Semua orang yang ada di ruangan terkejut dengan pernyataan Farzan di hadapan mereka semua kecuali Ansel yang lebih dulu mendengarnya. Arsyila memegang tangan putrinya dengan lembut, ia tau bahwa saat ini putrinya pasti terkejut. Hal ini pernah ia rasakan dulu ketika Ansel yang tiba-tiba saja mengkhitbahnya.
"Anda yakin dengan apa yang baru saja anda katakan ini, Pak?" tanya Miru dengan perasaan yang benar-benar gugup
Kali ini Miru merasa detak jantungnya sangat cepat tidak seperti biasanya.
"InsyaAllah saya sangat yakin. Saya sudah mengatakannya pada Abimu mengenai niat saya ini."
Miru menoleh ke arah Arsyila, kemudian berlanjut ke satu-persatu keluarganya. Mereka semua memberi isyarat bahwa keputusan ada pada dirinya saat ini.
"Sebelum saya memberikan jawabannya, bolehkah saya bertanya? Saya berniat melanjutkan kuliah saya, bagaimana pendapat anda mengenai hal itu?"
"Menurut saya, itu hal yang bagus. Melanjutkan pendidikan artinya kamu haus akan ilum dan itu hal yang sangat bagus."
"Oke, tapi jika anda mengkhitbah saya saat ini maka artinya tidak boleh terlalu lama menuju pernikahan. jika setelah menikah saya melanjutkan pendidikan, artinya saya juga mungkin nantinya tidak akan terlalu memiliki waktu yang penuh dalam menjalani kewajiban saya sebagai seorang istri. Jadi bagaimana?" lanjut Miru bertanya denfan serius.
"Kewajibanmu sebagai istri hanyalah menjaga amanah suamimu. Aku tidak ingin menjadi penghalang untukmu menjalani apa yang ingin kamu jalani. Jika kesenanganmu adalah menuntut ilmu maka aku akan mendukung sepenuhnya. Kewajibanku sebagai seorang suami adalah memenuhi semua kebutuhan istriku kelak dan mendukung segala hal yang ingin ia lakukan selagi itu tidak di luar syariat," Jawab Farzan.
"Bismillahirrahmanirrahim, baiklah. saya menerima khitbah anda. Tapi saya mengembalikan keputusan lanjutannya pada Abi dan Umi saya."
Semua orang yang ada di ruangan mengucap hamdalah atas jawaban yang Miru berikan.
"Oke, Farzan kamu sudah mendengar jawaban putri saya. Jawaban kami sekeluarga juga pasti sama dan kamu bisa melilhat dari ekspresi bahagia mereka. Tapi, ada satu syarat dari saya," ucap Ansel dan membuat semua orang menoleh ke arahnya.
"Saya menerima khitbahmu dan saya ingin pernikahannya dilangsungkan dua hari lagi di Eyup Sultan Camii Groningen Mosque. Bagaimana? Apakah kamu siap?"
"Ansel! Apakah kamu masih waras? Dua hari lagi?" tegas John ke Ansel dan membuat semuanya mengangguk.
"Kenapa tidak? Aku tidak ingin nantinya ada fitnah ketika mereka bepergian seperti tadi sore meskipun itu bukan sebuah kesengajaan."
"Baiklah, om. Saya akan menikahi Miru tepat dua hari lagi ba'da sholat subuh di Eyup Sultan Camii Groningen Mosque."
"Oke, segera hubungi orang tuamu untuk meminta persetujuan lanjutan mengenai hal ini."
"Siap Om. Baiklah kalau begitu saya mungkin langsung pamit saja karena sudah cukup larut khawatir mengganggu waktu istirahat kalian." Pamit Farzan pada semua orang.
Ansel meminta Sergey mengantarkan Farzan. Awalnya ia menolak, tapi mengingat bus sudah tidak ada lagi di jam selarut ini, maka ia pun menyutujui untuk ikut Sergey meskipun sedikit sungkan. Sergey yang mudah bergaul pun memecah kecanggungan dirinya dengan Farzan. Ia mengatakan bahwa saat ini mereka akan jadi saudara maka tidak perlu sungkan.
🍁🍁🍁
Setelah kepergian Farzan, Miru segera bangkit dan pergi menuju kamarnya. Ia sedikit terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia tidak menyangka akan di khitbah secepat ini oleh orang yang sudah lima tahun ini tidak ditemuinya. Dia terduduk di pinggir tempat tidurnya dengan pandangan yang penuh pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Time & Distance
SpiritualSequel "Turkish Airline-67" Baca dulu ya, kalo suka masukkan ke list bacaan kalian dan jangan lupa vote + komen 😁 Kamu itu bagaikan angan semu yang sulit untukku gapai Kamu itu bagai bulan yang jauh untuk ku raih Aku hanya bisa diam dan tidak ta...