BAB 31; marah.

806 138 35
                                    

kabarin kalau ada typo dan kesalahan ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kabarin kalau ada typo dan kesalahan ya?

selamat pagi dan selamat membaca, semoga suka!!!! 

KOMENNYAAAA JANGAN LUPAAA!! YANG BANYAAAK PELIIIS🥺😤😭

***

Berbicara malam hari bersama orang tersayang sebelum tidur nyatanya memang senyaman ini. Istilahnya deep talk. Seperti yang sedang Jenara dan Jefrian lakukan. Tidak seperti hari-hari kemarin dimana Naren dan Jenan sulit menutup mata, malam ini mereka tidur cukup awal.

Kemarin Jenara sempat merasa khawatir karena si kembar yang memang terlambat tidur, tetapi sekarang tidak lagi setelah dia sadar bahwa jam tidur anak seusia mereka memang tidak pasti.

"Jeff, aku mau nanya."

"Hm? Nanya apa?"

Merasa sudah diberi ruang untuk Jenara bertanya, dia mendekat menatap rahang tegas suaminya dan melayangkan tanya, "aku udah nyerahin semuanya ke kamu. Tubuh aku, cinta aku, kasih sayang, semuanya, aku udah kasih ke kamu. Apa nanti kalo kamu ngerasa bosen sama aku, kamu bakal ninggalin aku?"

Pertanyaan itu sontak membuat Jefrian menoleh, menatap Jenara yang juga tengah menatapnya. Jefrian memiringkan tubuhnya yang semula berbaring lalu memeluk pinggang istrinya. "kok tiba-tiba nanya begini?"

Jenara menggeleng. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan tiba-tiba. "Aku juga ga tau. Tiba-tiba aja pengen nanya ini ke kamu."

"Sayang, dengerin aku." Jefrian menghela napas sebelum berbicara, menatap lekat pada netra Jenara. "Aku udah janji sama banyak orang, janji di hadapan Tuhan lewat shalat ku, aku udah pegang tanggung jawab terhadap kamu dan anak-anak kita. Aku ngga akan mungkin ninggalin kamu, Jen. Kamu harus percaya sama aku kalo aku ngga akan berani ninggalin kamu demi dan karena apapun. Jangan mikirin ini, sayang, aku ngga akan ninggalin kamu karena aku udah secinta ini sama kamu..." Lanjut Jefrian, membuat hati Jenara terenyuh.

"Beneran? Janji?" Jenara memasang jari kelingkingnya.

Jefrian tertawa lalu menyambut jari kelingking itu sehingga jari keduanya bertaut. "Janji, sayang."

Setelah acara saling taut jari, kepala Jefrian mendekat ke arah Jenara membuat perempuan itu sontak menutup matanya. Jefrian tertawa, "kenapa tutup mata sayang? Aku mau ambil ini, ada benang di dahi kamu. Benang baju Kakak atau ngga si Abang ini mah, kayanya."

Jenara membuka matanya kembali lalu mendekat ke Jefrian, menyembunyikan wajah pada dada Jefrian. Dia merasa malu.

"Kamu ngarep aku cium ya, Jen? Makannya tutup mata gitu? Yaudah, ayo, ciuman."

"DIEM!"

***

Siang hari, Jefrian bersiap dengan pakaian santainya untuk pergi ke salah satu toko dekat rumah untuk membeli peralatan mandi Naren dan Jenan. Awalnya, Jefrian ingin membawa salah satu dari bayi kembarnya, namun tidak diperbolehkan oleh Jenara karena panas, kasihan.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang