Episode. 69

420 49 9
                                    

Reva dan Azizi menggunakan satu mobil yang sama. Suasana begitu hening dengan isi pikiran ribut yang memenuhi kepala mereka.

Kemarin, saat Reva lagi nyemperin Flora yang sedang berada di toko bunga milik mamanya, ia tak sengaja melihat mobil ayahnya yang melaju kencang didetik-detik terakhir pergantian lampu hijau ke merah. Merasa ada yang tidak beres, Reva pun bergegas buat nyusulin papanya.

Walau Reva sangat jarang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan kalau ia pun juga bisa melaju kencang demi memburu mobil papanya tadi.

Setibanya di depan gerbang sebuah apartement yang ternyata sudah banyak mobil mobil yang berjejer di halamannya. Pandangan Reva tak sengaja bersitatap dengan Azizi yang juga tepat melihat ke arahnya. Kebetulan sekali pada saat itu ia sedang menurunkan kaca jendelanya sehingga mereka pun mengetahui keberadaan satu sama lain.

Semenjak saat itulah keduanya menyaksikan apa yang sedang dilakukan oleh papa mereka dari kejauhan.

Mobil yang dikendarai Reva tidak menuju sekolah, melainkan ke kampung Sinja, tempatnya kemarin mendengarkan cerita dari Kahfi ---anak satu-satunya yang tertinggal dari ajakan aneh oleh beberapa pemuda yang datang ke kampung hari itu.

"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Azizi begitu mobil berhenti tepat di jalan setapak.

"Aku mau tanya sekali lagi sama Kahfi, Kak. Kemana orang-orang itu dibawa. Soalnya aku lupa kemarin tanya." jawab Reva seraya keluar dari mobil lebih dulu.

Merasa penasaran, Azizi pun turut mengikutinya.

"Ka Reva!" panggil Kahfi yang lagi-lagi keluar dari tumpukan seng berkarat.

Azizi yang melihat hal itu langsung tercengang. Ini adalah kali pertama ia melihat secara langsung anak yang tidak seberuntung dirinya dan Reva.

"Kahfi, kaka mau tanya sekali lagi. Kamu masih ingat nggak, orang-orang itu bilangnya mau diajak kemana?" tanya Reva.

Kahfi tak langsung menjawab, ia membuat gerakan seperti tengah mengingat.

"Asrama Hejan kalau nggak salah, Kak." jawabnya kemudian.

"Asrama Hejan?" ulang Reva sambil mengerutkan dahinya. Namanya terdengar sangat asing ditelinga.

"Eh, udah mau jam 7, Rev! Buruan nanti kita telat!" seru Azizi begitu menyadari jam pada arloji di tangan kanannya.

"Kahfi, kalau gitu kaka pamit dulu, ya. Kamu jaga diri di sini. Hati-hati! Kalau ada hal yang menyurigakan lagi, cepat pergi ke tempat ramai. Minta pertolongan sama orang-orang. Jangan sembunyi di tempat itu lagi. Cari tempat aman. Oke?!" ucap Reva dengan menekan kedua pundak Kahfi.

Keduanya pun kembali ke dalam mobil.

"Kaka tadi abis dari mana?" tanya Reva memecah keheningan saat mereka sudah berada di jalan besar. Pasalnya tadi pada saat Reva lagi ngomong sama Kahfi, Azizi melipir lihat-lihat ke sekitar karena baru pertama kali pergi ke tempat seperti itu.

Azizi mengeluarkan ponselnya seraya memperlihatkan foto yang baru diambilnya saat berada di kampung Sinja tadi.

"Foto apa itu, Ka?" tanya Reva dengan menoleh sebentar.

"Merasa familiar nggak sama sarung tangan ini?" tanya Azizi.

Reva tak langsung menjawab karena ia harus memarkirkan mobilnya ke area khusus kelas X.

Setelah itu barulah ia memperhatikan dengan saksama pada foto yang diambil sang kakak.

"Bukannya ini sarung tangan yang biasanya suka dipakai buat praktek ya, Kak. Itu mah bukan familiar lagi. Tapi udah biasa aja kali. Udah lumrah itu mah." kata Reva.

"Ck, bukan warna sarung tangannya, Reva. Tapi logo yang ada di sarung tangan ini!" tukas Azizi dengan mencubit layar dan memperbesarnya.

Sekilas ingatan Reva pada bangunan di tengah sawah saat mereka mengikuti organisasi club aster pun melintas.

LJ.

Sesaat keduanya langsung berpandangan.

"Tunggu dulu. Sebelum kita mencari tahu hal itu. Menurut Kaka siapa orang yang dicari sama papa di apartement kemarin?" tanya Reva mengingatkan.

"Orang yang---"

Tok! Tok! Tok!

"Woy! Bel, woy!!" seru Olla dari luar.

"Yang jelas pasti orang yang bermasalah sama kantor papa, sih, Rev." jawab Azizi dengan cepat.

Reva hanya manggut-manggut dan ia pun segera keluar mobil lantaran Olla gedor-gedor kacanya barbar banget.

"Rev, aku duluan ke kelas, ya!" kata Azizi yang langsung ngacir duluan.

"Ka Zee, ada salam dari Marsha!" teriak Muthe bermaksud menggoda.

"Waalaikumsalam!" sahut Azizi.

Tak lama kemudian, mobil Ashel pun berhenti tepat di samping Reva berdiri. Berbarengan dengan mobil Kathrina yang juga datang bersama Marsha.

Reva memandang sebentar pada mobil itu sembari menunggu Ashel keluar.

"Heh! Dudul! Buruan! Koridor udah sepi, woy!" buru Olla seraya nyeret tangan Reva.

_________________

Kali ini teman sebangku Reva bukan lagi Kathrina. Karena katanya anaknya mau mabar sama Marsha. Mumpung jam pertama gurunya cuma ngajarin sejarah. Jadi, daripada ngantuk, mending sambil main game. Begitu isi kepala Kathrina.

Reva nulis sesuatu pada secarik kertas. Begitu selesai ia masukin kertas itu ke tas kecil yang tergantung di leher boneka mini berbentuk the pooh. Kemudian ia letakkan di atas meja Ashel. Orangnya cuma diam aja daritadi nggak ngapa-ngapain.

Ashel sempat melirik sebentar sebelum akhirnya ia dengan malas mengambil kertas yang tadi dimasukkin Reva.

Jangan marah lagi dong, plissss. Gue janji deh bakal lakuin apa aja. Asal lo jangan marah lagi sama gue.

Begitu isi tulisannya.

Terlihat Ashel tengah menulis membalaskan pesan singkat Reva barusan.

Setelahnya ia melatakkan kembali boneka tadi di hadapan Reva.

Dengan senyuman merekah di wajah, Reva pun antusias mau tau apa jawaban Ashel.

Gue mau lo mati sekarang juga

Reva sontak menoleh dan membulatkan matanya pada Ashel.

"Abis pulang sekolah." ucap Ashel tanpa menoleh.

Dengan sukar Reva menelan salivanya.

Ini serius apa cuma bercanda, sih?







Ditulis, 22 Agustus 2022



Oh, ya!  Terimakasih banyak ya untuk kalian yg masih betah dan bertahan buat nunggu dan baca cerita ini sejauh ini. Sumpah, kalian keren banget. Kenapa? Karena cerita ini tuh nggak ada adegan panas sama adegan cinta2annya sama sekali! Dan kalian tetap mau baca! Woah! Kalian luar biasa 👍 Jujur, sebenarnya aku ada perasaan pengen bikin adegannya kek yg berbau "romance geli2 anjay", tapi... udah mainstream bgt gak sih. Soalnya aku liat2 udah berhambur banyak bgt cerita jeketoy yg temanya cinta2an sama adegan panas. Jadi... aku rasa lebih baik aku tetap bertahan untuk menjadi yg paling beda. Hoho, maaf ya kalau alurnya gak seru.
Sebagai penutup, sekali lagi terima kasih banyak untuk orang2 yg sudah vote sama yg silent readers. Tanpa kalian, mungkin cerita ini bakal sepi kek cerita2 gagalku yg lain.

Jangan lupa vote..

Arigato! 🙏

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang