Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.Dirinya tak habis pikir, sakit yang ia kira hanya sakit biasa ternyata lambat laun merusak organ dalam putra bungsunya. Ia merasa gagal menjadi seorang Ayah, dia merasa gagal menjaga titipan terakhir istri tercintanya.
Ia mengurung diri didalam pavilium bertemankan botol-botol beralkohol yang sudah kosong bergelimpangan. Wiradarma bukan seorang peminum terkecuali karena masalah berat yang menghampirinya.
" Kenapa bukan aku saja Tuhan, aku sudah tua. Kenapa harus Putra kecilku, tolong jangan ambil dia dariku. Cukup aku kehilangan Windu saja, jangan dia juga " Wiradarma melirih disela tangisnya yang memilukan. Mungkin dia sudah terlalu jauh dari Tuhan hingga sang pencipta memberinya peringatan seperti ini.
Ponselnya berbunyi, Wiradarma hendak mengabaikan kalau saja matanya tak sengaja melihat nama kontak yang tertera disana. Ia seka airmatanya sembari menggeser ikon telepon.
Suara dari sosok yang menjadi alasannya menangis dan mabuk malam ini terdengar lembut disana
" Papa? Papa dimana "
" Little Prince, kau sudah sadar Son? "
Alanka balas bergumam menghadirkan senyum lega diwajah tampan Wiradarma
" Papa disini sepi " adunya manja diiringi nada gelisah, Wiradarma menegakkan duduknya.
" Theo kemana Nak? Bukannya dia sama kamu " tanyanya khawatir, ia lirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh lima menit.
" Alan mau jeruk, Bang Theo beliin tapi tadi katanya bentar sampai sekarang gak balik "
" Papa kesana sekarang, Alan sabar sebentar " Wiradarma meraih Coat-nya, keluar dari paviliun dengan langkah tergesa menuju garasi dan secara asal memasuki mobil yang ternyata didalamnya juga ada Devin.
Devin tertegun melihat siapa yang tiba-tiba duduk di kursi pengemudi.
" Papa? "
" Devin. Kamu mau kemana "
Ayahnya sudah tidak marah lagi, syukurlah meski cara bicaranya masih terdengar ketus.
" Kami mau ke rumah sakit Pa . Ray lagi ngambil boneka Alan "
Wiradarma mengangguk, beberapa detik kemudian Rayyan datang dengan tas penuh mainan si bungsu dan Mr. Kuma dalam dekapan. Alisnya terangkat melihat entitas kepala keluarga Anggawirya.
" Cepat masuk, Papa yang nyetir " titahnya datar karena sebenarnya dia masih kecewa dengan kedua putranya ini.
Rayyan menurut bergegas masuk ke mobil setelah Devin membukakan pintu untuknya. Mobil yang terisi oleh tiga orang yang masih bersitegang melaju meninggalkan mansion menuju Wirya Medical Center
---------
Alanka sedang bosan, sudah sepuluh menit sejak Wiradarma bilang dia akan kemari dan Theo yang tadi pergi membelikan jeruk tak juga kembali hingga detik ini. Si mungil itu kesepian, duduk diatas hospital bed sambil mengayunkan kaki. Oxygen mask berganti nassal canulla dan kata Dr. Rexy--Alanka belum terlalu akrab dengan dokter baru ini--tidak boleh dilepas meski dia merasa nafasnya sudah membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANKA|2
FanfictionAlanka dicintai semua orang lantas bagaimana jadinya ketika ia menjadi target pembunuhan atas nama dendam? . . Bersambung ke Alanka|3 ⚠️Baca sesuai urutan! FAMILY BROTHERSHIP OTHER CAST NEW CHAPTER! Pic!Pinterest