tuk tuk tuk, aku datang lagi! sesuai janji, buat update bab ini cepet. satu yang mau di sampein, terima kasih buat yang nunggu (?) dan pengen ini lanjut, haha. seneng bisa berinteraksi dengan kalian walau sedikit. makasih yaaa❤️🫶🏻
3000++ semoga cukup ya, buat bab ini.
JANGAN LUPA TINGGALKAN BANYAK KOMENTAR.
komentar kalian anggap aja buat apresiasi tulisan aku walau masih banyak bangeeeet kekurangannya🥺
selamat malam, selamat membaca, selamat emosi, selamat kaget, dan semoga menikmati!
***
Jefrian terbangun saat mendengar suara ribut dari kamar mandi. Pendengarannya semakin menajam, dia menangkap suara seseorang sedang muntah. Mata Jefrian melirik ke arah ranjang Jenara yang sudah tidak berada di sana. Dengan cepat Jefrian berdiri dan berjalan dengan langkah lebar menuju kamar mandi dimana Jenara berada, dia khawatir jika terjadi apa-apa pada Jenara di dalam sana.
Jefrian menunggu beberapa menit, dan sekarang sudah lumayan lama, tetapi Jenara belum keluar juga. Padahal, suara muntah dan kecipak air sudah tidak terdengar lagi.
"Jen? Lo ngga apa-apa?" Jefrian mengetuk pintu kamar mandi.
Tidak ada sahutan sama sekali. "Jen, jangan bikin khawatir. Jawab gue kalo emang lo ngga kenapa-kenapa."
"Jen?! Jawab gue atau gue dobrak." Kepalang emosi, Jefrian mendorong kasar pintu kamar mandi tersebut dengan tubuhnya. Beruntung pintu tersebut mudah di buka dan pintunya masih selamat, alias tidak rusak dan masih bisa digunakan.
Jefrian melenggang masuk ke kamar mandi dan melihat Jenara yang terduduk lemas di lantai kamar mandi dekat kloset dengan wajah yang luar biasa pucat. Apa penyakit asam lambung Jenara kambuh?
Dengan cepat Jefrian menggendong Jenara. Jenara tidak bisa menolak saking lemas nya. Dia hanya menerima perlakuan Jefrian dan berpegangan pada bahu pemuda itu.
Jefrian mendudukkan Jenara ke atas ranjang milik perempuan itu dan menyelimutinya sebatas lutut. Dia memberikan segelas air hangat dari dalam termos yang memang selalu tersedia di dalam kamar mereka. "Minum dulu," Jefrian memberikan gelas berisi air putih hangat kepada Jenara.
"Kamar mandi..." Lirih Jenara tanpa menerima pemberian Jefrian.
Jefrian nge-bug sebentar. Dia kan ngasih minum air putih, tapi kenapa Jenara malah jawab kamar mandi? Apa mau minum di dalam kamar mandi? Atau gimana sih?
Jefrian mengangguk setelah paham maksud Jenara. Jenara itu sudah lemas, tadi muntah-muntah di kamar mandi dan mungkin mualnya masih tersisa, jadi dia meminta dibawa ke kamar mandi lagi. Dengan cepat Jefrian menggendong Jenara sampai ke kamar mandi.
Jenara kembali mengeluarkan isi perutnya. Rasanya mual setengah mati, tetapi yang keluar hanyalah cairan bening sedangkan Jefrian berdiri di belakangnya dan membantu memijat tengkuk Jenara agar memudahkan perempuan itu mengeluarkan isi perutnya sampai lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
General FictionKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.