BAB 18; Jenara tanggung jawab Jefrian sepenuhnya.

1.1K 168 68
                                    

selamattt malamm sayang-sayangnya aku!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


selamattt malamm sayang-sayangnya aku!!!

semoga selalu sehat.

aku up ini, jangan lupa tinggalin banyak-banyak komentar yaa!🥺🫶🏻

ily!!!🤟🏻

enjoyyy!

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Jefrian memutuskan untuk meliburkan diri dari pekerjaan kantor. Apabila ada hal yang penting, dia akan tangani dari rumah saja, tidak ke kantor. Lagi pula ada Malvendra yang siap sedia datang ke kantor kapan saja asal tidak memiliki jam kuliah. Adanya Malven sedikit meringankan beban pekerjaan yang Jefrian tanggung. Jefrian hari ini juga berencana untuk ke rumah milik kedua orang tuanya untuk membicarakan sesuatu.

Sedangkan Jenara, dia merasa aneh dengan sikap Jefrian akhir-akhir ini yang lebih memperhatikannya. Mungkin karena dia ingin lebih memanjakan anaknya yang sedang Jenara kandung. Tetapi yang membuat Jefrian makin aneh di matanya adalah, Jefrian melarang Jenara untuk memegang ponselnya dengan alasan, kata Karin, perempuan hamil tidak boleh terlalu banyak memegang ponsel, takut nanti mempengaruhi kandungan.

Jenara bertanya-tanya dalam hatinya, memangnya ada ya hubungannya antara ponsel dengan kandungan? Kalau iya, Jenara baru tahu.

Emak juga, Emak bilang bahwa orang yang sedang hamil muda harus menyibukkan diri dan menjauhkan diri dari ponsel dan menonton televisi. Jadilah Jenara hidup bosan jika si kembar sedang tidur, baik tidur siang ataupun tidur malam sebelum Jenara tidur. Karena yang jadi kesibukan Jenara hanyalah si kembar. Bermain bersama, memandikannya, menemani mereka saat sedang meminum susu lewat dot, dan meniduri mereka atau dalam kata lain 'ngelonin'.

"Jef, gue bosen. Sini hape gue."

"Engga, jangan ya... Kamu inget kan kata Emak sama Kak Karin?" Ucap Jefrian melarang Jenara mengambil ponselnya yang memang dia simpan. Jenara mengangguk lemas, "tapi gue bosen..."

Sejujurnya Jefrian sudah bekerja sama dengan Emak dan dokter Karin untuk sama-sama melarang Jenara memegang ponselnya. Mereka juga sudah tahu yang terjadi tentang Mama kandung Jenara dan setuju dengan ide Jefrian.

"Ayo bangunin Abang sama Kakak."

"Engga! Kasian."

Jefrian mengambil dan menghembuskan napas pasrah, "kalo gitu, jalan-jalan pagi mau? Kita beli bubur?"

"Abang sama Kakak gimana?"

"Emak pasti sebentar lagi datang." Ucap Jefrian sok tahu, tetapi bel rumahnya berbunyi dan benar saja Emak datang dengan membawa kantong keresek berisi lontong sayur buatannya.

"Emak bawain lontong sayur buat kalian, di makan ya?"

Jenara mengubah wajah masam. "Tapi Jena mau beli bubur sama Jefrian..." Jenara mendongak menatap pemuda lebih tinggi yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang