21. Siapa Alzam?

69 17 2
                                    

Kenapa semuanya harus seperti ini?
Kenapa di saat aku akan pergi, kau malah terluka?

~ Farzan ~
__________________________________

Kediaman Ansel saat ini tengah merasa tidak tenang. Semua orang merasa cemas karena Miru belum juga sampai di rumah, sedangkan pak Bimo telah sampai dari setengah jam yang lalu. Arsyila terus menelfon nomor Miru tetapi tidak juga aktif bahkan ia juga menelfon nomor Alzam tidak ada jawaban sama sekali. Arsyila tidak menaruh curiga sama sekali, namun berbeda dengan Fahri yang sudah merasa bahwa pasti terjadi sesuatu dengan kakaknya.

Tin tin!

Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar dari depan rumahnya. Arsyila dengan sigap berlari ke depan karena berpikir mungkin saja itu putrinya. Namun ketika sampai di depan rumah ia sedikit kecewa sekaligus khawatir karena ternyata yang pulang adalah Ansel—suaminya. Ia segera membuka pintu gerbang rumahnya dan membiarkan mobil Ansel masuk. Ia kini berdiri dengan perasaan cemas.

"Assalamu'alaikum, sayang. Kok kamu yang buka pintu? Kemana Pak Bimo dan yang lainnya? Terus kamu kenapa jam segini belum tidur?" Ansel keluar dari mobil dan langsung menghampiri istrinya sekaligus menyerbunya dengan banyak pertanyaan.

"Wa'alaikumsalam, kok kamu nggak bilang kalau hari ini kamu pulang?" bukannya menjawab justru ia membalikkan pertanyaan.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku. Bilang ada apa sebenarnya? Kenapa wajah kamu terlihat cemas begitu?"

"Miru belum pulang. Ali, Pak Bimo dan Hariz sedang mencarinya sekarang." Arsyila hanya menunduk, ia khawatir Ansel akan sangat marah.

"Belum pulang? Kemana dan bukannya harusnya kemanapun dia pergi itu sama pak Bimo?"

"Hari ini Miru pergi ke kampung baca dan memang dia pergi dianter pak Bimo, hanya saja saat perjalanan pulang ban mobilnya bocor. Pak Bimo bilang kalau anak kita dianter sama Alzam, namun sampai sekarang tidak ada kabar sama sekali."

"Astaghfirullahaladzim....aku udah curiga dari dia pertama kali datang ke sini. Kamu tau nggak Alzam itu siapa?"

Arsyila hanya menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba saja pikiran negatif muncul melihat ekspresi serius suaminya.

"Alzam adalah adik dari Rio Adiansyah. Laki-laki yang menjadi lawan dari klienku 21 tahun silam. Anak sombong dari keluarga pejabat pada saat itu dan mereka yang sudah mencelakaimu. Setelah Rio di penjara, keluarganya berantakan dan jadi bahan gunjingan banyak orang."

"Bukan hanya itu saja, sejak kejadian itu Ibunya Rio sakit-sakitan sampai meninggal. Alzam yang gelap mata dan menyalahkan kita semua berpikir bahwa ini adalah kesalahan kita sepenuhnya dan dia datang untuk membalaskan dendamnya padaku," jelas Ansel memijat pelipisnya karena merasa frustasi.

Arsyila yang mendengar penjelasan dari suaminya hampir saja tumbang, untung saja Ansel dengan sigap menopang tubuh istrinya dan menuntunnya untuk duduk di kursi teras rumahnya.

"Terus sekarang anak kita dimana?" ia bertanya dengan air mata yang kini tumpah membasahi wajah cantiknya.

Ansel memeluk istrinya dan memintanya agar tenang. Ia berkata pada Arsyila bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja dan Allah pasti akan selalu menjaga putri mereka dimana ia berada saat ini. Ia berjanji pada dirinya bahwa jika sampai Miru terluka sedikit saja, maka ia akan mengejar Alzam bahkan sampai ke ujung dunia sekalipun.

Drrrrrrrrrrrtttttttttt drrttttttttt

Ponsel yang ada di saku celana Ansel terus bergetar. Ia segera menggeser opsi hijau diponselnya.

Long Time & Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang