Dua orang gadis lengkap dengan pakaian syar'inya kini tengah berada diantara banyak anak-anak remaja yang antusias atas pembukaan perkampungan baca yang akan segera dibuka. Anin sudah lama bergabung dalam organisasi seperti ini, sedangkan Miru ini adalah hari pertama ia ikut karena sebelumnya ia hanya sebagai donatur saja. Perkampungan baca ini berdiri dari beberapa orang yang merasa prihatin atas pergaulan yang dirasa sudah banyak menyimpang.
Perkampungan baca ini niat awal dibangun untuk menggerakkan rasa simpati, empati dan mengarahkan para remaja pada kegiatan-kegiatan positif dan diawali dengan banyak buku bacaan yang menarik. Remaja saat ini harus butuh tempat mereka mencurahkan segala pikiran-pikiran rumit mereka ke hal yang tepat. Banyak penyimpangan yang terjadi sehingga mereka butuh perhatian lebih seperti pergaulan bebas, kurangnya rasa empati terhadap sesama, sosialisasi yang yang semakin kurang dan lebih focus ke diri sendiri.
"Mir, ayok ke sana. Aku kenalin kamu sama teman-teman yang lainnya." Anin menarik tangan Miru mendekat ke arah anggota lainnya.
Miru mengangguk dan mengikuti arah jalan yang Anin tunjukkan. Dia merasa senang dan tentram berada di antara orang-orang yang memiliki vibes positif seperti mereka. Belum lagi para anak remaja yang juga sama antusiasnya.
"Assalamu'alaikum, semuanya!"
"Wa'alaikumsalam Kak Anin!" seru semua orang yang ada di halaman rumah baca.
Anin sudah mengambil alih acara.
"Kakak bawa teman baru loh, tapi sebelumnya selamat dan sukses buat rumah baca yang baru saja kita buka di perkampungan ini. Semoga bisa lebih banyak memberikan kebaikan pada semua orang. Aaamiin."
"Oh iya, seperti kata kakak tadi kalau kakak bawa teman baru, namanya kak Mihrimah Hanindira dan kalian bisa memanggilnya Miru. Kak Miru silahkan sapa teman-teman dan adik-adik di sini yuk!" lanjut Anin meminta Miru agar memperkenalkan diri dan memberi sapaan kepada seluruh orang yang hadir.
Acara berjalan dengan sangat riuh belum lagi di awal pertemuan Miru, dirinya membawa banyak hadiah untuk seluruh orang yang ada. Miru menelfon Pak Bimo agar membawa barang-barang yang telah ia siapkan di kamarnya. Ia sengaja membeli banyak hadiah begitu tau Anin akan mengajaknya bergabung.
Setelah aksi perkenalan dan berbagi hadiah, kini ia berada di antara rak buku yang ternyata banyak sekali buku-buku bagus dengan penulis-penulis ternama.
"Ekhem! Assalamu'alaikum," seseorang berdehem dan telah berdiri di sampingnya saat ini.
"Wa'alaikumsalam."
"Nama kamu Miru? Setau saya kamu adalah donatur tetap kan pada organisasi ini? Oh iya saya belum perkenalan diri, nama saya Alzam Al-Fattah dan kamu bisa panggil saya, Alzam," ucap Al memperkenalkan dirinya kepada Miru.
"Iya, nama saya Miru. Kalau saya tidak salah, mas Alzam ini salah satu dari lima orang pendiri rumah baca ini ya?" tanya Miru.
"Hmm, yah begitulah. Oh iya kamu sudah berkeliling ke seluruh tempat? Jika belum akan saya temani sekaligus kita kenalan juga dengan orang-orang yang ada di perkampungan ini. Mereka semua sangat ramah loh," kata Alzam dengan antusias.
"Hmm, boleh."
"Kamu asli orang Yogya ya Mir?"
"Iya mas, tapi sebenarnya Abi saya berasal dari Jakarta dan yang asli yogya adalah Umi saya."
"Berarti Abi kamu begitu mencintai umi kamu ya sampai ikut ke Yogya atau memang karena Abi kamu kerjanya di Yogya?" Jo mencoba bertanya perihal keluarga Miru.
"Yah, Abi sangat mencintai Umi dan juga semua anak-anaknya. Abi kerjanya masih di Jakarta jadi transit setiap beberapa hari sekali antar kota," jelasnya dengan tersenyum membayangkan betapa besarnya cinta Abi ke Uminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Time & Distance
SpiritualSequel "Turkish Airline-67" Baca dulu ya, kalo suka masukkan ke list bacaan kalian dan jangan lupa vote + komen 😁 Kamu itu bagaikan angan semu yang sulit untukku gapai Kamu itu bagai bulan yang jauh untuk ku raih Aku hanya bisa diam dan tidak ta...