BAB 19; tidak ada yang perlu di khawatirkan.

949 168 62
                                    

selamat malaaaamm! apa kabar semuanya? semoga selalu sehat yaaaw!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selamat malaaaamm! apa kabar semuanya? semoga selalu sehat yaaaw!

aku kembali datang, jadi ayoo kita ketemu/saling balas komentar if u want.

aku minta spam komentar lagii yaaa! itu bikin makin senang rasanya huhu🥺🥺

selamat membacaaa! ayo kuat kaya jenara, wkwk.

'ღ'-'ღ'-'ღ'

"Dari mana?"

Jefrian menghentikan langkahnya menuju kamar mandi. Malam ini dia baru pulang dari rumah Mama dan Papa nya. Saking asiknya mengobrol dengan kedua orang tuanya ditambah lagi dengan Malvendra. Mana si kembar tertahan di sana pula.

Pulang dari sana, Jefrian bernapas lega karena Jenara sudah tidur dan Emak juga sudah pulang. Lagi pula mau pulang jam berapapun Jenara tidak akan pernah peduli terhadapnya. Tapi dalam hati sebenarnya Jefrian tidak enak hati karena pulang terlalu larut. Malah Jenara terbangun dan dan langsung menodongnya dengan pertanyaan bernada dingin pula.

"Anu, dari rumah Mama sama Papa, tadi ngobrol kerjaan gitu sama Malvendra juga. Kenapa? Kamu butuh sesuatu?"

Jenara bangkit untuk duduk dan memperhatikan pergerakan Jefrian. Jenara menggeleng sebagai tanggapan.

Lagi, Jefrian melangkah setelah mendengar jawaban Jenara bahwa dia tidak membutuhkan apa-apa.

"Mau kemana?"

Alis Jefrian terangkat, dahinya berkerut. Ya jelas mau mandi dan membersihkan diri, itu kan kebiasaaannya setelah pulang dari manapun. "Mau mandi, aku baru pulang."

Jenara melirik jam dinding, pukul setengah dua belas malam.

"Engga usah mandi..."

"Hah?"

"Lo ngga usah mandi. Ak- Gue mau—Dede m-minta di peluk Ayahnya."

"Hah?"

Beneran Jefrian tidak paham. Dia sampai merinding mendengar ucapan acak dan berantakan dari Jenara. Mana ini kan, tengah malam. Seram. Tetapi dengan ragu Jefrian mendekati tempat perempuan itu. "Aku bau keringat, masa engga mandi?"

Namun Jenara tidak peduli. Dia tidak mendengarkan tapi justru langsung menyambar tubuh Jefrian dan mendesakkan kepalanya pada leher sang suami.

Jefrian terdiam, ini Jenara betulan? Aneh sekali sikapnya.

"Jen, kamu ngga apa-apa?"

"Aku mau di dongengin sampe tidur."

"Hah?"

"Kamu hah hah terus!" Jenara menjauhkan tubuhnya lalu merebahkan tubuhnya lagi dengan membelakangi Jefrian dan menutupi tubuhnya dengan selimut sampai dagu.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang