aku berharap di bab ini dpt banyak komentar.
spam yang banyak yaaaa biar aku senenggg. makasihhhh~!
anw, selamat malam dan hepi reding.
ily!!!<3
***
"Mana mau saya sama perempuan busuk seperti kamu. Ngga sudi."
"Kamu harusnya mikir, Raya. Apa yang kamu perbuat selama ini bikin saya makin ngga suka dan makin benci sama kamu. Dasar tidak tau malu" Jefrian berbicara dengan wajah yang dingin. Dia cukup muak melihat tingkah laku Raya yang semakin menggila.
"Istri saya jauh lebih baik dari perempuan busuk semacam kamu. Mana mungkin saya mau meninggalkan istri saya demi kamu? Jangan harap. Kami sama sekali bukan tipe saya. Saya juga ngga sudi nyentuh kamu seujung kuku pun. Kalau bukan karena saya menghormati Ibu kamu, dan kalau kamu bukan perempuan, saya ngga akan berlama-lama lagi untuk pukul dan tampar kamu. Berterima kasih lah pada Ibu mu karena saya masih menghormati beliau."
Napas Raya tercekat setelah mendengar runtutan kalimat penolakan dengan gamblang Jefrian terhadapnya. "Haha, puas kamu, Jenara? Semua udah ada di pihak kamu. Ibu aku, laki-laki yang aku suka, semua lebih pilih kamu. Puas kamu jalang?!"
"CUKUP RAYA! SAYA NGGA AKAN TINGGAL DIAM UNTUK MULUT KOTORMU ITU BERBICARA LAGI."
Jefrian lepas kendali, dia melepas dekapannya pada Jenara bahkan dengan gerakan yang cukup kasar. Wanita yang masih menangis itu juga tersentak karena tubuhnya sedikit terhempas karena pergerakan Jefrian yang terlalu tiba-tiba dan sama sekali tidak tenang.
Jefrian mencengkram tangan Raya sampai perempuan itu mendesis. "Sakit, mas..."
Jefrian terkekeh sinis, "baru di pegang tangan saya kamu udah meringis? Kemana keberanian kamu itu, Raya?" Tanya Jefrian terdengar jelas sebagai kalimat ejekan untu Raya. Semakin membuat perempuan itu sakit hati. "Rasa sakit karena tangan saya ini tidak sebanding dengan sakitnya hati saya dan istri saya."
"Mas, buka mata kamu. Jangan buta. Aku melakukan semua ini juga demi kamu. Aku melakukan ini karena aku sayang dan cinta sama kamu, serta ingin bebaskan kamu dari perempuan murahan yang selama ini selalu jadi bebanmu itu."
Jefrian melepas cengkaramannya, tidak mau berlama-lama melakukan kontak fisik dengan Raya. Sebab perempuan itu ternyata belum puas bertingkah.
"Mata saya udah terbuka, terbuka sangat lebar. Pengelihatan saya juga bagus, sehingga pandangan saya tentang kamu semuanya gelap. Kamu itu sama sekali ngga ada di mata saya, apa lagi di hati atau hidup saya. Jangan kebanyakan berharap, jangan juga banyak menghayal. Saya ngga akan pernah meninggalkan Jenara untuk kamu." Balas Jefrian tegas. "Satu lagi, sekali lagi kamu nyebut Jenara seperti itu, saya ngga akan segan-segan hajar kamu. Ngga perduli kalau kamu ini perempuan atau anak dari Emak Yaya. Sudah habis sabar saya buat kamu, Raya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Dadakan [END]✅
Fiksi UmumKita tidak pernah tahu apa yang akan semesta lukiskan untuk hidup kita.