maaf kemaleman ya... good night.
blm aku cek lagi, tapi nanti kalo ada kesalahan pasti aku edit dan benerin. tandai aja klo kalian ga keberatan dimana yg rancu.
selamat baca. jangan lupa komen.
'ღ'-'ღ'-'ღ'
Jenara, Jefrian, dan Emak sedang duduk bersama di ruang keluarga. Ketiganya sedang mengawasi dua bayi yang sedang bermain. Si Abang sedang memilah gambar-gambar yang terdapat suatu magnet kecil lalu menempelkannya pada sebuah bidang yang digunakan untuk menempelkan gambar tersebut. Sedangkan si Kakak sedang mengamati mainan mobil-mobilan yang berkelap-kelip dan mengeluarkan lagu anak-anak.
"Emak, dulu waktu Emak hamil, apa sering ngerasain kram di perut?"
"Engga terlalu sering sih, kenapa, nak?"
Jenara menggeleng, "engga, Jena nanya doang."
Emak Yaya mengangguk paham, lalu pamit ke belakang untuk memasak.
"Kamu sering kram? Kenapa nanya begitu?" Jefrian begitu ingin tahu penyebab Jenara yang tiba-tiba melayangkan pertanyaan semacam itu kepada Emak.
"Kadang, perut aku begitu. Tapi sekarang aman."
"Kamu tau ngga kenapa bisa begitu?" Tanya Jefrian.
"Kenapa?"
"Karena kamu banyak pikiran. Coba aja semuanya kamu bikin santai, pasti engga sering kram perutnya."
"Begitu, ya?" Jefrian mengangguk mengiyakan, kemudian dia mendapatkan sebuah ide. Janji, yang kali ini engga aneh-aneh. "Mau ikut aku, engga?"
"Kemana?"
"Ke undangan ulang tahun partner kerja aku." Jawab Jefrian ringan.
Jenara melebarkan mata, susah-susah menutupi keadaan hamilnya, Jefrian malah mengajak dia datang ke acara itu yang jelas akan banyak orang dan banyak teman Jefrian. "Engga, aku ngga mau."
"Dih, kenapa?"
"Kamu engga punya pikiran kalo mau bilang ke temen-temen kamu bahwa kamu udah nikah, kan Jeff? Dan lagi, aku udah mulai kelihatan gendut begini, mereka pasti bakal cepat nebak kalo aku lagi hamil. Dan sayangnya, tebakannya bener semisal beneran menebak."
Jefrian tertawa kecil, "takut amat sama tebakan orang? Ngga apa-apa, lagi! Acaranya tuh di ruangan tertutup, yang datang itu ya orang-orang yang deket aja sama beliau, yang jadi partner bisnis beliau yang berhasil, itu yang di undang. Jadi ngga apa-apa lah, aku bawa istri. Mumpung punya." Dia melanjutkan tawa, "lagian kan, kamu memang istri aku, Jen..."
Apa tadi? Mumpung katanya?
Oh iya, Jenara ingat, dia kan pernah berucap ingin cepat berpisah dengan pemuda itu, ya. Tahu kalau akan bucin begini, Jenara tidak akan mengatakan kata biadab itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Fiksi UmumKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.