🐾48🐾

708 56 5
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.


Tubuh mungil meringkuk bagai janin, merintih sakit tiap kali keringat yang bercucuran terkena luka yang dibiarkan begitu saja dan mungkin sudah infeksi. Perut berbunyi mendesak untuk diisi. Alanka kesakitan, ketakutan, kelaparan, dan kehilangan harapan. Selama ini dia sudah terlalu banyak merepotkan mereka, dia memang lemah, terbiasa dimanjakan jadi mungkin saja mereka sedang bersenang-senang sekarang tanpa dirinya.

Airmata Alanka kembali luruh, berbagai hal negatif memenuhi pemikirannya. Dia terkurung ditempat mengerikan ini tanpa tau alasannya, setiap sosok bertopeng itu datang menyiksanya lalu keluar setelah puas.

" Arrrghhh " Alanka mengerang, tiba-tiba kepala manekin mirip dirinya yang tak jauh darinya jatuh terpenggal. Kepala manekin menggelinding kearahnya dan membuat si bungsu Anggawirya menjerit hebat sampai terbatuk dan mempersulit jalur pernafasan.

" Papa tolong! Abang tolong hiks Alan takut! Om monster jahat, keluarin Alan dari sini. Alan mohon, Alan janji gak akan macam-macam, Om Asa tolongin Alan.. huwaaaa "

Ditempat persembunyiannya, Bigboss terkekeh. Ia melihat dan mendengar semua yang terjadi karena ruangan itu sudah ia pasangi kamera dan perekam disetiap sudutnya. Padahal hanya sebuah manekin tapi sudah membuat mental putra bungsu Wiradarma tersebut terguncang hebat.

Prakasa disampingnya melirik diam-diam sosok yang baru beberapa hari ini ia ketahui wajah dibalik topengnya, ada sedikit rasa iba dan keinginan kuat untuk menyelamatkan Alanka namun disisi lain nyawanya ikut terancam apabila dia nekat.

" Aish berisik sekali, Prakasa paksa dia meminum obat ini " Geram Bigboss akibat Alanka yang tidak berhenti berteriak histeris sembari memberikan dua butir obat, Prakasa menerimanya dengan kening berkerut heran.

Bigboss menghela nafas berat
" Astaga itu hanya obat tidur, aku tidak akan membiarkan anak itu mati sebelum bedebah itu datang kepadaku " dapat ia dengar hembusan nafas lega dari pemuda yang selama ini membantunya.

---------

Ujian semester telah memasuki hari terakhir dan Rayyan tidak yakin apakah ia bisa mendapat nilai terbaik sementara otaknya terus berkecamuk memikirkan keadaan adik sematawayang yang masih hilang hingga detik ini.

Memasuki mansion dengan langkah gontai, semenjak hilangnya Alanka. Tempat yang dikata semua orang adalah istana keluarga ini terasa mati, bahkan para maid dan butler hanya datang lalu pulang setelah menyelesaikan pekerjaan masing-masing mungkin tidak tahan akan suasana mencekam.

Setelah berganti seragam, Rayyan hendak pergi mencari sang adik kemana saja walau hingga ujung pulau sekalipun sebelum langkahnya terhenti oleh panggilan di sulung

" Mau kemana Ray? Makan dulu. Abang udah siapin nasi goreng udang kesukaan kamu "

Rayyan bimbang, bagaimana bisa dia makan sementara adiknya pasti tengah kelaparan diluar sana. Devin yang mengerti kegundahan si bungsu gagal itu menepuk pundak yang lebih muda menuntunnya menuju meja makan, Rayyan hanya bisa pasrah tak bisa dipungkiri juga sebenarnya sejak tadi perutnya berteriak lapar minta diisi.

" Kalau kamu sakit, kamu gak akan bisa cari Alan. Jangan dimainin gitu nasinya Ray, cepat habiskan " tegur Devin yang melihat Rayyan hanya menyendok-nyendok nasi tanpa berniat memasukkannya kedalam mulut.

" Bang, gimana kalau Adek gak pernah ketemu? "

" Gak ketemu gimana maksud kamu? "

Rayyan tidak lagi menjawab, mengunyah tanpa semangat nasi goreng udang favorit yang kini terasa hambar dilidahnya.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang