Gracia lagi asik motretin kupu-kupu yang lagi beterbangan di sekitar taman belakang sekolahnya ketika Shani datang mengampirinya. Saking fokusnya ia menjepret, sampai tidak sadar kalau Shani sudah duduk di bangku tak jauh dari tempatnya berdiri. Sesekali Shani terkekeh mengamati Gracia yang tampak seakan tengah mengajak bicara pada sekawanan kupu-kupu tersebut. Tingkahnya memang konyol. Namun Shani senang melihatnya seceria itu. Tapi itu hanya sebentar, ---mengingat ucapan Gracia tempo hari mengenai perasaan resah dan gelisahnya, ---serta kunjungan professor Jake ke sekolahnya tempo hari, membuat perasaan Shani turut dibuat khawatir sekarang. Entah kenapa ia seperti menakutkan sesuatu akan hilang dari dunianya. Dalam hal ini adalah sahabatnya, Gracia.Jeprett!!
Lamunan singkat Shani terhenti seketika saat suara kamera dari bidikan Gracia tepat mengarah padanya.
"Woah, bahkan hasil foto pun masih kalah indah dengan aslinya." ucap Gracia begitu menonton hasil jepretannya.
"Sejak kapan kamu sadar dengan keberadaaku, Gee?" tanya Shani dengan tenang.
"Sejak kamu muncul dari arah tangga samping gudang itu." katanya dengan menunjuk ke arah jalan menuju belakang sekolah. Itu artinya dia tetap sadar dengan kemunculan Shani, hanya saja ia memilih diam dan membiarkan Shani bergerak semaunya.
"Aku pikir tadinya aku bisa bikin kamu kaget, Gee."
"Tapi gak bisa, wleee!" ledek Gracia.
"Kamu nggak mau ke kantin, Gee, makan siang?" tanya Shani lagi seraya beranjak mendekat sambil nyoba sentuh beberapa kupu-kupu yang hinggap di salah satu bunga daisy.
"Gampang. Istirahat kedua kan durasinya satu jam. Sekarang baru 10 menit aku di sini." katanya dengan melirik jam tangannya.
"Aku laper." kata Shani pelan.
"Ya makan dong ke kantin. Masa mau makan bunga di sini? Kamu pikir kamu setan cantik?" ucap Gracia dengan nada songongnya.
"Ehehe, apa sih, Gee. Maksud aku kamu temenin aku makan ke kantin." ucap Shani agak sedikit manja.
"Sekarang?" - Gracia.
"Kalau kamu masih mau motret aku tungguin, gapapa." - Shani.
"Yaudah tunggu bentar lagi, deh. Masih nanggung." kata Gracia dengan kembali membidikan kameranya.
Tanpa Shani sadari, Gracia bergerak berjalan sambil menjepret hingga menuju arah tangga samping gudang.
"Woy! Jadi makan, nggak, nih!?" serunya yang bikin Shani kaget. Dia teriak tapi bukan jenis teriakan yang sampai menjerit.
Shani menggeleng pelan pada tingkah sahabat ajaibnya itu. Ia pun beranjak mendatangi Gracia.
"Shania Gracia, nyebelin banget kamu, ya." ujarnya begitu sampai di hadapan Gracia yang hanya menyengir.
________________________
"Del." panggil Ashel pas dia lagi di kantin sama teman-temannya yang lain.
"Oit?" sahut Reva yang lagi ngunyah kerupuk.
"Lo, kalau habis pulang sekolah ngapain aja, sih?" tanya Ashel.
"Ciyeee kepo. Apa maksud, nuich." Oniel yang nyahut. Waketos kita ini emang definisi nganggur beneran, sih. Jabatan doang setingkat satu level kebawah dari ketos, tapi kerjaannya gak ada. Jadi kasian sama yang jadi sekretarisnya. Yang sabar ya.
"Dia mah, nub, Shel. Kerjaannya kalau nggak main sama binatang peliharaan ya paling tidur. Ya, nggak, Dul?" Olla yang jawab.
"Kata siapa, ah. Nggak juga." Reva berkilah.
"Terus apa?" tanya Ashel lagi.
"Ya, seperti yang pernah lo lihat, Shel. Kalau nggak nongkrong di kafe-nya ka Anin ya paling main sama sugar glider gue." jawabnya.
"Makanya, Dul. Ikut ekskul dong biar seru." Kathrina menimpali.
"Kegiatan ekskulnya nggak ada yang gue minatin. Males." - Reva.
"Bukannya lo suka gambar, Del? Kenapa nggak ikut ekskul gambar aja." - Ashel.
"Gak mau. Gurunya nggak cantik." - Reva.
"Hidih!" - Ashel langsung ngusap muka Reva refleks.
"Tapi beneran, Shel. Gue nggak mau. Tapi untung sekarang udah ada organisasi baru, tuh. Club Aster. Gue jadi ada kegiatan sekarang." katanya lagi menambahkan.
"Tapi Club Aster tuh aneh banget tau." kata Olla yang langsung ditatap penuh sama Kathrina dan Oniel.
"Aneh gimana maksud lo?" tanya Oniel selaku ketua yang ditunjuk pada organisasi tersebut.
"Ya aneh aja. Masa cuman mempelajari ilmu begitu sampai harus jauh-jauh pergi ke tengah sawah segala. Padahal sekolah kita kurang luas apa coba." - Olla.
Selagi mereka sibuk ngobrol, Reva ngeh sama bekas luka iris yang ada di telunjuk tangan Ashel. Dia meraih sampai buat Ashel kaget. Tapi Reva tidak peduli seraya mengamati luka tersebut sebentar.
"Lain kali hati-hati." katanya pelan dengan menoleh ke Ashel sambil lepasin tangannya ke semula.
"Iya." jawab Ashel tak kalah pelan.
"Weh, ada diskon buku novel baru lagi, weh!" seru Kathrina yang sedari tadi makan sambil main hape.
"Lama-lama lo ngumpulin buku ntar bisa punya perpustakaan kayak bapak gue, Kath." Reva menimpali.
"Tapi perpustakaan bapak lo nggak cuma novel doang isinya, Dul." sahut Flora.
"Memang. Makanya, jangan heran kalau gue selalu jadi juara bertahan di sekolah." kata Reva penuh percaya diri seraya meletakkan jari jempol dan telunjuknya di dagu.
"Mau dong main ke perpustakaan lo, Del." kata Ashel tiba-tiba.
"Boleh. Hari ini aja apa kita?" sahut Reva.
Ashel mengangguk seraya tersenyum dalam diam.
Akhirnya, gue punya kesempatan. Cepat juga ya. Baru tadi malam direncanaain.
••••
Ditulis, 11 Agustus 2022
Hai readers! Apa kabar?
After Rain balik lagi nih, buat temenin sore-malam kalian dengan cerita yg (insha Allah) ada maknanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2)
Mystery / ThrillerIni bukan kisah tentang hubungan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Bukan pula cerita kehidupan rumah tangga dengan masalah orang ketiga di dalamnya. Ini adalah kisah dimana orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu, justru ad...