Dua minggu telah berlalu dengan kenyataan dan keadaan yang sudah tak lagi sama. Flora sudah keluar dari rumah sakit sejak beberapa hari yang lalu dengan di jemput oleh Reva dan kedua orangtuanya. Mereka memaksa untuk Flora tinggal bersama mereka saja. Tadinya Flora menolak dan ingin tetap tinggal di rumahnya seperti biasa atau paling tidak tinggal di toko bunga yang ada kamar tinggal yang biasa ditempati ibunya untuk beristirahat. Namun Reva keras kepala untuk ngotot ngajakin Flora tinggal di rumahnya.
Ajakan itu tidak akan berbuah keberhasilan kalau saja Reva tidak melakukan sogokan dengan membelikan action figur dan beberapa kostum anime karakter kesukaan Flora. Itu pun sempat menjadi perdebatan diantara keduanya lantaran Flora merasa, dirinya tidak segampang itu ditukar dengan barang-barang tersebut.
Tapi pada akhirnya, setelah dibicarakan dengan baik-baik, akhirnya Flora yang mengalah.
Dan di sinilah ia sekarang. Duduk di tepi ranjang paling atas ---yang baru dibelikan oleh Gistavo tadi malam karena permintaan Reva yang lebih menginginkan ranjang tingkat di banding ranjang biasa satu lagi.
"Add!!" Reva memekik ketika bangun di bawahnya dan bergerak mau duduk ke tepi ranjang, kepalanya kepentok sama kaki Flora yang lagi menjuntai.
"Makanya kalau bangun, tuh, melek dulu, Dul!" kata Flora yang terkekeh melihatnya dari atas seraya lantas melipatkan kaki.
"Sori, deh, belum biasa tidur di ranjang tingkat soalnya. Masih lupa gue." sahut Reva dengan meregangkan badan.
"Siapa suruh beli ranjang tingkat." kata Flora dengan beranjak untuk turun.
"Ya kan biar berasa kek anak kembar sama lo, Flo." - Reva.
"Kita udah kembar kali, cuma beda ibu doang." ucap Flora yang sesaat jadi tertegun.
"Ehem! Yuk, sholat subuh dulu!" ajak Reva sebelum Flora kembali mengingat hal yang sudah membuatnya trauma.
_______________
Penyelidikan yang sempat dilakukan oleh Freya dan kawan-kawan serta Suga waktu itu, berujung dengan hasil yang sia-sia. Sebab mereka hanya mendapati ruangan kosong disepanjang mengitari isi didalam bangunan tersebut. Bahkan ketika mereka mencoba bertanya pada dua orang yang sempat dibuat pingsan pada saat itupun tak membuahkan informasi apa-apa. Lantaran dua orang itu tak tahu sama sekali mengenai tentang orang-orang yang dibawa ke asrama Hejan.
"Saya yakin, orang-orang itu pasti dibawa ke tempat yang tersembunyi." ucap Suga kala itu ketika mereka berhasil kembali keluar dan berdiri di depan gerbang.
"Apa mungkin mereka di bawa ke tempat club aster?" tanya Indah tiba-tiba.
"Club aster? Club yang diikuti oleh nona Reva dan nona Zee?" tanya Suga memastikan.
Indah mengangguk membenarkan.
"Saya sempat mendengar nama itu ketika mereka minta izin pada Tuan. Meski terdengar seperti bukan organisasi yang ilegal karena katanya yang mendirikan adalah seorang dosen dari universitas ternama, namun mengingat dengan lokasi tempatnya berkegiatan, itu terasa seperti ada sesuatu yang mengganjal. Entah apa itu." - Suga.
"Aku paham maksudmu, Kak. Kita semua juga mencurigai club tersebut." sahut Freya. "Terdengar normal tapi sekaligus janggal dalam waktu yang bersamaan." lanjutnya lagi.
"Mari kita bicarakan hal ini lain kali. Tampaknya masih ada banyak hal yang harus kita diskusikan." kata Suga lagi yang sudah berada di depan mobilnya. Freya, Chika, dan Indah hanya mengangguk dan tak lama kemudian mobil Suga pun berjalan menjauh pergi. Ia dan adiknya memang tidak tinggal satu rumah.
"Huh, aku tiba-tiba jadi punya pemikiran, dengan, bagaimana jika sebenarnya organisasi aster adalah club murni yang kegiatan belajarnya tak ada kaitannya sama sekali dengan kasus misteri orang hilang yang kita selidiki selama ini?" tanya Indah saat mereka masih harus berjalan sedikit lagi menuju mobil yang terparkir cukup jauh.
"Itu jelas tidak mungkin!" tukas Chika yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka.
"Kenapa tidak mungkin? Bisa aja kan---"
"Kamu nggak ingat dengan apa yang sudah Freya temukan sejauh ini tentang helikopter yang sempat tertangkap dikamera satelit? Dan tatapan menyeringainya ketika hanya kita saja yang menyadari saat itu. Dan kamu masih bisa berpikir bahwa club aster tidak semencurigakan itu?" potong Chika dengan wajah yang tampak sangat lelah.
Indah seketika terbungkam begitu mengingat dua hal yang sudah sangat jelas sekali keganjilannya. Lalu kemudian, ketiganya pun tak lagi melanjutkan pembicaraan hingga menaiki mobil dan bahkan sampai akhirnya Freya yang bicara sesaat sebelum menurunkan Indah lebih dulu di depan apartemennya.
"Ka Indah jangan marah, ya. Aku yakin maksud ka Chika ngomong kek gitu tadi cuma mau ngingatin doang, kok." - Freya.
"Iya, Ndah. Aku minta maaf, ya. Mungkin karena seharian ini kita nggak nemuin apa-apa makanya aku jadi capek banget." - Chika.
"Nggak apa-apa, Chik, emang akunya aja kok yang rada-rada anaknya." - Indah.
Dan begitulah perjalanan ketiganya berakhir. Meski begitu, tak membuat mereka berhenti untuk terus menaruh curiga pada kegiatan club aster. Ditambah dengan suatu hari tanpa sengaja, Chika mendengar percakapan Kathrina pada seseorang melalui ponsel. Kathrina pikir pada saat itu ia hanya sendirian di ruangan komputer.
"Kaka yakin mau lakuin hal itu? Gimana kalau kita sampai ketahuan tuan Jake, Ka? Kita semua bakal habis." kata Kathrina berbisik lirih. Padahal mau ia bicara dengan lantang pun suaranya tak akan terdengar sampai keluar. Tapi tetap saja, suaranya tertangkap jelas oleh Chika yang lagi jongkok di bawah meja depan CPU. Ia tadinya berniat mau nyalin sesuatu ke flashdisk. Tapi malah menemukan sesuatu yang baru.
Namun, ia masih bingung sampai sekarang mengenai hal apa yang dimaksud oleh Kathrina dalam pembicaraannya ditelpon waktu itu.
Mengingat ia yang menyebutkan nama Jake yang Chika yakini adalah prof. Jake, pasti hal itu ada kaitannya dengan penelitian club aster. Atau mungkin sesuatu yang lain? Namun, dengan maksud dan tujuan yang sama.
"Aku bakal coba tanyain ke Kathrina, deh, Chik. Tentang siapa orang yang ia panggil kakak selain aku. Karena setahu aku Kathrin itu anak tunggal." kata Indah saat Chika menceritakan tentang hal tersebut padanya.
______________"Jasper! Jasper! Come here!" panggil Kathrina atau biasa disebut dengan nama panggilan Fireballs, pada anjing hitam yang selama ini dilatih untuk menjadi anjing pembunuh. Tapi sampai saat ini Jasper masih belum pernah membunuh manusia secara sungguhan.
"Ayo! Waktunya sekarang kamu untuk praktek dengan mangsa yang sesungguhnya." ujarnya begitu Jasper mengampiri.
Jasper menggonggong kesenangan seolah mengerti dengan apa yang dikatakan Kathrina.
"Hei, bocah kematian! Cepat bawa Jasper kemari. Aku sudah berhasil membujuk Shani datang ke sini. Saatnya bersenang - senang." kata Oniel melalui sambungan interkom yang ada di basement. Interkom itu juga terhubung dengan earphone yang biasa sering dipakai anak-anak meteor.
"Siap, Ketua!"
•••
Ditulis, 1 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2)
Mystery / ThrillerIni bukan kisah tentang hubungan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Bukan pula cerita kehidupan rumah tangga dengan masalah orang ketiga di dalamnya. Ini adalah kisah dimana orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu, justru ad...