lagi." ucap mbak Tina.

"Mbak Tina kalau mau juga ambil aja." - Ashel.

"Saya ambil buah utuhnya aja, deh, Non." kata mbak Tina sambil nunjukin satu buar pir.

"Oh, okedeh." Dan sudah, mbak Tina pun lanjut melakukan kerjaannya yang sempat ketunda tadi.

Beberapa suap Ashel makan, ia pun langsung melipir masuk ke kamar.

"Huh, semoga nggak ketahuan." ucapnya pelan sambil mengelus dada. Ini adalah pertama kalinya Ashel melakukan hal seperti itu. Kalau bukan karena rasa penasaran yang tinggi, dia nggak akan lakuin hal itu. Tapi karena ini menyangkut foto keluarganya, ---apalagi jasad mereka sampai sekarang belum ditemukan. Keponya Ashel tuh bener-bener kepo yang level maksimal banget.

Dia langsung ambil laptop dan colokin FD tadi.

"Bisa-bisanya mbak Tina kasih nama foldernya lalat." ucapnya agak sedikit kesal.

Ashel pun mulai mengamati gambar serta video itu satu per satu. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang lagi mau ia lakukan dengan semua file ini. Dia hanya ingin tahu saja apa yang membuat mbak Tina tiba-tiba lihat ini serius banget waktu itu.

Sampai akhirnya Ashel menemukan sesuatu.

____________
__________________
________

"Kita langsung pulang apa cari makan dulu?" tanya Gracia pada Shani saat mereka baru selesai latihan.

Belum sempat Shani menjawab, perutnya lebih dulu mengatakan jawabannya dengan suara gemuruhnya yang lumayan nyaring. Yang punya perut malah nyengir doang.

"Mie ayam mau?" tawar Gracia.

"Ci Shani doang, nih, Ci, yang diajak? Kitanya nggak, kah?" celetuk Callie.

"Ajakin mereka yuk. Sekali-sekali." usul Shani tiba-tiba.

"Yeeee! Ci Shani mau traktir kita, guys!" seru Ella yang mendengar dengan jelas Shani ngomong apa barusan.

"Horeee!" sorak yang lainnya.

"Dih! PD banget bocil-bocil. Siapa yang mau traktir kalian, dah." ucap Gracia dengan muka songongnya.

"Karena kalian udah kerja keras sejauh ini. Jadi aku traktir, deh." kata Shani lagi sambil merangkul bahu Gracia.

"Eh, kita nggak sekalian ngejengukin Marsha, Ci?" tanya Giselle.

"Oh, iya, Matcha! Aku baru ngeh daritadi nggak liat Matcha. Dia kenapa?" - Gracia.

"Marsha lagi sakit, Gee. Katanya tadi malam dia kena tipes." Shani menjawab.

"Apa iya? Cici tau darimana?" - Gracia.

"Dia chat aku." - Shani.

"Ayo, Ci. Buruan kita cari makan. Aku udah laper banget, nih." Buru Amanda dengan mengelus-elus perutnya.

"Iya, Ci. Udah laper banget, nih." tambah Jessi.

"Kita satu mobil aja, kah?" tanya Gracia.

"Masing-masing aja, Ci. Tapi ntar kita yang ikutin di belakang." - Rhaisa.

"Kalian semua satu mobil?" - Shani.

"Aku, Rhaisa, Ella, satu mobil. Jessi, Giselle, sama Manda." jawab Callie cepat.

"Oohh. Yaudah, ayok, kita berangkat." - Gracia.

"Lets go!"

_________________
_________

"Aku titip ini buat Marsha, ya." ucap Anin saat Olla, Flora, Muthe, Reva, dan Kathrina mau beranjak pergi keluar.

"Buat kami nggak ada, Ka?" tanya Olla sambil ketawa.

"Yeuh, kamu mah udah banyak itu dapet diskonan, La." - Anin.

"Bercanda, Ka. Makasih ya, Ka Anin. Semoga makin sukses bisnisnya. Dilancarkan segala urusannya." - Olla. Anin hanya mengangguk menanggapi.

"Makasih, Ka Anin!" kata mereka secara bergantian yang kemudian pada pergi keluar telusurin trotoar yang jaraknya cuma 100meter menuju RS.

"Eh, Rev. Kalau dipikir-pikir, Ashel sama ka Zee kayaknya belum pernah ketemu, nggak, sih. Pasti selalu selisihan kek nggak ditakdirkan buat ketemu gitu." kata Kathrina yang berjalan disebelah Reva.

"Ya terus kenapa emang kalau nggak ketemu?" tanya Reva dengan nada songongnya.

"Sumpah tanggepan lo ngeselin banget, Rev." ucap Muthe yang jalan dibelakang Reva.

"Pantes aja Ashel kadang suka kesel sama nih anak." Olla menambahkan.

"Tapi, kan, Reva emang kayak gitu anaknya. Udah biasa aja, nggak, sih." - Flora.

"Bagus, Flo." kata Reva dengan mengacungkan jempol.

"Eh, guys! Gue tiba-tiba punya ide, deh." ucap Olla ketika mereka sudah sampai di lobby RS.

"Jangan ngadi-ngadi lo, La. Kita lagi di tempat orang sakit ini." - Reva.

"Udah, lo ikutan aja. Apaan, La, idenya?" - Kathrina.

"Jadi, gini...."

•••






Ditulis, 21 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang