18. Suasana Tidak Nyaman

78 14 2
                                    

"Assalamu'alaikum...., Umi, Miru pulang! Mi, proposal Miru akhirnya di ...." teriaknya ketika memasuki rumah dan kalimatnya pun terpotong setelah melihat seseorang sedang duduk di meja makan.

"Wa'alaikumsalam, Alhamdulillah anak Umi sudah pulang, proposal kamu gimana?" tanya Arsyila dan mengahimpiri putrinya yang berdiri mematung tak jauh darinya.

"Kenapa kak Alzam ada di rumah Miru?" bukannya menjawab pertanyaan uminya, ia justru bertanya pada laki-laki yang kini tersenyum ramah dengannya.

"Saya tadi lagi mau mengantarkan beberapa hadiah yang anak-anak kampung baca siapkan untukmu, mereka rindu dengan kak Mirunya jadi mereka membuatkan sesuatu untukmu, tapi ...."

"Tapi, karena kebetulan kamu belum pulang dan umi sedang menyiapkan kueh kesukaanmu jadi umi ajak aja Alzam buat masuk dan mencicipi kueh buatan umi. Dari pada kamu bengong gitu, mending sekarang masuk kamar dan ganti baju gih. Oh iya selamat ya anak Umi akhirnya dapet Acc proposalnya," Arsyila memotong kalimat Alzam dan mencoba mengahapuskan kebingungan putrinya.

Beberapa kali datang ke rumah Miru membuat Arsyila menganggap bahwa Alzam sama seperti Arnaf, Anin, Putra, Meyra dan lainnya yang notabennya sahabat putrinya ini. Terlebih Alzam terlihat anak baik-baik yang bahkan salah satu pelopor kampung baca di kota ini.

Berbeda dengan Arsyila, Fahri anak keduanya yang duduk di depan Alzam ini tidak pernah menyapa Alzam dengan ramah. Sikap Fahri sama seperti Ansel ketika ada laki-laki yang datang ke rumah menghampiri Miru. Terlebih lagi saat ini, ia yang diamanatkan untuk menjaga kakak dan uminya selagi abinya sedang di Jakarta.

"Kakak ini pengangguran ya?" sarkas Fahri ke Alzam.

"Kebetulan saya seorang pengusaha di bidang tekstil, oh iya kamu kok nggak sekolah?" balas Alzam dan mencoba berbasa basi dengan Fahri.

"Ini tuh masih libur sekolah, emang kakak nggak tau?"

"Maaf, saya nggak tau. Soalnya di rumah saya sudah tidak ada anak sekolah lagi," ucapnya seraya menyesap kopi yang sebelumnya dibuatkan Arsyila.

"Kalau makannya sudah selesai, langsung pulang saja. Kak Miru baru pulang kuliah dan sepertinya dia sangat lelah." Fahri meminta Alzam agar tidak berlama-lama karena ia tidak suka dengan hal yang membuat kakaknya tidak nyaman.

Fahri bisa melihat itu ketika Miru baru saja pulang dengan ekspresi terkejutnya sekaligus bingung perihal kehadiran Alzam yang sudah sangat dekat dengan uminya. Fahri memang tidak begitu suka dengan Alzam karena ia merasa ada sesuatu yang janggal dengan pria di hadapannya ini.

🍁🍁🍁

Miru melihat paper bag yang tadi diberikan Alzam kepadanya. Ia bilang bahwa isi dari paperbag itu adalah beberapa hadiah yag diberikan anak-anak kampung baca untuk dirinya. Setelah kepulangan Alzam sore tadi dari rumahnya, ia hanya diam dan tidak bergerming apapun. Ia bingung kenapa Alzam tidak menitipkan hadiah ini ke Anin? Tapi sudahlah mungkin Anin sedang sibuk juga.

Ia pun berjalan ke dekat meja belajarnya dan mencoba mengambil paper bag tersebut. Ia duduk di atas tempat tidrunya dan membuka apa saja isi di dalamya. Kedua sudut bibirnya terangkat ketika mendapatkan satu tangaki bunga buatan yang terbuat dari kertas. Walaupun tidak terlalu bagus tapi menurutnya ini sangat indah.

Ada secarik kertas yang di tempelkan pada tangkai bunganya.

Assalamu'alaikum kakak cantik, kakak rindu tidak dengan kami? Kami semua rindu loh dengan kakak. Kak Miru kapan main lagi ke tempat kami? Kata kak Alzam, kak Miru lagi sibuk ya ? semoga kalau kakak tidak sibuk bisa main lagi ke sini ya...

Miru membuang napasnya, ia mulai berpikir bahwa Alzam memang baik dan tidak buruk sama sekali. Ia begitu dekat dengan anak-anak dan juga ia pintar mengambil hati orang di sekitarnya. Tapi tidak tau mengapa setiap ada di dekatnya ia merasa kurang nyaman seperti ada sesuatu mengganjal dama pikirannya.

Long Time & Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang