Episode. 42

743 79 0
                                    

Yakin nggak mau vote dulu sebelum baca?

Yaudah gapapa, aku ga kenceng kok puk-puk-innya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yaudah gapapa, aku ga kenceng kok puk-puk-innya. Yah paling cuma ampe copot pala, kaki, sama tangan doang lah, ya, minimal. Soalnya, biar palanya kujadiin bola bowling terus kaki ma tangannya bisa jadi pin. Ntar badannya juga bisa jadi pengganti papan dart. Hahahaha. Seru juga.




















Belum sempat Marsha melirik, Azizi dengan sangat cepat meraih ponselnya dan mematikan layarnya.

"Kenapa, Ka Zee?" tanya Marsha heran.

"Ha, enggak. Ini aku tiba-tiba refleks aja. Apa tadi, Sha? Kamu ngomong apaan tadi sebelumnya?" sahut Azizi dengan menyimpan ponselnya ke kantung celana.

"Oh. Itu foto yang Ka Zee ambil waktu itu. Aku pengen coba lihat hasilnya dong." - Marsha.

"Foto yang mana? Aku cuma fotoin langit sama Cepio dan Christoy doang, kok, Sha." Azizi beralasan.

"Masa, sih? Kok aku merasanya kek Ka Zee waktu itu motoin aku, ya. Sambil dadah dadah juga deh kalo nggak salah. Masa nggak----"

Brak!!
Suara pintu yang dibuka tiba-tiba.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! ... ... ... ...." Yang nyanyi begitu cuma Olla, Muthe dan Kathrina doang. Sedang Reva dan Flora diam aja sambil masang muka datar.

Tadinya Reva pikir idenya Olla tuh bakal yang kek wow gitu. Tapi ternyata gitu doang. Nggak seru. Flora juga sama. Dia jadi males ikutan. Mana mereka bertiga pakai gaya absurd segala lagi. Olla yang ngajarin.

"Kalian pada kenapa, sih? Perasaan nggak ada yang ulang tahun di sini." Tanggap Zee sambil menatap penuh keheranan pada ketiganya.

"Ajaran Olla itu, Ka. Biasalah. Nggak usah heran kalau ada dia mah." ucap Marsha sambil liatin teman-temannya.

"Ka Zee, nih aku beliin kamu es krim aja. Soalnya tadi aku chat kamu nggak dibalas." kata Reva sambil nyodorin satu plastik berisi beberapa bungkus es krim mochi.

Azizi hanya menyengir sesaat ia jadi teringat dengan apa yang tadi sempat berusaha ia coba tutupin.

"Eh, kalian kok masuknya barengan? Emang boleh?" tanya Zee kemudian.

"Emang ada yang larang?" tanya Marsha sambil liatin Muthe sama Olla yang kini lagi ngadukin sekotak natto. Mereka lagi duduk di sofa. Sedang Kathrina dan Reva melipir buat ambil mangkuk dan sendok buat mereka makan. Tadi mereka belinya mie ayam. Dan lagi-lagi itu salah satu menu kafe berkedok restonya Anin. Aneh, padahal yang itu cuma cabang kecil. Bukan yang kafe besar tempat F-HIGH tampil waktu itu. Inovasi Anin emang ada ada aja emang. Pantesan bisnisnya maju banget. Apalagi dianya rajin banget kunjungin satu per satu tuh kafe ditengah kesibukannnya jadi mahasiswi. Makanya jangan heran kalau misal anak anak SMA 48 sering ketemu Anin walau bukan di kafe utama (yang tempat F-HIGH tampil) karena orangnya juga suka ke mana-mana. Soalnya kan dia owner ya. Wajarlah sekalian ngawasin karyawan sambil bantuin.

"Tadi papasan sama dokter yang lewat. Terus kita tanyain. Boleh masuk semua nggak, gitu. Terus kata dokternya masuk aja, Dek. Yang penting kalian nggak bikin gaduh. Gitu." jawab Olla. Yang lainnya pun pada manggut-manggut aja.

"Eh, kalian cuma beli satu doang?" tanya Zee saat lihatin natto yang lagi diaduk Muthe begitu menggiurkan.

"Iya. Takut nggak abis." - Olla.

"Ih, itu nggak enak tau. Bau lagi." - Marsha.

"Nggak boleh gitu, Sha, sama makanan. Kata papa aku, seenak atau seburuk apapun makanan yang kita makan, jangan pernah sekalipun kita mencelanya. Karena rasa yang menurut kita enak atau nggak enak itu belum tentu dilidah orang lain juga sama. Ini cuma masalah selera doang. Kita nggak bisa samain apa yang kita rasa harus sama dengan yang orang lain rasa. Untuk kamu, kalau dikamunya nggak enak, bisa aja di orang lain enak. Intinya, tetap harus bersukur dan saling menghargai dengan perbedaannya. Jangan gitu lagi, ya, Sha, lain kali." ucap Azizi panjang lebar.

"Kaka gue nih bro!" kata Reva dengan menepuk pelan pundak Azizi.

"Gue padahal tadinya mau judge mental si natto jadi nggak jadi pas abis dengar tausiyah-nya Ka Zee. Gue seketika merasa mendapatkan pencerahan." - Olla.

"Tausiyah itu apaan?" - Kathrina.

"Tauco-- tausayo-- te-tesiyah-- te-- te apa tadi?" Muthe berusaha mau jawab tapi mulut belibetnya nggak bisa diajak kerja sama.

"Tausiyah, itu serupa kek ceramah. Atau sejenis kek wejangan. Nasehat gitu lah. Tapi dalam ajaran agama islam. Eh, mohon maaf ya nih tiba-tiba bawa agama. Tapi pokoknya intinya gitu. Ya, kan, Ka Zee?" kata Reva sambil meminta pembenaran dari kakaknya.

Azizi mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

"Kamu keren banget, Ka Zee. Nggak salah aku ngidolain kamu selama ini." ucap Marsha tiba-tiba sambil menatap penuh ke Zee yang lagi makanin es krimnya.

"Ih, kamu, nih. Padahal yang terkenal di sini kamu tau, Sha. Secara anak F-HIGH, gitu." sahut Zee agak salting.

"Ka Zee nggak harus terkenal aja aku udah suka sama Ka Zee." kata Marsha dengan entengnya.

Zee yang mendengar itu langsung keselek dan dibantu sama Reva seraya menepuk pelan punggungnya.

"Marsha sekalinya ngomong langsung ulti!" seru Kathrina.

"Emang salah?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

"Nggak. Nggak ada yang salah, kok, Sha. Kita semua cuma agak kaget aja sama apa yang lo bilang barusan." Olla menyela.

"Tapi gue suka sama kejujuran lo barusan, Sha. Bagus bagus." Muthe menambahkan. "Eh, ini kayaknya udah nggak, sih?" lanjutnya lagi dengan menunjukkan natto yang sedari tadi diaduk.

"Lo dulu apa gue dulu, La?" tanya Muthe.

"Bokem! Bokem! Dia aja suruh duluan!" seru Reva sambil nepuk-nepuk lengan Kathrina.

"Ih, nggak mau! Gue udah pernah nyoba, ya. Bukan selera gue!" tolak Kathrina dengan berdiri dan pindah duduk ke tepi ranjang Marsha.

"Bokem doang, makan natto cupu!" Ledek Marsha.

"Dih, dia sendiri pun juga nggak makan." Zee turut meledek Marsha.

"Udah deh, sesama nggak suka natto mending diem." ucap Kathrina dengan melirik julid.

"Dahlah, gue aja yang dulu makan. Gue yang pegang daritadi." kata Muthe seraya menyumpitkan sedikit natto kemulutnya.

Dia mengunyahnya sebentar lalu kemudian menyodorkannya ke Olla. Ia langsung kabur ke wastafel.

Kemudian giliran Olla yang nyobain. Sebelum natto masuk ke dalam mulut Olla. Marsha menyela.

"Ingat kata Ka Zee, La. Jangan toxict mulutnya, ya." tegur Marsha.

"Iya." sahut Olla sambil masukin natto ke mulutnya.

"Nggak suka." Tapi tetap dia kunyah terus telen. Abis itu dia langsung minum jus buah.

"Yaudah, buat aku aja semuanya sini." tawar Zee dengan menyodorkan tangannya.

"Ka Zee suka?" tanya Reva.

"Suka banget." sahut Zee saat menerima natto tersebut kemudian memakannya dengan lahap layaknya seperti memakan mie instan kemasan gelas.

Yang lain melihatnya hanya dibuat meringis menyaksikan Zee bisa makan selahap itu.

"Intinya, jangan pernah hina makanan, guys. Mau enak atau nggak, itu tergantung dari lidah masing-masing orang." ucap Azizi disela sela ia makan.

"SALAM TELORASIN!!" ucap mereka serempak tanpa perjanjian. Abis itu malah ketawa.

•••








Ditulis, 22 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang