Episode. 51

569 41 0
                                    

"Woah! Akhirnya aku bisa menghirup kembali udara kotor dari salah satu negara dengan kepadatan penduduknya di dunia." ucap Haruto sambil berdiri di atas trotoar membuat pandangan orang-orang yang melewatinya menatap keheranan.

Tak ingin menjadi pusat perhatian, Haruto kemudian mengentikan taxi yang lewat untuk membawanya pergi ke suatu tempat.

"Semoga kamu masih ingat aku, Dek." gumamnya setelah masuk mobil dan mengarahkan supir menuju tempat tersebut.

_____________________

"Pa!" panggil Dey pada Gito yang tengah berkutat dengan laptopnya di meja makan.

"Papa sedang sibuk, Ma. Lain kali saja kita bicara." katanya dengan serius.

"Tapi ini serius, Pa." kata Dey dengan suara lirihnya.

"Apa yang lebih serius dari masalah uang?" tanya Gito tanpa mengalihkan tatap.

Ini. Hal seperti ini. Yang menjadi kekurangan Gito disamping ia yang terlihat layaknya seorang dady goals dimana saat berada diluar bersama anak-anaknya ia akan selalu terlihat layaknya ayah idaman untuk semua orang.

"Mama menemukan sesuatu hal yang baru lagi, Pa." kata Dey lagi dengan mengabaikan ucapan suaminya tadi.

"Dey, aku bilang kita bicara la---"

"Ini berkas kasus siapa yang coba Papa sembunyikan!?" serunya kemudian melemparkan map berisi dokumen dari salah satu kasus yang tak dilanjutkan penyelidikannya.

Gito membulatkan matanya dan meraih map tersebut.

"Kamu dapat ini dari mana!? Kamu berani bongkar brankas kantor saya!?" seru Gito dengan sedikit membentak. Dey yang baru pertama kali melihat Gito murka pun langsung mundur ke belakang saking kagetnya. Ia tak menyangka suami yang sudah ia temani selama belasan tahun itu kini bicara sekasar itu padanya. Ia tidak terlihat seperti Gito yang ia kenal biasanya. Gito yang ia tahu, walau semarah apapun dirinya, tak pernah ia meninggikan suaranya hanya untuk sekedar meluapkan emosi. Gito tidak seperti ini.

"Pa??" panggil Dey masih tak menyangka.

"Argh! Jangan ganggu papa sekarang. Papa pusing." katanya dengan beranjak dari tempatnya yang kemudian masuk ke ruang perpus lalu menguncinya. Tak lupa dengan membawa laptop serta map berisi dokumen tadi.

Dey yang ditinggalkan seperti itu lantas mendudukkan dirinya ke bangku. Air matanya menetes tak bisa ia tahan lagi. Mbak Ayas yang tak sengaja dengar perdebatan tadi pun menyodorkan tisu untuk Nyonya-nya.

_____________________

Professor Jake tengah memberikan pidato singkat di atas podium yang telah disediakan. Seluruh murid sudah berkumpul memenuhi ballroom. Sebagian ada yang duduk di tribune, sebagiannya lagi duduk lesehan di lantai.

"Profesor Jake keliatan kayak masih muda gitu, nggak, sih?" celetuk Olla pelan tapi kedengaran sama teman-temannya yang duduk di sekitarnya. Mereka memilih duduk lesehan.

"Iya, La. Gue yakin ,deh, kalau misal professor Jake udah punya anak, kayaknya anaknya bakal hampir seumuran kita, deh. Atau paling kalau sedikit lebih tua kayaknya masih mahasiswa/i baru gitu." sahut Muthe setengah berbisik.

"Kalau anaknya cowok pasti ganteng banget, deh." Kathrina ikutan bicara.

"Emang kenapa kalau cowok dan ganteng, Kat?" tanya Ella yang duduknya tepat di depan Kathrina.

"Jangan harap lo bisa dikenalin sama anak professor Jake, Kath. Kata gue mah lo mesti sadar diri aja." ucap Olla dengan sarkas.

"Eh, lo pada lupa kita semua yang sekolah di sini adalah murid - murid pilihan. Cuma anak dengan nilai kelulusan minimal rata-ratanya 8 doang yang bisa masuk sekolah ini tau. Itu artinya, gue masih punya celah buat mempunyai kesempatan untuk kenal sama anaknya professor Jake." ucap Kathrina dengan menggebu-gebu.

"Masalahnya kita aja nggak tau apa beliau udah punya anak ataupun sudah menikah. Nggak ada status atau informasi apa - apa mengenai kehidupannya selain riwayat pendidikannya doang." ucap Olla memberi tahu.

"Ya, sih." kata Kathrina dengan murung.

"Khusus murid-murid dari sekolah ini, saya akan mendirikan sebuah organisasi atau club khusus untuk kalian yang berminat. Yang nantinya akan saya ajarkan sendiri melalui zoom atau tatap muka seperti ini secara langsung. Dan saya juga sudah meminta Cornelia, wakil ketua osis kalian secara pribadi untuk menjadi ketua dari club tersebut. Bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari praktek Ilmu Teknologi Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan. Kalian bisa daftarkan diri kalian pada Cornelia. Sampai sini apa ada yang kalian tanyakan?" ucap Professor Jake dengan bahasa Indonesia yang fasih.

Sreet!
Azizi mengangkat tangannya ke atas.

Staf kemudian memberikan mic padanya yang duduknya tepat di tribune paling depan.

"Nama saya Azizi dari kelas XI - Sains 2. Saya izin bertanya, Prof." ucap Azizi dengan memperkenalkan dirinya.

"Ya, silahkan." sahut Professor Jake.

"Kenapa ilmu jaringan tubuh manusia dijadikan satu dengan teknologi? Maksudnya gimana? Apakah manusia yang dimaksud adalah robot? Itu saja pertanyaan dari saya, terima kasih." kata Azizi seraya menyerahkan kembali mic pada staf.

"Bagus. Pertanyaan yang cerdas sekali. Mungkin beberapa diantara kalian yang lain juga pasti ada yang mempertanyakan hal serupa. Saya akan jawab. Begini.

"Teknologi dan jaringan tubuh manusia adalah dua hal yang pastinya sangat berbeda. Namun di sini, ilmu yang akan saya ajarkan, bukanlah menciptakan manusia robot sepenuhnya. Memang benar seakan menciptakan robot manusia. Tapi bukan itu poin utamanya. Melainkan seperti menciptakan alat bantu gerak pada tubuh manusia yang memiliki kelainan atau kecacatan. Entah itu bawaan dari lahir, atau bekas korban kecelakaan.

"Contohnya seperti membuat kaki manusia yang membentuk seperti aslinya. Lalu kemudian dipasangkan dan disambungkan ke jaringan saraf aslinya sehingga alat tersebut dapat berfungsi secara normalnya kaki manusia.

"Seperti itu. Apa masih ada pertanyaan lanjutan? Barangkali ada hal yang masih kurang jelas." jelas dan tanya Professor Jake.

Sreet!
Reva ikut bertanya.

"Nama saya Reva dari kelas X-1, saya izin bertanya. Apakah teknologi atau alat yang diciptakan hanya berpusat di sistem gerak saja? Atau ada juga di sistem lainnya seperti organ tubuh pada sistem pencernaan misalnya?" - Reva.

Ctak!
Profesor Jake menjentikan jarinya.

"Yup! Kita tidak hanya beroperasi pada satu sistem saja. Melainkan pada sistem-sistem lainnya. Apapun itu, selagi masih berhubungan dengan tubuh manusia dan hewan." ucap Professor dengan mantap.

"Bagaimana? Apa kalian tertarik anak-anak?" ucapnya lagi setelah tak lagi ada yang bertanya.

Sebagian murid menjawab iya, sebagian lainnya hanya diam.

"Baiklah, itu saja pidato yang dapat saya sampaikan hari ini. Mengenai pendaftaran club, kalian bisa meminta formulirnya pada Cornelia. Terima kasih." ucap Professor Jake dengan menunduk seraya berpamitan untuk turun dan pergi ke belakang.

•••







Ditulis, 31 Juli 2022


AFTER RAIN [48] | {Completed} (DelShel, ZeeSha, Greshan & CH2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang