🍁21🍁

899 77 1
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Prakasa tidak sanggup meski saat ini dirinya sudah berdiri diseberang jalan, tampak didepan mata berdiri gerbang kokoh mansion Anggawirya yang dijaga ketat oleh empat bodyguard dengan fisik selayaknya atlet MMA, dua disisi kiri dan dua disisi kanan.

Penjagaannya semakin ketat, sulit untuknya menerobos masuk. Didalam pasti lebih banyak lagi pria berpakaian serba hitam yang berjaga disetiap sudut, walau dirinya bertamu dengan cara baik-baik tetap saja ia tidak akan terima karena polisi sudah memperingatinya untuk menjauhi mansion Anggawirya dalam radius 2 kilometer.

" Huh gue gak bis...... " Prakasa tersentak ketika ponselnya bergetar. Sudah cemas karena mengira yang menelpon adalah Bigboss namun yang tertera adalah nama salah satu rekannya di resto.

"Lama banget sih, Lu dimana sa? "

Prakasa tak langsung menjawab, sibuk menetralkan jantung yang berdegup dua kali.

" Sa. Lu denger gue gak sih? Boss Devin nyariin lu, lu jangan gak masuk lagi. Lu mau dipecat hah? Pokoknya lu cepat kesini atau share loc biar gue jemput "

" Prakasa! "

Ia tersentak, meringis karena sebelah gendang telinganya hampir pecah karena teriakan temannya itu.

" Kasih gue waktu lima belas menit. Gue kesana sekarang, bilangin dulu kalau gue lagi di apotik " Prakasa lekas menjauh, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuknya menjalankan misi dari Bigboss.

Sebelum ke resto, ia singgah dulu di toko obat agar alasannya tadi masuk akal.

--------

Ival menepis tangan Beverly yang tiba-tiba merangkulnya manja. Semua mata memperhatikan bagaimana Ival dengan kasar mendorongnya hingga terduduk. Tak lama Callista menghampiri dan membantu Beverly berdiri menatap tak suka pada Ival yang sudah bertindak keterlaluan pada sepupunya.

" Kok lu kasar sih sama cewek?! " Gertak Callista, Beverly memasang raut muram yang membuat perut Ival serasa diaduk, memuakkan.

" Cukup ngejar-ngejar gue Ly. Masih ada cowok yang lebih sempurna, ingat lu udah punya Christian, dia sayang sama Lu. Jangan kecewain dia "

Beverly menarik nafas, tidak senang karena nama laki-laki itu yang kini menjadi tunangannya disebut-sebut. Dia akui Christian memang tampan, tubuhnya atletis, banyak wanita memujanya dan Christian selalu memberikan apapun yang dia mau tanpa terkecuali. Christian mencintainya setulus hati tapi Beverly sama sekali tidak.

" Gue sama dia cuma dijodohin. Gue gak cinta sama dia, gue masih sayang sama Lu Val. Cuma lu satu-satunya, gue gak bisa lupain lu. Christian cuma ATM berjalan, gak lebih "

Ival tidak ingin merespon apapun, apalagi ketika dirinya melihat Christian tak jauh dibelakang Beverly, mustahil untuknya tidak mendengar kalimat tunangannya tadi.

Christian berbalik, Starbucks yang tadi ditentengnya dilempar begitu saja ke dalam tong sampah.

" Gue gak bisa. Ada hati yang harus gue jaga "

Beverly mendongak

" Hati siapa yang lu jaga? Lu udah move on dari gue? " Tanyanya remeh, setelah itu dia tertawa

" Lu bohong 'kan Val? Lu masih sayang sama gue. Gue juga, kenapa kita gak balikan aja? " Lanjutnya

Ival menggeleng menunjukkan foto seorang gadis cantik yang menjadi lockscreen hpnya. Beverly terbelalak tak percaya

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang