🌼37🌼

781 78 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Seperti biasa kantin menjadi spot terfavorit setiap siswa. Tidak terkecuali untuk Galih, Hansen, dan Aldi, tiga serangkai itu sejak bel pertama tadi sudah menempati satu meja yang jadi teritorial mereka.

Tidak. Mereka bukan membolos, guru yang seharusnya mengajar tidak hadir hari ini dan menyebabkan jamkos sampai tiga jam kedepan.

" WOII " Seru Aldi tiba-tiba

" Siapa sih? " Tanya Hansen tanpa memalingkan wajah dari ponselnya.

Sosok yang dipanggil menoleh ketika Galih melambaikan tangan, ia berjalan mendekat.

" Pakabar bro. Abis darimana? Itu apa? " Seru Aldi sok akrab menunjuk map yang berada ditangan kiri sosok bertopi hitam tersebut.

" Oh ini tadi disuruh Om Wira buat ngurusin masalah sekolah Alan " Jawabnya enteng yang mengundang rasa penasaran dari tiga remaja laki-laki didepannya.

Bahkan Hansen yang terkenal paling tidak suka diganggu saat bermain game mengabaikan ponselnya yang terus berteriak YOU LOST

" Masalah sekolah? " Beo Galih dengan kening berkerut heran.

Orang itu--Zero--mengangguk, membuka ponselnya dan menunjukkan video singkat dimana Alanka sedang digendong oleh Fajar.

" Biasa kali, Alan kan emang dimanjain banget sama Abang-abangnya" tanggap Aldi santai yang diangguki oleh Galih dan diacungi jempol dari Hansen.

Zero menghela nafas

" Sekarang situasinya sedikit berbeda. Alan harus mengandalkan kaki papa atau abangnya untuk bawa dia kemana-mana "

Aldi dan Galih saling pandang masih tidak paham dengan apa yang sudah menimpa sahabat mungil mereka.

Namun berbeda dengan Hansen yang mulai menyadari sesuatu.

" Zer, jangan bilang... "

Zero tersenyum tipis lalu mengangguk perlahan. Hansen nyaris menahan nafas menutup mulut dramatis.

" Hah kenapa? " Tanya Galih dan Aldi hampir bersamaan, memandang heran pada Hansen dan Zero yang seperti berbicara melalui telepati.

" Pulang sekolah nanti kami mau jenguk Alan bisa kan Zer? "

Zero bergumam mengiyakan.

----------

Alanka kini berada disebuah kamar bertema Kucing. Ini bukan kamarnya dengan desain baru melainkan kamar yang sengaja disiapkan oleh Kakek Simon untuk cucu kesayangannya.

Setelah membeli sebuah rumah mewah dengan harga tidak kaleng-kaleng, ia langsung menyiapkan kamar ini untuk si cucu terakhir.

Baginya, Alanka sangat mirip dengan kucing. Manis, menggemaskan, dan membutuhkan perlindungan serta semua orang menyayanginya. Karena itulah Kakek Simon memilih tema tersebut.

Daripada Alanka kesepian meski di mansion Anggawirya tak terhitung maid dan butler berlalu lalang, Kakek Simon mengutus James untuk membawa Alanka ke rumahnya sekaligus menunjukkan kamar yang sudah ia persiapkan yang untungnya mendapat respon baik. Bahkan anak itu betah sekali.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang