jangan lupa tinggalkan komentar sebanyak-banyaknya.
wajib, kudu, harus, pokoknya komen!🥺
selamat membaca!
berdo'a dulu, jangan misuhin aku😓☝🏻
'ღ'-'ღ'-'ღ'
Jenara menggelengkan kepala keras, dia menangis histeris. Jenara takut sekali berada di tempat ini. Tadi, saat dia sedang berjalan pulang dari supermarket kemudian di bekap, setelah itu Jenara tidak ingat apapun lagi kerena dia sadarkan diri.
Saat bangun dari pingsannya dengan keadaan tangan dan kaki yang diikat, dia berada di ruangan gelap dan terlihat sudah lama tidak dipakai. Terlihat bahwa tempat ini adalah tempat yang lama tidak di huni. Di luar hujan, Jenara bingung harus melakukan apa. Dia takut.
Pintu ruangan itu terbuka, dua orang masuk ke sana. Mereka datang dengan pakaian tertutup, yang satu lebih pendek dan satunya lagi jauh lebih tinggi.
Yang pendek lebih tertutup, menggunakan jaket hitam, jeans hitam, dan masker. Tapi Jenara bisa tahu dia adalah seorang wanita karena suaranya walau tidak terlalu jelas karena teredam oleh masker yang ia pakai. Orang yang lebih tinggi, adalah seorang laki-laki. Terlihat jelas karena dia tidak memakai masker. Hanya memakai celana hitam dan hoodie saja.
Jenara beringsut takut karena salah satu dari mereka berjalan mendekat dengan tatapan penuh kebencian. "Siapa kamu?!" Jenara bingung, apa kesalahan yang diperbuat sehingga dia bisa diculik dan berada di tempat ini. "Lepasin saya dari sini!" Tetapi penjahat wanita itu melanjutkan perjalannya semakin mendekat pada Jenara.
"Saya? Saya orang yang ngga suka sama kamu."
"Apa mau kamu?!" Dalam tangisnya Jenara memohon meminta dilepaskan. Tangan dan kaki yang terikat kencang itu terasa sakit, dia yakin akan membekas.
"Mau saya? Mau saya, kamu mati di sini, Jena..."
"H-hah... Lep-lepas!" Jenara mendongak saat merasakan permukaan lehernya yang di cekik oleh orang itu, dia menangis. "Seberapa keras kamu berteriak, engga akan ada yang nolongin kamu!"
Si penjahat itu memiringkan wajah, menikmati wajah ketakutan dan dipenuhi air mata milik Jenara. Rasanya senang sekali saat melihat Jenara lemah di depan matanya. "Lakuin semua yang lo mau," ucap penjahat itu kepada temannya yang laki-laki kemudian menjauh dari Jenara.
Satu-satunya laki-laki di sana tertawa cukup keras melihat Jenara yang menangis, terisak dan ketakutan. Dia mendekat pada kursi yang Jenara duduki lalu mencengkram dag wanita itu. "Jangan nangis, cantik..."
Jenara menggeleng keras, dia memohon-mohon meminta dilepaskan. Berulang kali dia mencoba untuk memberontak, berteriak, sampai napasnya tersengal.
"Jef-hhh tolong aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Fiksi UmumKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.