kalian beneran nungguin cerita ini update emang?🤔🙀
kalo misal iyaa, aku udah update. maaf yaaa buat book yang lain, belum sempat aku ketik😭🥺
okeeeew, selamat membaca! jangan lupa SPAM KOMEN YANG BANYAAAAAAAAK BANGET okeee???!🥺
***
Semenjak kejadian saat Jenan jatuh beberapa hari yang lalu, sikap Jefrian kepada Jenara berubah menjadi lebih dingin. Enggan bicara sebelum diajak bicara lebih dulu, membuat Jenara cukup merasa sedih karena didiamkan oleh suaminya.
Malam ini, semua orang sudah tidur kecuali Jefrian yang masih berfokus pada alat elektronik yaitu laptop. Masih ada beberapa berkas yang belum selesai dia ketik, ada tiga file yang belum dia unggah di Google drive juga. Masih cukup banyak.
Laki-laki itu tersentak saat mendapat beban berat pada pundaknya, dia menoleh dan mendapati sang istri yang tengah memeluknya dari arah belakang. Wajah mereka sangat dekat, membuat Jenara memandang dengan hati berdebar. Menatapi wajah Jefrian bukan hal yang baik untuk Jenara, jujur saja. Sama dengan Jenara, Jefrian juga melihat ke arah wajah Jenara dengan bibir melengkung ke bawah. "Jangan diemin aku gini Jeff..." Mohonnya pada Jefrian.
Demi apapun, didiamkan oleh Jefrian rasanya tidak nyaman sama sekali. Apalagi dia tidak tahu salahnya terletak di mana. Jefrian hanya salah paham terhadap Jefrian-yah, walaupun memang Jenara cukup bersalah kemarin, tapi dia sangat berharap suaminya memaafkannya.
Jenara ingin diajak bicara lagi oleh Jefrian dan tidak didiamkan lagi seperti sekarang. Itu saja.
"Kamu tega banget diemin Buna sama dede." Ucap Jenara lagi. Kali ini terlihat lebih dramatis. Jiwanya jadi tiba-tiba melankolis. Bercanda.
"Mau apa?" Tampaknya, hidup dengan mengenal Jenara dalam waktu yang cukup lama membuat Jefrian cukup hapal dengan tabiat sang istri yang akan berubah menjadi lebih manja saat ingin mendapatkan perhatian orang lain seperti sekarang ini, apalagi dengan keadaan berbadan dua seperti sekarang. Semakin bertambah.
"Mau dimaafin Ayah, dede mau bobo dipeluk Ayah. Please, Ayah, maafin Buna."
Jefrian belum menjawab, memilih menarik napas panjang. "Iya, nanti tidur sama Ayah. Kamu ke kamar, istirahat aja duluan."
Jenara menggeleng, takut suaminya ini berbohong. Sebab, Jefrian kalau sudah berselingkuh dengan kertas-kertas itu, akan menghabiskan waktu yang cukup lama, bahkan saat bekerja di rumah sekalipun. Tidak masalah, sebenarnya-kalau di hari-hari biasa. Yang jadi masalah adalah sekarang Jenara maunya manja-manjaan sama suaminya.
"Maunya sekarang,"
"Kerjaan aku belum beres, Jen."
Bibir Jenara makin melengkung, "Ayah tega sama dede. Lebih pilih kertas-kertas sialan itu di banding kita berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Ficción GeneralKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.