BAB 35; musibah.

761 123 29
                                    

halo cinta!!🫶🏻 selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

halo cinta!!🫶🏻 selamat membaca. aku minta maaf baru update lagi ya? dimaafin kan?

⚠️WAJIB KOMENTAR YANG BANYAK. (supaya bisa update cepet.)

*gema=grandma=nenek.

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Pagi ini Jefrian dikejutkan dengan kabar bahwa suami Emak Yaya—Ayahanda Raya yang biasa ia panggil dengan sebutan Bapak, meninggal dunia. Pagi ini, Jefrian yang bangun terlebih dahulu dari Jenara dan kedua anaknya dan saat itu juga dia langsung terkejut karena mendengar siaran duka dari salah satu masjid di dekat rumahnya yang mengabarkan berita duka tersebut. Ternyata Bapak wafat pukul tiga dini hari.

"Sayang, bangun dulu." Jefrian mengusap-usap dahi Jenara. Tapi karena memang dasarnya Jenara mudah dibangunkan, perempuan itu lantas membuka matanya tanpa Jefrian tunggu lama-lama.

"Pagi, Yah."

"Pagi sayang, sehabis ibadah pagi, langsung mandi ya?"

Kening Jenara menukik. "Hm? Kenapa langsung nyuruh mandi? Aku mau bikin sarapan dulu." Ujarnya heran.

"Kita ke rumah Emak. Bapak meninggal. Sarapan kita roti aja dulu ngga apa-apa?"

Jenara terkejut dia langsung menyibakkan selimutnya, lalu menganggukkan kepala. "Iya, ngga apa-apa. Aku langsung mandi setelah ini." Dengan cepat Jenara merapikan selimutnya. "Abang sama Kakak gimana?"

"Ngga masalah, nanti kita bawa juga." Jawab Jefrian yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Jenara.

Jefrian ini, semenjak Jenara hamil, jadi semakin menunjukkan bentuk perhatiannya terhadap Jenara dan si kembar. Tentunya membuat perempuan itu merasa senang dan tersanjung.

Jadilah, Jenara yang mandi dan Jefrian yang membangunkan si kembar, bahkan si Abang sampai menangis kerena merasa tidurnya terganggu oleh sang Ayah. Keduanya tidak dimandikan, hanya di lap-lap saja wajahnya dengan air hangat lalu dibedaki dan digantikan baju serta diparfumi. Kelamaan kalau kata Jefrian jika menunggu dua bocil itu mandi.

'ღ'-'ღ'-'ღ'

Mereka pergi ke rumah duka dengan mengendarai mobil Jefrian walaupun rumah Emak Yaya dekat dengan rumah mereka. Jefrian sendiri yang punya ide. Sebab, takut hujan tiba-tiba turun karena cuaca sulit di prediksi, pengaruh musim pancaroba. Dan Jefrian tidak mau anaknya kenapa-napa karena efek ini.

Jenara menatap rumah kediaman Emak Yaya yang sudah banyak didatangi oleh peziarah. Segera mereka masuk ke dalam rumah tersebut. Pandangan pertama yang ditangkap oleh mata Jenara adalah Emak Yaya yang tengah tersenyum kecil sembari berbincang dengan salah satu tetangganya. Beliau masih bisa menampilkan senyuman ditengah kedukaannya. Baru saja mereka datang, keluarga Jefrian yaitu Vina, Agam, dan sang Adik Malven juga datang ke rumah duka untuk berziarah. Mereka duduk saling berdekatan.

Keluarga Dadakan [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang