dikulum di kunyah??
tolong berikan komentar sebanyak-banyaknya.
selamat baca!
'ღ'-'ღ'-'ღ'
Jefrian dan Jenara baru selesai cek kandungan di rumah sakit. Setelah drama minggu lalu saat Jenara ngga mau di sentuh sama sekali sama Jefrian, katanya bau, akhirnya hari ini mereka sama-sama lagi. Bahkan lebih menghangat.
Terpantau waktu pagi tadi, Jenara yang lebih dulu bangun langsung menghampiri Jefrian dan kecup-kecup wajahnya, dusel-dusel sambil bilang kangen, padahal kan dia sendiri yang maunya jauh-jauhan kemarin. Sampai Jefrian pusing.
Lima bulan kehamilan, Jenara masih juga sama. Masih enggan untuk diketahui keadaannya oleh orang lain selain orang-orang yang memang sering ia temui. Masih tidak mau keluar dari rumah jika tidak ada kepentingan apapun. Bahkan apabila olahraga pagi pun, lebih memilih di taman belakang rumah yang jarang didatangi orang.
Jenara menggenggam tangan Jefrian. Ya gitu, sejak bangun tidur tadi pagi, Jefrian merasa bahwa Jenara sekarang lagi mode manja, pengennya ditempelin terus.
Ya seneng lah, dia, tentunya.
"Ayah..."
Damn, kenapa tiba-tiba manggil begini?
Ini sama sekali tidak baik untuk hati Jefrian.
Jefrian menoleh pada Jenara dengan pandangan bertanya, "manggil aku?" Tanyanya dengan menunjuk diri sendiri.
Jenara memandang Jefrian dengan bibir mencebik. "Ya iyalah. Kan Ayahnya anak-anak aku cuma kamu." Sewot Jenara.
"Kenapa?"
"Aku lagi peng-"
"Jangan aneh-aneh loh, Jen." Ucap Jefrian memotong pembicaraan Jenara.
Jenara menatap sinis ke arah Jefrian, "IH ENGGA. Jangan di potong dulu aku lagi ngomong!" Kesalnya. Jefrian ini memang kebiasaan. "Aku pengen mangganya Pak Nazir..." Lanjut Jenara sembari memanangi tangan Jefrian yang dia genggam.
Jefrian sendiri melebarkan mata. Sungguh, kali ini memang ngidamnya Jenara masih normal dan umum, tapi kalau suruh menghadapi Pak Nazir, Jefrian tidak sanggup.
Pernah sekali Jefrian datang ke rumah Pak Nazir karena Ketua RT tersebut meminta kertas fotocopy Kartu Keluarga untuk suatu urusan. Saat itu Jefrian sedang berjongkok sembari menyapa anak kecil yang merupakan cucu dari Pak Nazir, tanpa sadar di atasnya ada kandang burung yang menggantung di genteng rumah Pak Nazir.
Dan saat Jefrian berdiri, kepalanya menyundul kandang burung tersebut sampai kandang itu rusak dan burungnya terbang.
Sejak saat itu Jefrian menghindari interaksi dengan Pak Nazir. Ya, walaupun Pak Nazir selalu bilang engga apa-apa, kok, Nak dan dia sudah mengganti kerugian Pak Nazir dengan uang yang cukup banyak. Tapi tetap saja rasa malu dan tidak enak hati masih membekas di untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Fiksi UmumKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.