22. Keadaan Miru

66 17 1
                                    

Semua orang menunggu dengan penuh harapan bahwa gadis yang kini terbaring lemah itu dapat terselamatkan. Dokter menyarankan agar mereka semua banyak berdoa, karena hasil CT scan menyatakan bahwa Miru mengalami gegar otak dan ia juga kehilangan banyak darah. Dokter meminta Ansel untuk mencari pendonor karena stok darah dengan golongan A+ sedang tidak tersedia saat ini.

"Golongan darah saya A+ , silahkan ambil darah saya sebanyak mungkin untuk keselamatan kakak saya, dok!" ucap Ali dengan segera.

"Baik, silahkan anda ikut saya."

Ansel bersyukur ia dikelilingi banyak orang yang begitu menyayangi putrinya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Mereka semua seakan tidak memiliki rasa kantuk sedikitpun, rasa kantuk itu bahkan sudah tergantikan dengan rasa cemas menunggu kabar bahwa Miru baik-baik saja.

"Kenapa semua ini bisa terjadi? Sebelumnya Miru baik-baik saja dan dimana kak Alzam? Miru sempat mengirim pesan bahwa ia diantar kak Alzam karena ban mobilnya bocor," tanya Anin dan sontak hal itu membuat Ansel menoleh.

Bugh

Ansel mengepalkan tangannya dan meninju dinding rumah sakit. Ia merasa kesal sekaligus ingin marah mendengar nama Alzam. Semua orang terkejut melihat reaksi Ansel saat ini.

"Istighfar, Ans. Kamu kenapa?" tanya Hariz.

"Aku benci mendengar nama itu, Riz. Jika saja dari awal aku tidak membiarkan orang itu mendekati keluargaku, mungkin sekarang putriku tidak berada di sini!" tegas Ansel dengan rahang yang mengeras.

"Apa maksud kamu? Memangnya kenapa dengan Alzam?"

Pertanyaan itu membuat semua orang yang ada di sana menoleh dan menunggu jawaban Ansel, termasuk Farzan. Ia yang begitu ingin tau siapa laki-laki yang sudah membuat Miru berjalan sendirian dengan keadaan yang terlihat tidak baik-baik saja. Ia juga yakin bahwa telah terjadi sesuatu.

"Kamu masih ingat kasus Rio Adiansyah, kasus 22 tahun lalu yang hampir merenggut nyawa istri dan anakku?" tanya Ansel ke Hariz.

"Yah, aku masih ingat dengan jelas, apa hubungannya dengan Rio?"

"Alzam adalah adik Rio Adiansyah, aku mencoba mencaritahunya selama berada di Jakarta. Benar saja firasatku bahwa ia datang dengan niat yang tidak baik. Ia datang untuk mencariku dan membalaskan dendamnya atas apa yang telah terjadi pada keluarganya. Ia berpikir bahwa kehancuran keluarganya itu terjadi merupakan tanggung jawabku."

"Kurang ajar! berani sekali dia, Ans. Dia berniat balas dendam tapi dengan melukai putri kesayanganku!" tukas Anggi yang merasa sangat kesal mendengar penuturan Ansel.

"Setelah memastikan Miru baik-baik saja, aku akan mencari ia bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun!" sarkas Fahri dengan mengepalkan kedua jari jemarinya.

🍁🍁🍁

Operasi berjalan lancar dan nyawa Miru akhirnya bisa terselamatkan. Semua orang sangat bersyukur meskipun saat ini belum bisa dipastikan kapan Miru akan kembali sadar. Mereka akhirnya bisa bernapas lega karena operasinya berjalan dengan lancar dan Miru terselamatkan. Ansel dan Arsyila berpelukan membagi rasa syukur dan haru mereka bahwa putri mereka kembali. Beberapa dari mereka kembali ke rumah masing-masing karena waktu sudah menjelang subuh.

Farzan semula ingin tetap berada di sana, namun Reza membujuknya agar ia pulang terlebih dahulu untuk membersihkan dirinya. Ia bisa kembali lagi nanti setelah matahari terbit dan mungkin saja saat itu Miru sudah sadar.

"Abi, Umi, kak Miru pasti akan sadar 'kan?" tanya Fahri kepada Ansel dan Arsyila.

"Kakakmu pasti akan segera kembali sadar. Ia pasti baik-baik saja, ia anak yang kuat dan pasti bisa melalui semuanya." balas Ansel merangkul putranya.

Long Time & Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang