Episode. 29

911 63 0
                                    


"Ka Indaaah!!" seru Kathrina pada Indah yang lagi makan es krim sambil nonton drakor lesehan di lantai depan kasur.

"Iya, apa?" sahut Indah dengan lembut.

"Bantuin dooong." kata Kathrina lagi dengan merengek.

"Jangan mau Ka Indah. Nanti kebiasaan nih bokem dimanjain." sergah Marsha.

"Ih, jangan gitu dong, Sha. Lo mau nih kita ngelipatnya ngga kelar-kelar?" kata Kathrina dengan frustrasi melihat beberapa kain horden yang habis disetrika dan siap dilipat. Ya, karena mereka berdua tadi gelut, alhasil Jesslyn jadi ngasih hukuman buat suruh lipatin beberapa horden sampai rapi. Nggak banyak. Paling cuma 6 helai. Tapi luasnya 12M pangkat dua. Gede banget gila!

"Sssttt... kalian ribut-ribut lagi ntar ditambahin lagi mau, nggak?" tegur Indah pada keduanya.

"Makanya, Ka, bantuin dong." rengek Kathrina lagi.

"Nggak mau. Itukan hukuman buat kalian." sahut Indah.

"Aaaakk!!" Marsha histeris. "Susah banget lipatnya." keluhnya. "Lama-lama, nih, kain balik lecek lagi, nggak, sih."

"Mending kita bersatu aja, deh, Sha, ngelipatnya." usul Kathrina.

"Eyo, kek gimana, Kath? Lo awas ya kalo sok ngide." sahut Marsha.

"Enggak. Gue serius kali ini, Sha. Lo pegang ujung sana gue ujung sini. Terus kita tekuk terus satuin." jabar Kathrina.

"Oh, oke! Lets go!" seru Marsha seraya berdiri dan mundur diikuti Kathrina yang membuat kain horden  jadi tampakvmengembang.

"Dari tadi kek begitu. Dasar bocil-bocil." gumam Indah yang sengaja dari tadi cuma mantau doang. Kadang dia merasa lucu pada dirinya sendiri, kok bisa ya ia sedekat itu sama adik kelas. Mana sekarang posisinya udah kayak kakaknya mereka berdua lagi. Dunia memang selucu itu, ya.

"Eh, Indah, lo makan apaan, sih? Enak banget gue liat-liat." tegur Jesslyn yang lewat dari depan pintu kamar Marsha yang kebuka.

"Makan sosis sama kue beras doang, kok, Tante. Sama es krim juga. Tante mau, kah?" sahut dan tawar Indah dengan sopan.

"Gue minta satu, dong." kata Jeslyn dengan mendekat. "Baunya wangi banget sampe keciuman ke bawah." katanya.

"Hah? Serius, Tante?" - Indah.

"Nggak, bercanda." Jeslyn.

"Haha! Nggak lucu, Ma." celetuk Marsha.

"Eh, Marsha!" seru Kathrina dengan berbisik. "Lo mau hukuman kita ditambahin lagi sama emak lo!?" ujarnya memperingatkan.

"Lo bener-bener ya Marsha. Durhaka lo begituin orang tua. Sapa yang ngajarin lo ngomong begitu? Si bokem, kan? Nih, anak emang bener-bener, ya." omel Jesslyn.

"Ih, aku nggak ngomong apa-apa lho, Tante." sahut Kathrina dengan memelas.

"Sama aja. Muka lo nyolot begitu." ucap Jesslyn.

"Ih, Tante kayaknya ada dendam pribadi ya sama aku?" Kathrina mulai overthinking.

"Ya, nggak. Cuma gregetan aja gue sama lo. Anak gue lo ajarin yang nggak-nggak." - Jesslyn.

"Bener banget." ucap Marsha.

"Sabar, Tante, sabar. Jangan marah-marah, Tan. Istigfar." ucap Indah dengan mengusap pelan punggung Jesslyn.

"Istigfar istigfar. Haleluya kita mah." ucap Jesslyn yang membuat Indah seketika menutup mulutnya dengan dua tangan.

"Ka Indah ingat, kita beda server." - Marsha.

"Oh, iya, maaf. Aku lupa." - Indah.

"Tante, aku menyerah. Hordennya bandel banget nggak nurut-nurut dari tadi." Rengek Kathrina lagi.

"Apaan orang lonya aja yang lipat nggak bener. Lo juga, Sha. Jadi anak pinteran dikit napa sih timbang lipat horden doang kaga bisa. Giliran ngikutin gaya anime aja lo hapal." omel Jesslyn lagi.

Indah yang menyaksikan keributan itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Jujur ini bukan yang pertama ia menyaksikan kerusuhan dalam keluarga ini. Sering. Banget malah. Anehnya, abis heboh-heboh begitu, ujung-ujungnya pada makan bareng dengan damai di meja makan. Lucu. Berasa punya keluarga baru aja mereka. Terutama Marsha yang dari kecil emang tinggalnya cuma sama mamanya doang.

_________________

"Ci, udah belum?" tanya Gracia entah sudah keberapa kalinya.

"Belum, Gee. Kamu kalau mau pulang duluan aja. Ntar aku bisa pesan taxi, kok." sahut Shani.

"Ih, nggak mau. Kan, yang ngajak kamu jalan aku, Ci. Masa aku main tinggalin anak orang gitu aja." - Gracia.

"Ya gapapa. Lagian aku bukan anak kecil lagi kok yang kalau ditinggalin bakal nangis. Aku bisa pulang sendiri." - Shani.

"Yaudah deh aku tungguin." kata Gracia dengan ikut ambil buku novel dan baca sinopsis bagian belakangnya.

"Dasar, Shania Gracia." decak Shani sambil geleng-geleng.

"Ci, kebayang nggak, sih, kalau misal semua buku novel di sini dijadiin film? Pasti bakalan banyak lapangan pekerjaan buat orang-orang." ucap Gracia sambil megang satu buku novelnya Fiersa Besari.

"Tapi nggak semua orang bisa bikin film, Gee." sahut Shani.

"Bisa aja kalau ada niatnya." - Gracia.

"Yaiya, sih. Cuma...." Shani tak melanjutkan ucapannya.

"Gimana kalau channel youtube kita buat film juga, Ci. Biar lebih berwarna gitu. Film sambil ada dancenya." usul Gracia tiba-tiba.

"Ih, kamu mulai ngaco, deh, Gee. Yuk, kita ke kasir sekarang. Aku udah selesai milihnya, nih. Bantuin." ucap Shani seraya membawa tumpukan penuh buku di tangannya.

"Buset Shani Indira National. Kamu serius mau bacain ini semua?" Gracia takjub dengan pilihan buku bermakna dalam yang dipilih Shani. Selain itu juga banyak banget.

"Itu bagus untuk mengasah kekritisan otak kita dalam berpikir, Gee. Kamu juga harus coba baca buku seperti itu." - Shani.

"Nggak mau."

•••












Ditulis, 8 Juli 2022

AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang