tolong komen yang banyak, bisa yaaa?
absen di setiap paragrafnya kalo bisa hahaha.
selamat malam~
***
"Aku mau jalan-jalan, Jeff." Jenara melayangkan permintaan sederhana kepada sang suami karena dia sudah kepalang jenuh berada dalam ruangan inapnya. Dia butuh udara luar.
"Mau kemana? Kamu belum boleh pulang. Besok aja ya kita jalan-jalan kalo kamu udah sembuh," jawab Jefrian dengan tegas. Jenara menggeleng, itu terlalu lama untuknya. "Aku maunya sekarang. Bukan nunggu kalo aku udah boleh pulang, tapi sekarang. Kita keluar ke taman rumah sakit setidaknya biar aku ga suntuk di sini terus."
"Oh gitu. Ya udah aku siapin kursi roda dulu. Sebentar, nanti aku ke sini lagi." Titah Jefrian yang tentu di angguki antusias dan tanpa perlawanan oleh Jenara dengan senyuman lebarnya. Akhirnya, setelah lama terkurung di ruangan itu, Jenara bisa keluar setidaknya untuk menghirup udara segar. Senang sekali.
Beberapa saat kemudian, Jefrian masuk ke dalam ruangan Jenara dengan mendorong satu kursi roda yang nantinya akan digunakan oleh Jenara. Jefrian membantu sang istri untuk turun dari ranjang, menggendongnya, dan mendudukkannya di kursi roda tersebut.
"Makasih," ucap Jenara setelah dibantu oleh Jefrian.
"Kembali kasih, cantik." Jawab Jefrian yang membuat pipi sang istri dihiasi semburat merah muda samar—tanda bahwa dirinya sedang malu dan salah tingkah.
"Apa sih!"
Jefrian mendorong kursi roda Jefrian dari ruangannya menuju luar rumah sakit. Tempat tujuan mereka adalah taman rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh dari ruangan sang istri. Begitu baik dan begitu kuatnya Jefrian, tanda sayang terhadap sang istri.
Sesampainya di taman rumah sakit, Jenara masih duduk di kursi rodanya dengan Jefrian duduk di kursi taman. "Padahal kalo aku jalan sendiri juga udah kuat, Jeff. Kalo begini kan, aku jadi makin ngerepotin kamu."
"Aku seneng, dan aku ga merasa direpotin sama kamu, Jen. Lagipula luka di perutmu belum terlalu kering, jadi harus hati-hati betul."
"Iya ih! cerewet!"
"Yeee dibilangin,"
Lalu kedua orang itu tertawa bersama.
"Kapan sih, aku di bolehin pulang? Aku bosen banget tau di sini, beneran, deh! Mau pulang, mau di rumah, sama kamu, sama Abang Kakak aja."
"Iyaaa sabaaaar sayang, sebentar lagi. Sabar sabar sabar."
"Ihh kamu! Sebentar lagi nya tuh kapan?!"
"Ya kapan-kapan." Balas Jefrian yang terlihat menyebalkan di mata Jenara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
General FictionKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.