16. Perubahan Sikap

94 11 1
                                    

Assalamualaikum... 😇

Sebelum baca jangan lupa vote + komen ya 🤭
Happy Reading
Warning Typo bertebaran 🙏😁
___________________________________

Farzan menatap ayahnya dengan bingung. Kenapa ia ditampar? Kenapa tamparannya pelan?

"Sakit nggak?" Mahadi bersuara tiba-tiba.

"Bapak kenapa nampar Farzan?" tanyanya yang merasa bingung dengan sikap ayahnya.

"Bapak tanya kamu, sakit nggak?"

"Nggak."

"Ya jelas, orang namparnya pelan. Kamu ini senang sekali bikin semua orang khawatir." Mahadi langsung memeluk tubuh anaknya dan menepuk punggung anaknya pelan."Maafin Bapak ya, seharusnya kamu tidak mengalami semua ini jika saja Bapak tidak menjodohkan kamu dengan anak dari teman Bapak. Sekali lagi maafin bapak ya, nak."

"Bapak nggak salah, ini sudah menjadi bagian dari rencana Allah untuk Farzan dan keluarga kita. Allah sedang menguji kita saat ini tapi ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita semua. Sekarang bapak dan ibu istirahat saja, yuk kita masuk ke dalem, malu diliatin sama mereka," ucap Farzan membalas pelukan ayahnya dan sedikit berbisik di akhir kalimat. Sontak hal itu membuat Mahadi sedikit terkekeh mendengar ucapan putranya.

Semua orang yang melihat interaksi antara anak dan bapak ini pun sontak tertawa dan merasa lega. Mereka yang berada di sana berpikir Mahadi marah dengan putra sematawayangnya, ternyata itu hanya sebuah gurauan saja.

Farzan tidak terlalu merasa hancur, namun ia justru bersyukur semuanya terjadi sebelum pernikahan. Memang cara Inara salah, tapi ini juga tidak akan terjadi jika Allah tidak berkendak atasnya. Farzan berharap ia bisa memulai kehidupannya dari awal lagi meskipun diam-diam ia menaruh kekaguman dan cintanya pada Miru. Mengingat soal Miru, ia mulai berpikir sejenak. Ia penasaran dengan ucapan ibunya mengenai Abinya Miru yaitu Ansel. Bahkan seluruh keluargnya seolah begitu menghormati pria itu khususnya keluarga ibunya.

Tanpa terasa, waktu terus berlalu. Farzan bersama dengan kedua orang tuanya kini berkumpul di meja makan untuk menikmati santapan malam mereka. Farzan teringat dengan siapa abinya Miru itu? Farzan mengambil nafas dengan penuh penekanan sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya dengan ibunya perihal keluarga Atmadja.

"Bu, boleh Farzan tanya sesuatu?" tanyanya sedikit ragu.

"Boleh, mau tanya apa nak?" sahut Denia kepada putranya.

"Keluarga Pak Ansel itu siapa bu? Kok ibu dan keluarga kita seperti begitu menghormatinya?"

"Namanya adalah Deris Anselino Atmadja, kamu pernah dengar nama itu?"

Farzan mencoba berpikir mengenai nama yang sangat tidak asing itu sebelum akhirnya ia mengangguk dan merasa yakin bahwa itu adalah nama dari seorang pengacara yang terkenal akan kejujurannya dalam dunia hukum tapi tidak pernah kalah di setiap kasusnya.

"Dia adalah pengacara yang pernah membantu kasus tantemu. Dia berjuang melawan orang-orang yang sudah membuat tantemu begitu trauma. Tantemu mengalami pelecehan 20 tahun lalu dan pak Ansel yang menjadi pengacaranya saat itu. Pak Ansel berjuang agar tantemu mendapat keadilan dan orang yang sudah berbuat asusila itu di hukum meskipun bukan dari orang sembarangan."

"Singkatnya tantemu berhasil mendapat keadilan, namun keluarga pak Ansel menjadi korban. Ada sabotase kecelakaan yang terjadi pada istrinya, yakni Arsyila. Ia mengalami kecelakaan kemudian harus melahirkan putrinya secara prematur dan mengalami koma selama empat tahun lamanya. Putrinya itu ya mahasiswi kamu, Mihrimah Hanindira atau akrab kita panggil Miru," Jelas Denia pada putrinya.

Long Time & Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang