Prolog

6.7K 270 1
                                    

"Gee! Tunggu! Aku mau ngomong!!" panggil Shani dengan menyentak tangan Gracia agar ia tak langsung pergi dari ruangan itu.


Gracia menepis tangan Shani dengan kasar. "Jangan pernah bicara sama aku lagi!" ucapnya dengan sarkas seraya menatap mata Shani dengan wajah gusarnya. "Dasar pembunuh!"

Plak!
Shani menampar wajah Gracia dengan keras bahkan sampai merobek ujung bibirnya.

"Sakit? Sadar nggak kamu dengan apa yang kamu bilang barusan, hah!?" ujar Shani tak lagi dapat menahan emosinya.

"Yang harusnya sadar atau nggak itu kamu, Shan! Bukan aku! Kamu---" Gracia ingin meninju wajah Shani, tapi tangannya berhenti di udara. "Shit!" lanjutnya dengan muak kemudian berlalu meninggalkan Shani yang tak lagi mendengarnya.

"Puas sekarang, Shan?"

______________________

Kurang dari satu detik saja Reva tak langsung menarik ujung baju Ashel, anak itu mungkin sekarang sudah terkapar tewas bersimbah cairan merah kental di bawah sana.

"LO JANGAN GILA, SHEL!! NGGAK ADA SATU PUN MASALAH YANG BISA DISELESAIN DENGAN CARA BUNUH DIRI!" teriak Reva dengan seluruh emosinya.

"Lo nggak tau apa-apa, Del. Lo nggak ngerti apa-apa gimana rasanya jadi gue." sahut Ashel dengan kembali menuju tepian sisi gedung.

"ASHEL, STOP!!"

"Mending sekarang lo pulang, deh. Anggap lo nggak pernah lihat gue ada di sini." kata Ashel dengan santainya. Tapi tindakannya sama sekali tidak santai.

"Nggak! Gue nggak akan pergi sebelum lo balik lagi ke sini!"

"Ck, Del. Ini tuh hidup gue. Ini pilihan gue. Dan--- ADEL, LEPASIN!!" belum selesai Ashel bicara, Reva langsung memeluknya dan menyeretnya untuk lebih menjauh dari tepian gedung tanpa pembatas itu.

"ARGH! BERHENTI DI SITU ATAU GUE JUGA IKUTAN LOMPAT!" Ancam Reva begitu tangannya digigit hingga membekas dan berdarah.

Ashel tak menghiraukan seraya lantas mengambil ancang-ancang untuk melompat.

"ASHEL, HIDUP KITA TUH SAMA! KITA SAMA SAMA PERNAH KEHILANGAN ORANG YANG KITA SAYANG TEPAT DI DEPAN MATA, SHEL!  GUE TAU RASANYA JADI LO, SHEL! GUE PAHAM! TAPI, PLEASE! PLEASE! JANGAN BUNUH DIRI GUE MOHON!!"

__________________

Setelah pertemuan di sel itu, Marsha pun kembali diantar oleh Zee untuk pulang. Tidak ke rumahnya melainkan ke apartemen milik Zee.

"Kenapa kita ke sini, Ka?" tanya Marsha saat ia tiba di depan pintu unit.

"Mulai sekarang, lebih baik kamu jangan pulang dulu ke rumah, Sha. Aku nggak mau kamu bakal akan mengingat memori buruk mengenai hal yang sudah terjadi. Tenang aja. Kamu nggak akan sendirian kok di sini aku bakalan---"

"Ka." potong Marsha dengan menatap penuh ke wajah Zee. "Aku tahu Kaka baik. Kaka punya segalanya. Tapi ini berlebihan, Ka. Apalagi jika hanya sekedar alasan permintaan maaf dari perbuatan yang bukan dari kesalahan Kaka. Aku nggak bisa terima semua ini, Ka. Aku ngga suka dikasihani."

"Tapi aku sama sekali nggak lagi mengasihani kamu, Marsha. Aku melakukan ini semua karena aku peduli sama kamu. Kamu teman aku. Kamu sahabat aku!"

_____________

"Tembakanmu makin hari makin jitu saja kulihat-lihat. Aku jadi semakin yakin saat kamu kembali nanti, orang - orang itu akan langsung tumbang oleh pelurumu dalam sekali tarik." ucap laki - laki itu pada perempuan yang berdiri di sebelahnya sambil membidik pada patung - patung yang dijadikan target.

_______________

"Aku jadi semakin percaya sekarang. Kalau orang paling jahat itu bukan lagi tentang orang baik yang tersakiti." ucapnya.

"Lantas?" tanya Chika-Indah dengan bersamaan.

"Orang paling jahat adalah orang yang sering kita anggap tidak akan mungkin berbuat jahat. Alias, orang yang paling dekat dengan kita, sampai - sampai kita tidak sadar, kalau berada didekatnya hanya akan membuat pisau yang ia tancapkan ke dada kita saat memeluk justru semakin dalam menusuk." jawabnya yang membuat alis kedua temanya terangkat hanya untuk memahami apa maksud perkataan Freya barusan.

"Dan mari lihatlah kawan siapa orang yang menjadi dalang dibalik kasus berkepanjangan ini sebenarnya." tunjuknya pada layar monitor besar di depannya.

"SUMPAH!!??"

____________

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun, kenapa aku juga turut dikurung!? Hey!! Penjaga!! Lepaskan aku!!" teriak remaja itu pada orang yang tadi baru saja melemparnya ke ruang jagal.

"Tuan Jake!! Tolong saya!! Saya tidak bersalah, Tuan." serunya lagi begitu melihat tuannya berjalan melintasi area bunker.

Jake yang mendengar itu lantas mengampiri.

"Tuan! Tolong lepaskan saya, Tuan!" Mohonnya lagi.

"Baik. Akan aku lepaskan. Tapi dengan satu syarat."

"Apa syaratnya, Tuan? Saya janji akan menuruti semua perintah, Tuan. Saya akan lakuin apapun."

"Kembalikan dulu nyawa anakku yang telah kau renggut!"

_______

"Happy birthday to you... ... ...."

"Mama!!" "Papa!!"

Domb!

Hujan.

Sirine polisi.

Sirine ambulan.

Gelap.














Diperbarui, 21 Agustus 2022
Re-edited(diksi), 6 September 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang