☁️11☁️

1.2K 110 2
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.


Kembalinya Alanka ke sekolah disambut antusias oleh teman-teman sekelasnya. Mereka menyiapkan kejutan karena sehari sebelumnya sang ketua kelas diberitahu oleh wali kelas kalau besok maksudnya hari ini siswa termuda yang dijuluki sebagai bayi jenius akan masuk sekolah sehingga Hansen langsung memberitahu dan mengarahkan teman-temannya untuk membuat kejutan kecil-kecilan.

Confetti dan tiupan terompet tahun baru menyambut Alanka yang baru membuka pintu kelasnya, mata kucingnya mengerjap polos, Galih teman sebangkunya membawakan kue dengan lilin menyala diatasnya. Walau kebingungan, Alanka tetap meniup lilin tersebut sampai padam.

" Akhirnya bayi jenius kita balik gaes " Ujar Arlan sambil mencubit pipi Alanka yang menggembung karena sibuk mengunyah brownies cake. Matanya mengedar melihat bagian atas papan tulis yang sudah dihiasi bentangan pita dan balon berbagai warna juga grafiti bertuliskan Welcome Back Alanka di papan tulis. Tau siapa yang buat tentu saja Arlan.

Sekedar informasi saja, SMA Wirya memisahkan gedung antara perempuan dan laki-laki. Jadi jangan heran kalau dikelas Alanka isinya laki-laki semua. Gedung laki-laki berada di bagian Utara dan Gedung perempuan ada di sebelah Selatan. Begitupun dengan guru yang mengajar.

" Alan mau duduk 'kan? Sini biar Gue gendong " tawar Galih sehabis menyerahkan brownies cake-nya pada Hansen yang pada langsung mengerubuti si ketua kelas demi ikut merasakan brownies yang mereka beli dari hasil patungan.

" Gak perlu, Alan bisa jalan sendiri kok "

Galih mengabaikan, ia gendong tubuh mungil itu ala koala dan berjalan menuju tempat mereka berdua lalu mendudukkan Alanka di bangkunya sendiri. Ia juga menyiapkan buku-buku untuk pelajaran pertama. Alanka diam saja, dia terbiasa dimanjakan seperti ini. Bukan hanya dari keenam abangnya tapi juga teman sekelasnya terutama Galih.

" Makasih Galih baik " Alanka tersenyum lebar menampilkan gusi merah muda dan deretan gigi bersihnya yang rapi. Galih terkekeh gemas dan mengusak rambut yang paling muda.

Tidak lama pelajaran pertama dimulai.

--------

Rayyan datang ke kelas Alanka bermaksud mengajak adiknya makan di kantin bareng tapi setelah mengintip di jendela ada Pak Wahyono, si guru lelet. Rayyan mengurungkan niatnya dan pergi ke Kantin sendirian menyusul teman-temannya yang sudah menunggu.

Sehabis makan dia balik lagi ke kelas Alanka dan benar saja Pak Wahyono masih sibuk menjelaskan abai pada siswa yang sudah kehilangan fokus, saking tajamnya pendengaran Rayyan, dia bisa mendengar bunyi keroncongan dari perut-perut siswa kelas sepuluh akibat cacing-cacing yang memberontak minta diberi makan.

Ia melihat Alanka yang sedang menulis entah apa, Rayyan tau anak itu pasti bosan sementara Galih sudah meletakkan kepalanya diatas meja, pasti tertidur.

Pak Wahyono memang dikenal sebagai guru matematika paling lelet. Dia mengajar tak kenal waktu contohnya seperti sekarang bahkan jam istirahat akan berakhir lima menit lagi dan Rayyan yakin Alanka khususnya tidak akan sempat pergi ke kantin jadilah dia berinisiatif membelikan dua kotak susu dan sebungkus biskuit.

" Abang, tadi Pak Yono lama banget. Alan jadi lapar tau " kesal si bungsu sambil memakan biskuit dan meminum susu pemberian Rayyan. Mereka hanya berdua sebab teman sekelas Alanka yang lain pada pergi ke kantin.

" Iya Dek, Pak Yono kan emang gitu. Eh itu cepat dihabisin, kalau mau lagi Abang beliin "

Alanka menggeleng.

" Seneng gak sekolah lagi? "

Kali ini sebuah anggukan diterima, Rayyan balas tersenyum sambil mengelap sudut bibir Alanka dengan tisu.

Tidak lama bel tanda istirahat berakhir terdengar nyaring, teman-teman Alanka sudah kembali bersama guru pelajaran selanjutnya.

Rayyan tidak menyadari karena posisinya yang membelakangi papan tulis.

" Itu ada murid baru di kelas kalian? " Suara berat Pak Lana mengejutkan Rayyan, ia segera bangkit dan mengusap lehernya canggung lalu membungkukkan badan keluar dari kelas Alanka namun langkahnya terhenti ketika Guru Bahasa Inggris itu memanggilnya.

" Sekalian tolong taruh ini di meja saya ya " Pintanya sambil menyerahkan mesin tik kepada Rayyan.

Satu lagi, guru unik dari SMA Wirya.

-----------


Langkah Alanka menuju parkiran motor dicegat oleh tiga siswi yang juga seangkatannya. Tadi Rayyan menyuruhnya untuk menunggu sebentar di parkiran sementara dirinya mengembalikan buku di perpustakaan. Tau-tau dirinya malah dicegat oleh siswi yang dia tau mereka menaksir abangnya satu itu. Paham kok Rayyan ganteng tapi mana mau Alanka punya kakak ipar modelan macam mereka, cantik sih tapi genit.

" Calon Adek ipar. Tolong ya kasih ini ke calon suamiku " Jenira, si cewek yang hobinya gonta-ganti gaya rambut ini menyodorkan sebungkus coklat yang sudah dihiasi pita dan sebuah note bertuliskan ' Coklat ini adalah bukti bahwa ada yang mengagumi dari jauh'

" Kasihin ini juga ya Alanka yang paling lucu buat Bang Rayyan " Ujar Cherry memberikan sekotak pulpen yang sudah ditempeli stiker kelinci dan barbel. Benar-benar menggambarkan seorang Arrayyan Fariza Anggawirya.

" Apaan tuh? Kok pulpen. Gue dong elit, coklat terbaik dari Belgia. Oleh-oleh dari Papi nih " Sombong Jenira tapi ketika Jenika, kembaran tidak seirasnya menunjukkan sekotak jam tangan yang pasti harganya puluhan kali lipat diatas harga coklat Belgia.

Jenira terbelalak

" Kok Lu.. curang ish "

Gantian Jenika yang tersenyum sombong.

Sekarang si kembar itu malah terlibat tarik-menarik rambut. Alanka cukup terkejut sampai Rayyan kembali dan hanya melirik sejenak dua orang itu jambak-jambakan dan Cherry yang sibuk melerai mereka berdua.

Rayyan mengambil sekotak pulpen, coklat, dan jam tangan dari pegangan Alanka lalu menaruhnya begitu saja diatas tanah. Menggendong si kecil dengan gerakan cepat dan berlari kilat menjauhi mereka bertiga. Maaf saja, Rayyan tidak mau terlibat dengan urusan perempuan. Ribet.

" Loh eh kok.. Yaaaah ditolak. Percuma dong gue ngendap-ngendap kamar Papi buat ambil jam tangannya. "

" Oh jadi ini punya Papi, wah gue aduin ye "

" Dih dasar Kembaran sialan "

Sedangkan Cherry menatap nanar sekotak pulpen miliknya padahal tadinya dia berpikir kalau Rayyan menulis dengan pulpen ini pasti Rayyan akan selalu ingat dengan pemberinya. Sederhana tapi mengandung makna yang dalam dan berguna juga pastinya.

--------

Terimakasih buat yang sudah setia sama buku ini, sengaja publish hari ini karena..... Ya pengen aja.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang