Pada malam itu, rumah Gistavo tengah ramai dijadikan tempat berkumpulnya para teman dari anak-anaknya yang ingin merayakan Natal bersama. Tak hanya itu, teman dari kantor dan teman istrinya pun juga turut meramaikan rumah tersebut. Pada malam Natal kali ini adalah malam Natal termeriah yang pernah dirayakan oleh keluarga Gistavo. Bagaimana tidak, ada cukup banyak sekali kerumunan manusia yang mampu memenuhi lapangan belakang rumah mereka yang setara dengan lapangan golf itu. Namun tidak sesesak layaknya orang-orang yang ingin menonton konser JKT48 dengan lautan light-stick di dalamnya. Sebab, orang-orangnya masih dapat berlalu lalang sebebasnya.
Apakah relasi mereka sebanyak itu? Ya, bisa dibilang. Karena sebagian juga ada beberapa dari fanbase-nya anak-anak F-High yang diundang. Sekalian mereka juga katanya mau membicarakan tentang menghilangnya leader F-High selama ini. Konon, hilangnya Shani telah menciptakan berbagai-macam teori konspirasi dari berbagai kalangan. Salah satunya yang paling banyak dipercayai adalah teorinya Christy.
Oh, iya, selain merayakan Natal bersama dengan orang-orang yang dikenal. Gistavo juga turut mengundang beberapa anak-anak yatim piatu dari seluruh yayasan yang ada di Jakarta.
Di dalam halaman seluas itu, semua agama dan berbagai macam ras berkumpul. Tak hanya sekedar menikmati pesta saja, mereka juga sekalian belajar untuk lebih saling menghargai lagi akan adanya perbedaan tanpa harus menghakimi satu sama lain.
Gistavo tampak senang memperhatikan orang-orang yang sedang berkumpul tanpa memandang rendah atau mendiskriminasi satu sama lain.
"Syukurlah, kita berada di lingkungan yang tepat, Pa." ucap Dey dengan memberikan segelas air minum pada Gistavo.
"Benar, Ma. Rasanya adem banget lihat semua orang damai begini." sahut Gistavo dengan meneguk minumannya. Tak lupa dengan duduk di salah satu bangku lipat. Karena minum itu tidak boleh sambil berdiri.
Sementara itu di sisi lain, Azizi, Reva dan Anin tengah membakar berbagai macam sate dan juga makanan lainnya seperti seafood. Kalian tidak salah baca, Anin memang se-humble itu anaknya walau perbedaan umur mereka begitu kentara.
Sementara yang menyiapkan piring serta racikan sambal lainnya adalah anak-anak lain seperti Marsha, Ashel, Flora dan masih banyak lagi. Mungkin bisa dibilang nyaris seluruh murid dari sekolah 48 Group berkumpul disatu tempat yang sama.
Sesekali Christy ambil lebih dulu sate yang baru dipindahkan Azizi ke piring. Azizi nggak protes karena satenya ada banyak sekali. Bahkan sampai Christy kekenyangan sate pun sepertinya satenya tidak akan habis-habis.
Sebagian dari mereka yang benar-benar merayakan sedang berkumpul disatu titik untuk berdoa. Sebagian orang lainnya lagi tengah menunggu acara tukar kado maupun yang tidak menyiapkan kado sama sekali. Tidak apa-apa. Karena tidak semua orang tahu bagaimana cara merayakan Natal sebenarnya. Lagipula yang terpenting adalah rasa kekeluargaannya.
"Aduh!" pekik Ashel saat asap beserta kelatu dari tempat pembakaran sate yang lagi dibalik-balik sama Reva tak sengaja masuk ke matanya. Reva yang kebetulan lagi lihatin Ashel daritadi (lantaran pakaian yang dikenakan Ashel terlihat sangat cocok di badannya) sontak jadi yang pertama hampirin Ashel. Ia langsung meniup-niup mata Ashel semampunya.
"Kamu ikut aku, deh, sekarang. Matanya basuh pakai air aja." ajak Reva dengan menggandeng tangan Ashel.
"Perih, Del. Nggak bisa melek matanya." rengek Ashel.
"Yaudah kamu ikutin aja aku. Aku tuntun, kok." katanya dengan berjalan pelan menarik Ashel dari keramaian. Posisi Reva tadi sudah diganti sama Marsha yang lihat mereka sambil senyam-senyum.
Keduanya kini sudah ada di toilet. Dengan telaten Reva guyurin air mengalir ke mata Ashel pakai tangan dengan hati-hati. Tak lupa ia juga mengusapnya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2)
Mystery / ThrillerIni bukan kisah tentang hubungan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Bukan pula cerita kehidupan rumah tangga dengan masalah orang ketiga di dalamnya. Ini adalah kisah dimana orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu, justru ad...