BAB 24; anak manis penjual gelembung.

923 139 25
                                    

gais, di bab kemarin waktu jena kesakitan jefrian tuh gabisa mikir karna udh kepalang panik, makannya ga buru-buru mikir ke RS😭👍🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gais, di bab kemarin waktu jena kesakitan jefrian tuh gabisa mikir karna udh kepalang panik, makannya ga buru-buru mikir ke RS😭👍🏻

kalian kalo lagi panik gitu juga, engga? aku tim iya. kalo panik malah gabisa mikir cepet gtu😭🙏🏻

haha, jangan lupa komentarnya yaa? aku tunggu💞

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Malam ini, Jefrian masih berada di rumah sakit untuk menemani Jenara yang masih harus di rawat di sana. Ya, Jenara memang belum di bolehkan untuk pulang oleh dokter Ayu dan dokter Karin, dia harus menginap di sana malam ini; besok baru diperbolehkan pulang sepertinya.

"Saya ga bisa datang sekarang, Pak. Maaf, istri saya sedang sakit dan saya tidak bisa meninggalkannya di rumah sakit. Bisakah kita tunda pertemuannya, Pak?"

"Maaf, tidak bisa. Waktu saya bukan hanya untuk pertemuan dengan Bapak Jefrian, saya masih punya banyak urusan. Lebih baik saya batalkan kerja sama ini kalau Bapak tidak profesional."

"Baik. Ngga apa-apa kalau kerja sama kita di batalkan, Pak. Saya terima. Sekali lagi saya minta maaf karena tidak bisa menghadiri pertemuan kita sesuai janji."

Sambungan telepon itu di tutup. Jefrian meremas rambutnya asal, agaknya perusahaan yang dia pimpin kembali mengalami kerugian. Padahal, kalau kerja sama kali ini berhasil, hasil dan keuntungan untuk perusahaannya cukup banyak. Jefrian memejamkan mata dengan tubuh yang bersandar di kepala sofa.

"Aku minta maaf, gara-gara aku, kamu jadi batalin pertemuan kamu..." Jefrian membuka matanya saat mendengar gumaman itu yang berasal dari Jenara.

Jenara sudah bangun sedari tadi sebenarnya, tetapi dia tetap memejam sambil mendengarkan percakapan suaminya dan rekan bisnisnya lewat panggilan telepon tadi itu.

"Kok kamu minta maaf? Ga apa-apa, ini bukan salah kamu." Jawab Jefrian.

Jenara menggeleng lalu merubah posisinya menjadi duduk secara perlahan sambil memegangi perutnya. "Coba aja aku engga susah diingetin, ga batu, pasti ga akan begini. Kamu bener, aku udah bahayain dede. Aku buat semuanya jadi kacau, maaf..." Jenara menunduk dalam. Dia berucap demikian dengan suara lirih dan gemetar.

Jefrian mendekat dan ngusap-ngusap lembut rambut Jenara. "Ga usah di pikirin. Yang penting engga di ulangin lagi," ujarnya.

"Masih marah ya sama aku?"

Jefrian gelengin kepala, walaupun dalam hati masih ada perasaan dongkol dan kesal terhadap Jeana yang super duper susah di bilangin, mana kalo nolak sampe nangis-nangis gitu lagi. Emang dasarnya perempuan berumur dua puluh dua tahun itu gemes, mau marah engga tega, tapi di biarin juga bikin pening.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang