BAB 30; hanya ingin Jefrian.

869 124 55
                                    

SERBU BAB INI DENGAN KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA untuk update bab berikutnya🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SERBU BAB INI DENGAN KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA untuk update bab berikutnya🥺

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Pagi hari di hari Rabu, Jefrian sudah siap dengan setelan formal jas hitamnya. Hari ini, dia harus datang ke kantornya untuk melakukan pertemuan dengan rekan bisnis dan mengontrol kerja para karyawannya. Jefrian sudah terlalu lama bekerja dari rumah, jadi untuk sesekali dia juga harus datang ke kantor kebanggaannya.

Beruntung, Jenara mengerti dan paham sehingga dengan mudah Jefrian meminta izin.

"Udah siap semuanya Jeff? Ngga ada yang ketinggalan kan?" Tanya Jenara yang diangguki oleh Jefrian, kerena memang tidak ada yang tertinggal.

"Udah, sayang. Aku berangkat ya?" Ucap Jefrian yang diangguki oleh Jenara yang mengantarnya sampai depan pintu rumah.

Sampai mobil hitam milik sang suami menghilang dari pandangan mata, Jenara kembali masuk ke dalam rumah, ikut duduk bersama Raya yang sedang menjaga si kembar bermain.

Terhitung sudah satu minggu Raya menggantikan Emak Yaya bekerja di rumah itu. Raya sedikit meringankan dan membantu pekerjaan Jenara di rumah, walaupun tidak seahli dan segesit Emak Yaya, tapi Jenara sudah merasa terbantu. Perjalanan bersama Raya satu minggu ini juga baik, Jenara tidak merasakan adanya hal buruk dari Raya, bahkan dia selalu memperlakukan Raya seperti temannya sendiri.

"Abang, Kakaknya jangan dipukul pahanya, nanti nangis." Larang Jenara sambil mengawasi pergerakan anak kembarnya.

Jenara bersyukur karena pekerjaan pagi ini udah beres, semua udah dipegang. Makanan juga udah tersaji sebagai menu sarapan pagi tadi, tentunya dia yang memasak itu. Karena memang, Jenara tidak mengizinkan orang lain yang memasak, dia mau belajar masak sendiri. Kalau Emak Yaya pengecualian, Emak Yaya boleh masak di rumahnya kapanpun. Tapi tidak untuk orang lain termasuk Raya.

Karena kerjaan rumah selesai, jadilah dia bergabung sama Raya, duduk-duduk sambil jagain bocil ke,bar yang lagi aktif-aktifnya. Aktif berantem berdua, sering saling pukul juga yang menyebabkan salah satunya pasti nangis, entah itu Jenan atau Naren.

"Jen, kamu ngerasa ada sesuatu yang aneh dari Jefrian ngga sih?"

"Hah? Aneh apanya? Jeff baik-baik aja, kok. Ngga ada keanehan sama sekali."

Raya mengangguk kecil, "tapi Jen, setelah aku denger cerita kamu yang Jefrian ngga sengaja bikin kamu hamil begini, kamu sadar ga sih kalo dia kaya sayang sama kamu cuma sebagai bentuk merasa bersalah karena bikin kamu hamil."

Benar, Jenara memang menceritakan tentang kehamilannya pada Raya beberapa hari yang lalu. Itupun karena dia tidak sengaja. Keceplosan.

"Aku hamil juga awalnya ngga nyangka. Ngga sengaja, eh benihnya malah tumbuh hahaha."

"Loh, jadi kamu hamil ini kaya ngga diniatin? Maksud aku kaya hamil yang tiba-tiba gitu?" Tanya Raya yang diangguki oleh Jenara. "Ya... gitu. Makannya ga nyangka."

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang