🐾50🐾

1.2K 62 1
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.


Lampu diatas pintu ruang operasi telah berwarna merah menandakan operasi yang dilakukan sedang berlangsung. Mereka menunggu dalam harap dengan perasaan gelisah, merapalkan doa pada sang Kuasa untuk menyelamatkan Alanka yang tengah berjuang disana.

Selama itu pula Wiradarma tak bisa tenang, berjalan bolak balik sampai Ival jengah melihatnya, ia tuntun pria itu untuk duduk di kursi tunggu keluarga pasien mengusap punggung tangannya bermaksud menguatkan, keajaiban itu pasti ada dan dia yakin adik bungsunya pasti selamat.

" Wira, lebih baik kau obati lukamu " Oma Taravina memandang cemas menantunya, melihat luka disudut bibir yang sudah mengering. Luka itu dia dapatkan karena ia berusaha menahan Bara yang mengamuk secara tidak sengaja Bara menyikutnya hingga hadirlah luka ini.

Bara sendiri sudah digelandang ke kantor polisi untuk diminta keterangan sekaligus memberi kesaksian bersama Prakasa yang saat itu tertangkap basah hendak melarikan diri oleh salah seorang bodyguard yang berjaga.

Wiradarma seakan merasa kehilangan dunianya, Bara mungkin saja akan diadili karena tindakannya yang sudah membabi buta menembaki Bigboss hingga tak bernyawa, sedangkan Alanka kini terbaring di meja operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang ditubuhnya.

Setidaknya mereka masih mempunyai harapan tapi bukan berarti mereka bisa tenang begitu saja.

" Pasien bernama Alanka Kenza Anggawirya, putra bungsu dari direktur kita. Berumur 14 tahun menerima luka tembak dibagian atas perut tepat dibawah paru-paru kiri. Kita punya waktu lima jam untuk menyelamatkan nyawa pasien, lakukan dengan baik jangan lakukan kesalahan sedikitpun. Tidak ada pertanyaan saya anggap semua mengerti, Anestesi mulai.. " Dr. Rexy yang memimpin jalannya operasi menerima pisau bedah dan mulai melakukan sayatan setelah Dr. Leon selesai memberikan bius total.

Meski Alanka saat dibawa kemari sudah dalam keadaan tak sadarkan diri tapi anestesi tetap dilakukan untuk mengantisipasi pasien terbangun ditengah-tengah operasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski Alanka saat dibawa kemari sudah dalam keadaan tak sadarkan diri tapi anestesi tetap dilakukan untuk mengantisipasi pasien terbangun ditengah-tengah operasi.

Seorang petugas kamar jenazah bersama Arthur menghampiri anggota keluarga Anggawirya yang tengah berkumpul

" Pelaku sudah selesai dibersihkan dan selama menunggu pihak keluarga datang mengambil jenazah untuk dimakamkan. Apa diantara kalian ada yang ingin melihat wajah pelaku? " Lapor Arthur diakhiri pertanyaan memandangi satu persatu wajah mereka

Mendengar itu Rayyan bangkit berdiri sembari menghapus kasar airmatanya, tatapannya berubah dingin

" Aku mau! Aku mau melihat wajah bedebah brengsek yang sudah membuat hidup adikku jadi berantakan "

" Direktur lebih baik anda juga ikut " ujar petugas jenazah tadi karena bagaimanapun pelaku jugalah bagian dari Wirya Medical Center

Arthur mengangguk mempersilakan Rayyan dan Wiradarma untuk mengikutinya, Devin beserta adik-adiknya yang lain bersama Ival dan Fajar bertahan ditempat. Sementara Theo menemani Oma Taravina ke kantin rumah sakit.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang