jangan lupa komentarnya yang banyak yaaaaaaa🥰🥰
aku persilahkan untuk kalian spammm di lapak inii😔🥰
love youuuuu ❤️
***
Jefrian berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia pulang sebentar untuk menengok rumah yang beberapa hari ini tidak ia datangi atau tempati. Rumahnya sendiri. Sekalian membawa beberapa pakaian dari rumah sakit ke rumahnya karena kata dokter, sang istri sudah boleh pulang besok malam.
Ke dua anaknya tengah asik bermain dengan televisi menyala yang menampilkan serial kartun Poli—kartun yang Naren dan Jenan sangat sukai. Tetapi nampaknya kedua bayi satu tahun itu sedang fokus dengan mainan di tangan masing-masing.
"Abang, Kakak, liat, siapa yang datang!" Jefrian mendekat ke arah si kembar, lalu mencium kedua pipi dari masing-masing anaknya.
"Main apaaa?" Tanya Jefrian yang di jawab seadanya dan sebisanya oleh mereka.
Padahal Jefrian tahu bahwa Jenan dan Naren belum terlalu mampu menanggapi ucapan orang dewasa menggunakan bahasa yang dapat dimengerti. Ucapannya masih berupa kalimat acak, gumaman, semau bibir mereka berucap.
"Bubuuunn~!" Jenan memajukan bibirnya sembari berucap demikian, yang membuat Jefrian mengernyit agak bingung. "Maksud Kakak, Buna?" Tanya Jefrian lagi.
Agaknya orang dewasa itu sedikit mengerti dari bahasa tubuh Jenan yang mengangguk semangat serta Naren yang menatap wajahnya dengan tatapan bertanya.
"Oh, Buna? Buna masih di rumah sakit, besok sudah boleh pulang ketemu sama Abang sama Kakak lagi." Ucap Jefrian menjelaskan.
Jefrian kemudian terkekeh saat kedua anak tersebut melanjutkan kegiatan bermainnya—seolah sudah puas mendapat jawaban dari pertanyaan mereka, mungkin.
Lucu sekali.
"Ngengengengeng, bum!" Jenan menjalankan mobil-mobilan maju dan mundur dengan suara yang muncul lucu dari bibir menggemaskannya. "Hihi ngengengengengengeng syuuuu~!"
"Ninu... ninu..."
"Ni ini ni NI NI NIIII!!!" Sementara Naren yang sedang memainkan ring donat tampak emosi karena salah memasukkan donat ke dalam tiangnya. Bibirnya bahkan sampai maju-maju karena geregetan.
"Abang, itu salah." Jefrian mendekat ke arah Nare, lalu menggenggam tangan mungil bayi tersebut dan menuntun tangan Naren untuk memasukkan donat sesuai urutan yang terbesar sampai urutan terkecil ke dalam tiang nya. "Kalau mau masukin donatnya, dari yang paling besar dulu~ Ini, nih, yang warna merah dulu, terus yang ini-" tunjuk Jefrian pada bola berwarna biru, "ini yang paling atas, soalnya ini yang paliiing kecil~"
"Huh?" Naren mendongak ke arah Jefrian yang duduk di belakangnya dengan wajah bingung.
Jefrian terkekeh kecil, "iya, Abang ngga boleh marah-marah mainnya. Harus jadi anak pinter, nyusunnya harus sabar, yaitu dari yang paling besar dulu..."
Naren yang di ajari kemudian terkikik lucu. "Nyaa!"
"Abang sama Kakak main-main di sini, jangan nakal. Itu, Kakek lagi buatin susu buat Abang sama Kakak. Ayah mandi dulu yaa~"
"Yahhh!" Sorak si kembar dengan gembira.
Setelah beberapa waktu Jefrian bermain bersama anak-anak, dia memutuskan untuk ke dalam kamar untuk melakukan kegiatan yang menyegarkan yaitu mandi. Karena tadi pagi Jefrian sudah tidak mandi, jadi sore ini dia harus mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Fiksi UmumKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.