✨01✨

5.2K 271 9
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

°Typo bertebaran°


Sinar mentari yang menyelinap masuk melalui tirai jendela mulai mengusik tidurnya Wiradarma. Ia membuka mata dan langsung disuguhi senyum gusi milik putra bungsunya

" Morning Papa "

Wiradarma tersenyum, tidak ada vitamin yang lebih menyehatkan selain hanya dengan melihat senyum Alanka.

" Morning too, Sudah mandi heum? "

Dibalas anggukan antusias. Alanka terkikik ketika Wiradarma menghujani wajahnya dengan ciuman disana-sini.

" Sudah harum sudah pakai minyak telon juga. Sudah papa... Geyii "

Wiradarma menghentikan aksinya, senyum masih tak luntur dari wajahnya yang tak pernah pudar ketampanannya meski usia sudah tak lagi muda.

Tidak lama Bara datang dengan setelan kerjanya, Alanka yang melihat Abang keduanya itu datang segera melompat naik ke tubuh Bara untung saja Bara punya pertahanan yang kuat sehingga dia tidak jatuh tertimpa si bayi besar.

" Hati-hati dong kalau tadi jatuh bagaimana? "

Alanka giggling " Maaf Abang "

Bara mendesah pelan sambil mendudukkan Alanka kembali keatas ranjang. Dari dalam kamar mandi terdengar suara gemericik air.

" Abang mau ke kantor ya? Alan mau ikut "
Ucapnya semangat sambil menghentak-hentakkan badan. Alanka memang sudah sering ikut ke tempat kerja Papanya atau abang-abang yang lain tapi kalau ke kantor Bara sekali saja belum pernah.

Kalau kata Rayyan, kantornya Bara itu besar dan tinggi, punya taman luas yang ada air mancurnya juga. Karena itulah Alanka penasaran dan mau membuktikan sendiri kalau Abangnya yang sering jahil itu tidak bohong.

Bara terdiam, dia sebenarnya ingin mengajak si bungsu ke kantornya tapi dia takut Alanka akan bosan.

" Abang boleh ya? Alan belum pernah tau diajak ke kantornya Bang Bara. Alan janji gak nakal gak rewel juga " Alanka memohon dengan sangat, bibirnya melengkung dan matanya dibesar-besarkan.

" Bawa aja Bar, dikasih mainan sama makanan anteng tu pasti " Sahut Wiradarma yang baru keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk dari pinggang sampai lutut menampilkan perut berkotak delapan yang masih terlihat hot meski umur sudah 50-an

Mendengar itu senyum Alanka merekah, dia bergegas keluar dari kamar Wiradarma sambil bersenandung riang.

Bara mendesah pasrah, biarlah lagipula Alanka juga tidak mungkin 'kan ikut ke kantornya setiap hari. Memang kebetulan saja hari ini sekolahnya mengadakan libur.

" Alanka cepat. Abang ada meeting jam 9 nanti" teriak Bara sembari melihat jam yang melingkar ditangannya. Sudah sepuluh menit tapi Alanka belum muncul juga, anak itu niat ikut atau tidak sih?!

" Alan~ Whoa astaga " Bara memegang dadanya dramatis melihat Alanka keluar membawa keranjang penuh berisi mainan. Demi apapun yang ada didunia ini, mereka mau kekantor bukan malah jualan mainan di pinggir jalan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang