Episode. 74

403 40 9
                                    

Saat kedua bola mata itu terbuka, Reva yang tadinya duduk di sofa sambil ngunyah pop mie yang sudah diseduh segera mengampiri brankar Flora.

"Flora!" serunya dengan memegang lengan Flora.

Flora tak menyahut seraya memindai ke sekitar demi menyadari akan keberadaannya sekarang. Setelah dirasa tau kalau dia kini lagi ada di rumah sakit, ia pun membalas tatapan Reva. Wajahnya kusut dengan mata yang sembab. Bisa dipastikan kalau Reva sudah banyak menangis hari ini.

"Mereka pergi, Rev." kata Flora dengan memasang wajah tangguhnya.

Reva yang melihat dengan betapa kuatnya Flora membuat ia jadi kembali meneteskan air mata membayangkan perasaan yang dirasakan oleh Flora saat ini. Pasti sangat menyakitkan menjadi dirinya. Menyaksikan sendiri dengan bagaimana ledakan bom yang dikendalikan dari jarak jauh itu merenggut nyawa orangtuanya dalam hitungan detik sampai akhirnya rata tertimbun oleh reruntuhan.

Detik berikutnya tak ada suara apa-apa selain suara bising dari air conditioner. Reva hanya membenamkan wajahnya di perut Flora dan secara perlahan, air mata itu pun turut tumpah juga.

Rasanya baru kemarin kebahagiaan itu mulai kembali lengkap dalam hidupnya semenjak ibunya menikah lagi dengan Jevanos. Seorang pria mapan yang bekerja sebagai koki disalah satu restoran ternama yang begitu peduli terhadap keluarganya. Rasanya baru kemarin ia melihat sang ayah memberikan kejutan ulang tahun spesial untuk ibunya di sebuah restoran mewah. Rasanya baru kemarin Flora masih merasakan hangatnya dekapan pelukan keduanya pada tubuhnya. Rasanya baru kemarin dahinya dikecup setiap kali berpamitan untuk pergi ke sekolah. Dan rasanya masih baru kemarin tawa itu ada menghiasi wajahhya sebelum semuanya mendadak hilang bersamaan dengan hancurnya kenyataan menjadi kepingan luka yang teramat dalam.

Persis seperti kepingan puzle yang hilang pada salah satu bagiannya. Meski sudah disusun kembali dengan sedemikian rupa, ia tak akan pernah menjadi rangkaian yang utuh lagi.

Apa yang lebih menyakitkan dari kehilangan?

Menyayangi sesuatu yang selalu berujung kematian.

Jika menangis dan berteriak sekencang mungkin dapat membuat sosoknya kembali berdiri di hadapan kita. Flora yakin, ia akan rela  menangis selama mungkin asalkan mereka yang telah pergi dapat kembali lagi. Tapi sayangnya itu tak mungkin. Segala sesuatu yang sudah bertemu dengan kematian, tidak akan pernah kembali lagi. Walau tangisan air mata berubah menjadi air darah sekalipun.

Sebab, segala yang bernyawa akan pasti mati. Entah dengan cara seperti apa sang maut mengampiri.

___________________

Ashel baru saja mengeringkan rambutnya begitu selesai mandi selama satu jam. Tentu saja karena ia mandi sambil nangis. Ketika masih setengah basah, ia beranjak turun ke bawah mengambil makanan karena lapar. Baru saja ia membuka tudung saji, terdengar bel dari pintu rumahnya. Mendapati tak ada mbak Tina di dapur, Ashel pun memencet tombol intercom menanyakan siapa yang datang.

"Kami dari kepolisian. Bisa berikan izin masuk terlebih dahulu?" ucap suara polisi dengan sopan.

"Ada apa, ya, Pak?" tanya Ashel.

"Apa saudari Tina Ramboja ada di dalam?" tanya polisi tersebut.

"Ohh, kayaknya beliau lagi di minimarket, Pak." sahut Ashel.

Ashel tak berbohong, karena ia memang tak melihat adanya sepeda motor yang sering dipakai mbak Tina lagi tidak ada di garasi.

Sekali lagi polisi tadi meminta untuk masuk, kali ini beralasan memeriksa keadaan Ashel demi keperluan penyelidikan. Ashel pun membuka pagar dan mempersilakan para polisi itu masuk beserta dua orang detective.

"Bukannya tadi Bapak lagi nyari pembantu saya, ya?" tanya Ashel dengan wajah tangguhnya. Membuat siapapun yang melihatnya bisa menyimpulkan bahwa berita yang sedang viral saat ini tidak begitu membuatnya terguncang. Entah karena Ashel sudah sangat kuat, atau bisa saja karena ia begitu pandai dalam menutupi lukanya.

"Begini, Nak. Dalam kasus yang baru-baru ini kami temukan. Saudari Tina Ramboja juga turut terlibat dalam kasus pengedaran narkoba yang diselundupkan melalui petani jagung." ucap polisi bernama David.

"Dan kamu juga pasti sudah tahu kan dengan siapa pelaku sebenarnya yang sudah menenggelamkan kapal kalian?" kata polisi yang bernama Jhonny. "Pelaku itu juga adalah orang yang sama mengendalikan keamanan pengedaran narkoba. Ia yang selama ini menjamin keselamatan para pengedar beserta barang-barangnya." tambahnya.

Bagai diserang oleh puluhan peluru tak kasat mata secara beruntun di waktu yang bersamaan, membuat Ashel jadi mematung di tempat duduknya. Sementara diluar, beberapa polisi yang sedang berjaga mendadak ribut lantaran Tina yang menyadari keberadaan mobil polisi yang terparkir di halaman memilih untuk melarikan diri.

"Kamu harus tetap kuat, Dik. Apapun yang terjadi tetaplah bertahan. Kelak, orang-orang yang sudah menghancurkan hidupmu ini akan kami pastikan menerima hukumannya dengan setimpal." kata Detective Hannah yang sedari tadi hanya diam sambil mengusap pelan pundak Ashel.

Ashel tak mengatakan apa-apa. Isi kepalanya kini dipenuhi oleh berbagai macam hal.

Dan sudah, tak lama berselang ia pun berlari ke kamar mandi untuk menumpahkan segala rasa yang bercampur aduk di dalam perutnya.

___________________

Jinan tertawa puas begitu menyaksikan kasus penangkapan Haruto yang kini berhasil meringkusnya. Ia tak habis pikir dengan bagaimana bisa seorang Haruto atau yang lebih dikenalnya bernama Justin itu bisa tertangkap polisi setelah selama sepuluh tahun berhasil bersembunyi. Why?

"Dasar bodoh." ucapnya sambil menyesap secangkir kopi.

Tok! Tok! Tok!
Pintu ruangnnya diketuk oleh seseorang.

"Masuk!" ucapnya masih dengan menatap layar ekstra besar.

James masuk dengan pakaian penuh darah. Untung warna bajunya hitam sehingga warnanya tidak kentara.

"Sekarang sudah 7 hari orang-orang itu disekap dan dibelenggu, Tuan. Mereka pun hanya diberi air dan sekarang tengah bertingkah agresif di dalam tahanan." ucapnya dengan menggunakan bahasa Indonesia.

"Oke! Sudah waktunya untuk bersenang - senang! Sayang sekali anakku tidak bisa diajak bertemu tadi. Padahal, kan, aku ingin mengajarkan ia bagaimana cara memanusiakan manusia dengan cara yang unik." katanya dengan tersenyum smirk sambil berjalan menuju lorong mengarah ke bunker perbatasan diikuti oleh James.

•••












Ditulis, 27 Agustus 2022


AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang