BAB 44; Still

777 125 45
                                    

CUNG YANG KANGEN BAYI KLEPON☝🏻☝🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CUNG YANG KANGEN BAYI KLEPON☝🏻☝🏻

haloooo~, agaknya udh terlalu malam. tapi ngga apa-apa kan, ya?🖐️

walaupun udah malam tapi, Ibu RT selalu berharap untuk para warga selalu memberi komentar sebanyak-banyaknya.

komen yang banyak atuh, serah dah spam apa yang penting komenin yang banyak biar bu rt semangat nulis buku di rumah ini. biar rumah ini kaga kosong melompong muluuuu kaga open open wkwkwk.

komen! komen! yang banyaaakkk~ per kata dah tuh komenin aje semua gpp sumpah gue seneng banget malah.

oke, dh mlm ga baik buat bnyk bcot. mksie. inget ya, APAAAA??? yak, betul. KOMEN YANG BANYAAAK.

***

Jefrian pulang dengan selamat menuju rumahnya. Dia langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan apapun. Dia langsung berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan semua yang Jefrian kerjakan tentunya tidak luput dari mata Jenara yang tengah duduk bersandar di headboard.

Jefrian tampak marah, mukanya amat sangat datar. Ini menakutkan.

Bahkan selama menjadi istri dari Jefrian, Jenara baru melihat aura kelam ini. Jenara baru melihat wajah penuh kilatan amarah dari Jefrian.

Setelah selesai dengan urusan membersihkan tubuhnya, Jefrian duduk di tepi ranjang. Masih tanpa suara. Pemuda itu meraih ponsel yang semula diletakkan di atas nakas dan langsung mengetikkan sesuatu di sana yang Jenara tidak tahu.

Jefrian mengacuhkannya. Dia mendiamkan Jenara. Tidak ada ramah dalam wajah Jefrian. Jenara takut.

Jefrian akhirnya berbalik menghadap sang istri yang tengah memandanginya.

Merasa di pandang, Jenara langsung menundukkan kepala. Dia benar-benar takut, bahkan menahan air matanya agar tidak turun.

"Sayang..." Jefrian mencoba menyentuh sang istri, tetapi tangannya di tepis oleh Jenara. Perempuan itu justru menaikkan selimut yang menutupi tubuhnya sampai ke pundak dan menutupi tubuhnya. Diam-diam tangannya meremat selimut tersebut agar takutnya tidak terlihat oleh suaminya.

"Hei, kenapa Jen?"

Jenara menggelengkan kepala.

"Bilang ke aku, kamu kenapa?" Tanya Jefrian. Nadanya mulai melembut. Tapi wajahnya masih dingin dan tajam.

"Kamu jangan gitu, aku takut.." Cicitnya dengan jujur.

Jefrian menghela napas. "Aku minta maaf kalo bikin kamu takut. Aku cuma lagi agak emosi aja,"

Jenara masih terdiam, tidak menjawab apa-apa. Tetapi setelahnya mengangguk juga. Jefrian duduk mendekat dan memegang tangan istrinya. "Jangan takut sama aku,"

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang