BAB 21; maaf dan menerima.

949 158 88
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN BANYAK KOMENTAR UNTUK KELANJUTAN CERITA INI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA TINGGALKAN BANYAK KOMENTAR UNTUK KELANJUTAN CERITA INI.

selamat malam, selamat membaca.

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Jefrian menutup laptopnya. Dia uring-uringan sekali karena tiba-tiba kepikiran tentang Jenara yang selalu cek kandungan tanpanya. Berapa kalipun Jefrian menawarkan untuk menemani perempuan itu, berulang kali pun Jenara menolaknya. Hal ini membuat Jefrian penasaran tentang perkambangan calon bayinya.

Karena rasa penasaran yang kian membuncah, Jefrian nekat menelpon Karin. Tidak peduli sesibuk apa dokter itu, tidak peduli sepenuh apa jadwalnya, dan tidak peduli berapapun pasien yang harus dia cek, Jefrian kepalang ingin tahu.

"Nape Jef?" Suara awal yang terdengar dari sambungan telepon yang bersumber dari dokter cantik bernama Karin.

Tidak mau banyak basa-basi, Jefrian langsung menanyakan poin pertanyaannya-sumber rasa penasarannya. "Gue mau nanya, Kak. Jena sering kontrol kandungannya kan ya, sama lo?"

"Iya, kenapa?"

"Gue mau nanya, keadaan anak gue gimana?"

Di seberang tempat, di rumah sakit yang menjadi tempatnya bekerja, Karin mengernyit bingung. Masa iya sudah berkali-kali Jenara kontrol kandungan, dia tidak memberitahukan hasilnya pada Jefrian? Itu hal mustahil sebagai suami istri, kan? Karena yang Karin tahu, suami istri pada umumnya akan sama-sama tahu tentang keadaan kehamilan apabila istrinya tengah hamil. Seharusnya Jenara dan Jefrian juga demikian. Terkecuali... Jika hubungan rumah tangga mereka sedang tidak baik-baik saja.

Kalian tahu sendiri jika Jefrian ini adalah orang yang engga sabaran, kalau sedang dalam panggilan telepon dan tidak ada sahutan dari lawan bicara, Jefrian akan merasa kesal. "Kak, gue nanya loh ini."

"Emang Jena ga pernah kasih tau lo hasilnya gitu?"

Jefrian gelagapan. Harus jawab apa dia? Masa iya jawab jujur walau kenyataannya begitu? "Udah ah, tinggal jawab."

Sebenarnya hari itu, Jenara sudah bercerita pada Karin jika hubungan mereka sedang kurang baik, tapi kan Karin pikir sudah baikan. Ternyata belum. "Janinnya oke kok, aman, udah lebih baik dari yang pertama di periksa. Dokter Ayu yang juga meriksa bilang keadaannya baik-baik aja." Jawab Karin. "Lo belum baikan sama Jena emangnya?"

"Jenara cerita?" Apa Jenara menceritakan semuanya pada Karin? Tentang semua hal yang terjadi pada mereka berdua? Kalau iya, Jefrian merasa kecewa karena tidak seharusnya masalah rumah tangga mereka diberitahukan pada orang asing; walaupun memang mereka dekat. Biarlah jadi urusan mereka sendiri, orang lain tidak perlu tahu.

"Engga sih, Jena waktu itu cuma bilang kalo dia sama lo lagi ada masalah kecil."

"Beneran cuma bilang begitu aja?" Tanya Jerfrian ragu.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang