23. Amarah Farzan

96 14 2
                                    

"Brengsek! Alzam benar-benar pria brengsek. Dia benar-benar biadab!"

Wajah Ali sudah merah padam karena terbakar amarah. Ia bernar-benar tidak habis pikir dengan Alzam yang sudah membuat kakaknya jadi seperti ini. Bukan hanya Ali, tapi semua laki-laki yang kini berdiri di depan ruang Miru memasang ekspresi amarah termasuk Farzan. Ia mengepalkan jari-jemarinya dengan napas yang tidak lagi teratur. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia pasti akan menemukan orang bernama Alzam itu dan menghajarnya. Melihat Ansel dan Arsyila yang tidak baik-baik saja sudah dipastikn bahwa keadaan Miru di dalam ruangan jauh dari kata baik-baik saja.

Pintu ruangan terbuka, seorang dokter dan beberapa Ners keluar secara bergantian. Ansel segera menghampiri dokter tersebut meminta penjelasan mengenai keadaan putrinya.

"Bagaimana keadaan putri saya, dok? Apa yang terjadi dengannya sampai membuat ia seperti itu?" tanya Ansel dengan wajah sedihnya.

Dokter menghela napasnya, "Anak anda baik-baik saja, tapi maaf saya harus menyampaikan ini, dari dugaan sementara pasien mengalami trauma psikis dan bisa fatal jika tidak segera diberi penanganan yang tepat. Luka ditubuhnya tidak berpengaruh apapun bahkan bisa segera membaik beberapa hari atau minggu kedepan, tetapi psikisnya bisa menyebabkan serangan panik seperti tadi dan jika dibiarkan itu akan berbahaya," jelas dokter secara hati-hati kepada Ansel dan Arsyila.

"Astaghfirullahadzim, jadi sekarang saya harus bagaimana? Apa yang harus saya lakukan agar putri saya baik-baik saja?" kini Arsyila bertanya dengan memegang lengan baju dokter bernama Aira tersebut.

"Saya akan coba hubungi teman saya seorang psikolog, kita sama-sama berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Tapi sebelum itu, saya mohon agar tidak ada laki-laki yang menemui ataupun mendekat sampai pasien siap meskipun itu keluarganya sendiri. Saya mohon agar kalian semua mengerti."

"Baik dok, apapun itu lakukanlah. Saya hanya berharap putri saya baik-baik saja," balas Ansel yang hanya bisa pasrah.

Dokter Aira akhirnya pergi meninggalkan mereka. Ansel hanya bisa terdiam dengan keadaan yang menimpa keluarganya.

"Kenapa mereka tidak membunuhku saja? Kenapa harus putriku? Dulu istriku dan sekarang anakku? Kenapa, Riz?" tanyanya pada Hariz.

"Istighfar Ans. Apa yang kamu hadapi semua ini adalah ujian dan kamu harus sabar."

Farzan pergi meninggalkan rumah sakit. Ia saat ini dikuasi amarah dan terus beristighfar agar amarahnya bisa dikendalikan. Ia mencoba mengingat-ingat wajah Alzam yang pernah dilihatnya waktu acara seminar proposal Miru. Ya, dia dapat mengingatnya sekarang. Farzan segera pergi mencoba mencari keberadaan laki-laki itu di seluruh pelosok kota.

🍁🍁🍁

Hari demi hari berlalu, sudah sebulan dari terakhir Miru harus mendapatkan penanganan dari dokter bedah dan psikolog. Kasus mengenai Miru telah dilaporkan ke pihak berwajib, mereka mencoba menyelidiki lebih dalam dengan menggali informasi dari psikolog yang menangani Miru. Mereka mencoba mencari lebih detil dari pernyataan Miru mengenai apa saja yang telah dilakukan Alzam terhadap dirinya malam itu. Mereka bersyukur karena Miru berhasil kabur dan tidak terjadi hal yang lebih parah seperti bayangan mereka, tapi tetap saja itu meninggalkan trauma mendalam bagi Miru.

Mereka semua kini paham, bahwa sekecil apapun bentuk pelecehan itu bisa meninggalkan trauma mendalam bagi korbannya. Apa yang terjadi pada Miru adalah pelajaran berharga bagi mereka semua. Anin tidak berhenti meminta maaf karena meninggalkan Miru di malam itu. Meskipun sudah sebulan, Miru masih belum bertemu Abi dan adik kesayangannya. Luka-luka yang ada di tubuhnya sudah mulai membaik dan ia juga mulai bisa berjalan.

Farzan yang tengah sibuk dengan kepengurusan berkas-berkas keberangkatannya ke Belanda, ia menyempatkan diri untuk mencari Alzam. Ia merasa yakin bahwa Alzam berada di Yogyakarta dan sedang bersembunyi. Ia berjanji sebelum dirinya berangkat, ia akan menemukan Alzam dan memukulnya habis-habisan.

Long Time & Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang