"Hei Miru, sepertinya keluargamu masih sama. Mereka masih mencemaskanmu. Lihatlah mereka menunggumu di depan pintu!" Farzan mengarahkan gerakan bola matanya ke arah beberapa orang yang sedang berdiri depan sebuah rumah.
"Huft, mereka selalu seperti itu, pak. Kita lihat berapa banyak pertanyaan yang akan mereka ajukan ke saya."
Farzan mendengar jawaban Miru tertawa. Ia paham kalau Miru anak kesayangan mereka, tapi terkadang tingkah mereka cukup konyol baginya.
Sesampainya mereka berdua, Ansel segera menghampiri putrinya dan benar saja, serentetan pertanyaan bermunculan dalam satu kalimat dari mulut Ansel.
"Kamu?"
"Pak John? Bapak, bagaimana kabar Anda?" tanya Ansel segera mengulurkan tangannya ke John.
"Saya baik, bagaimana dengan kamu?" John langsung memeluk Farzan dan meneput punggungnya. "Bagaimana bisa kamu bersama cucu saya?" lanjutnya dan melepas pelukan mereka.
"Saya juga baik, jadi Anda kakek dari Mihrimah Hanindira? Artinya bapak adalah John Alexander Atmadja?"
"Iya, kamu bagaimana bisa mengenal keluarga saya? Kebetulan sekali, padahal niat saya mau mengundang kamu besok malam untuk saya perkenalkan pada keluarga saya," Jelas John dengan senyum yang sangat merekah.
Semua orang kini terpusat melihat kedekatan John dan Farzan, tanpa terkecuali Ansel dan Miru. Ekspresi mereka semua menggambarkan banyak pertanyaan.
"Pah, papah kenal dengan Farzan?" Ansel pun membuka omongan terlebih dahulu.
"Kenal, papah sangat kenal dengan Farzan."
"Bagaimana bisa?"
"Dia sering berkunjung dan menemani papah ketika kuliahnya libur. Papah sempat menawari ia untuk tinggal di sini, tapi karena cukup jauh dari kampusnya jadi ia memilih apartemen yang lebih dekat."
"Bagaimana papah bisa kenal Farzan?" tanya Arsyila selanjutnya.
"Lebih baik kita masuk dulu, ayo Farzan kamu juga ikut masuk ke dalam." Ajak John pada semua orang.
"Hei Farzan, apa kabar kamu?" tanya Ansel ketika semua orang masuk rumah dan tersisa mereka berdua di terasan.
"Alhamdulillah baik, om. Om sendiri bagaimana kabarnya?" jawab Farzan dan sedikit gugup jika berhadapan dengan Ansel.
Ansel merangkul pundak Farzan secara tiba-tiba dan mempersilahkannya masuk ke dalam rumah mengikuti yang lain. Mereka semua berkumpul di ruang keluarga bersamaan dengan kedatangan Sergey yang meminta maaf ke Ansel soal kejadian yang tidak bisa ia duga. Ansel sedikit kecewa, tapi karena putrinya pulang dalam keadaan baik-baik saja, ia pun memaafkan kecerobohan Sergey.
John menceritakan soal bagaimana ia bertemu Farzan dua tahun yang lalu. Ia saat itu sedikit kurang sehat dan hampir pingsan di jalan dan ditolong oleh Farzan. Wajah Farzan yang tidak terlihat seperti orang eropa, akhirnya membuat John bertanya dia berasal dari mana. Farzan menganggap John seperti kakeknya sendiri dan terkadang ia main ke rumah John untuk mengikis rasa rindunya pada Indonesia.
John suka memasak makanannya sendiri, makanya ia tetap terlihat sehat walaupun usinya sudah renta. Ia suka memasak makanan Indonesia dan mengundang Farzan ke rumahnya hanya untuk makan bersama tanpa diketahui oleh Sergey.
Arsyila dan Anggi meminta mereka untuk segera ke meja makan, karena mereka telah selesai memasak makan malam. John meminta Farzan untuk bergabung bersama keluarganya untuk makan malam bersama. Sebenarnya Farzan sedikit canggung karena merasa tidak enak dengan keluarga Miru.
Ansel tidak lepas dari memperhatikan Farzan. Ia sedikit kagum melihat perubahan Farzan dari terakhir kali ia bertemu dengannya. Farzan terlihat lebih dewasa dan cukup mengangumkan. Dia pun sebenarnya penasaran, apakah Farzan masih menyukai putrinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Time & Distance
EspiritualSequel "Turkish Airline-67" Baca dulu ya, kalo suka masukkan ke list bacaan kalian dan jangan lupa vote + komen 😁 Kamu itu bagaikan angan semu yang sulit untukku gapai Kamu itu bagai bulan yang jauh untuk ku raih Aku hanya bisa diam dan tidak ta...