"Neng, yang punya mobil ini?" tanya penjaga parkir sembari mengampiri Ashel yang bersiap hendak membuka pintu mobil.
"Iya, Pak, kenapa, ya?" sahut Ashel agak sedikit heran.
"Begini, Non, itu kayaknya ban mobil, Non, yang di belakang bocor." kata Si Bapak tukang parkir dengan menunjuk ban mobil Ashel yang agak merata. "Tapi, sumpah, Neng, bapak daritadi jaga di sini nggak ada lihat orang jahil yang ngempisin. Kayaknya pas lagi dijalan bannya ngelindas paku, deh, Neng. Makanya pas nyampe sini pelan-pelan bannya habis angin." jelas Si Bapak tukang parkir lagi.
"Ohh, gitu ya, Pak. Yaudah deh, saya telpon bengkel aja kalau gitu. Makasih ya, Pak." kata Ashel dengan memberikan uang pada si bapak tukang parkir.
"Kenapa sama mobil lo?" tanya Reva dari atas motor sportnya.
"Bocor. Ini gue mau telpon tukang bengkel kemari." jawab Ashel dengan mencari kontak tukang bengkel tempatnya biasa menyervice mobil.
"Nggak perlu." kata Reva dengan mendorong sedikit tangan Ashel yang lagi pegang hp ke bawah. Dia kaget lantas menatap bingung.
"Eh, kalian belum pulang?" tanya Eve yang baru menyusul keluar.
"Belum. Mau ganti ban dulu." kata Reva dengan turun dari motor dan melepaskan helm full face-nya.
Eve kepo dan mengampiri keduanya.
"Lo mau gantiin ban mobil gue?" tanya Ashel masih tidak percaya.
"Emang lo bisa, Del?" Eve ikut bertanya.
"Lo berdua ngeremehin gue?"
"Nggak gitu." - Ashel.
"Cuma mau mastiin aja. Sapa tau lo cuma buat gaya gayaan doang." - Eve.
"Bukain bagasi lo." pinta Reva.
"Ha? Buat apaan?" Ashel masih bingung.
"Lo pikir aja, masa iya gue nyopotin ban mobil lo nggak pakai dongkrak. Lo kira gue hercules apa. Buruan cepetan!" sahut Reva dengan kesal.
"Ck, aelah, ngomong dong yang jelas. Lagian lo tahu darimana dah dalam bagasi mobil gue ada dong---" ucapan Ashel terhenti begitu Reva mengeluarkan dongkrak dari bagasi yang sudah dibukakan oleh Ashel.
"Penguin, kalau mau pulang duluan, silakan. Mau malam lho bentar lagi." kata Reva dengan ramah. Nadanya beda banget kalau ngomong ke Ashel.
"Iya juga, ya. Gue ngapain lagi di sini. Eh, gue pulang duluan gapapa kan, Shel?" pamit Eve sambil merogoh kunci mobil dari saku bajunya.
"Iya iya, gapapa, kok. Lo hati-hati, ya." sahut Ashel.
"Del, duluan!" seru Eve.
"Yo!" jawab Adel sambil menggerakkan tuas dongkrak. Setelah lumayan menggantung, ia lantas melepaskan jaketnya dan meletakkannya begitu saja ke tanah. Ashel yang melihatnya langsung speachless.
Reva mengambil ban serep yang ada dibawah mobil sebelum akhirnya melepaskan ban yang bocor.
Selagi Reva sibuk menjadi tukang bengkel dadakan, Ashel melipir masuk lagi ke dalam beliin minuman buat Reva.
"Ciee, so sweet banget, sih, beliin minum segala." ucap Anin sesaat menerima pesanan minuman yang diminta Ashel.
"Apaan, sih, Ka, orang aku beliin buat rasa terima kasih doang." sahut Ashel sambil menyengir salting.
"Yakin cuma makasih doang? Bukan karena... baper?" Goda Anin lagi dengan suara kecil diakhir.
"Apasih, Ka. Nggak lah. Yakali aku baper sama anak nyebelin kek dia." Ashel masih mengelak.
"Eh, jangan keras kepala kamu." Anin meletakkan minuman pesanan Ashel di meja kasir. "Biasanya orang kalau awalnya sebel sebel gitu ujungnya malah jadi suka, lho." kata Anin lagi.
"Hadeh, Kaka ini ya. Yaudah Ka aku pamit dulu. Makasih minumannya, Ka." - Ashel.
Anin hanya tersenyum penuh makna menatap bahasa tubuh Ashel yang lumayan kelihatan jelas kalau dia masih salting. Sejurus kemudian, Anin hanya menggeleng pelan sembari mengucap istigfar pada dirinya sendiri.
_________________
Reva sudah mulai kelar pasangin ban mobilnya. Dia tinggal eratin mur dan meletakkan ban yang kempis serta dongkrak ke bagasi.
Tadinya Ashel mau ikut bantuin Reva buat masukin ban yang bocor ke bagasi, karena dikiranya ban mobil lebih berat ketimbang dongkrak. Tapi nggak jadi saat ia lihat Reva dengan mudahnya angkat ban dan meletakkannya di bagasi mobil kemudian menutupnya.
Ashel mengambilkan jaket Reva yang masih di tanah.
"Nih, minum dulu." Ashel menyodorkan minuman dingin ke Reva.
Reva tidak langsung menyambut.
"Tenang, nggak gue racunin, kok. Buruan ambil. Tangan gue pegel, nih." - Ashel.
"Makasih." kata Reva pelan.
Ashel membuka pintu mobil dan melemparkan jaket Reva ke dalamnya. Ia lalu melepaskan jaketnya sendiri.
"Lo pakai jaket gue aja dulu." katanya. "Jaket gue wangi, kok. Jaket lo biar gue cuciin ntar." lanjutnya sebelum Reva protes.
Reva menerima sambil agak mengenduskan hidung ke jaket Ashel.
"Wangi apaan, bau keringat gini." komentarnya.
"Yaudah, gak usah, siniin!" Ashel mau meraih tapi ditepis sama Reva.
"Bentar lagi mau ujan. Ntar baju gue basah. Lo pulang, gih." katanya dengan mulai mengenakan jaket Ashel yang ngepas di tubuhnya. Membuat Reva menjadi lebih kelihatan maskulin. Soalnya jaket yang dipakai Ashel itu adalah punya almarhum abangnya dulu.
"Oke. Makasih, ya, udah nolongin gue. Nggak nyangka gue, semenyebalkannya lo ternyata bisa baik juga, ya." kata Ashel yang mulai masuk dalam mobilnya.
Reva tak menyahut seraya mulai memasang helm full face-nya.
"Reva!" panggil Ashel sebelum menjalankan mobil.
Reva tak bersuara, namun mengangkat kaca helmnya sebagai tanda ia menanggapi.
"Hati-hati bawa motornya. Jangan ngebut." katanya dengan tersenyum.
"Ya, lo juga." sahut Reva dengan gayanya yang cool.
•••
Ditulis, 24 Juni 2022
Re-edited 7 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2)
Mystery / ThrillerIni bukan kisah tentang hubungan antara dua anak manusia yang saling mencintai. Bukan pula cerita kehidupan rumah tangga dengan masalah orang ketiga di dalamnya. Ini adalah kisah dimana orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu, justru ad...