✨09✨

1.5K 132 5
                                    

Sebelum/sesudah baca, ada baiknya di Vote dulu yekan!
.
.
Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Ardevino membanting pintu klinik mansion Anggawirya, inilah yang dijadikan tempat perawatan sementara apabila ada yang sakit atau terluka, mengejutkan seorang pemuda yang sedang tertidur diatas brankar, perban melilit kepala, kaki, dan tangannya dan beberapa luka lebam lain yang tampak.

Prakasa ditemukan oleh Chef Morgan dan langsung dibawa ke klinik, ia menolak untuk kerumah sakit meski luka-luka ada disekujur tubuhnya. Chef Morgan memanggil seorang dokter kenalan ke mansion untuk mengobati asisten yang baru bekerja dengannya semenjak empat hari lalu.

" Tuan muda Ughh " Prakasa memaksakan untuk bangun namun Devin mendorong bahunya untuk tetap berbaring. Dia datang kemari atas perintah Wiradarma dan ingin membicarakan hal penting.

" Ba-bagaimana keadaan Tuan muda Alanka? "

" Jantungnya bermasalah dan kau penyebab dari semua ini, Prakasa " Devin menjawab dengan nada dingin dan tatapan datarnya. Disisi tubuh, tangannya terkepal ingin menghajar orang yang sudah membuat Adik terkecilnya jadi seperti ini namun dirinya sadar akan kondisi Prakasa dan tak ingin semakin memperburuk suasana.

Prakasa menunduk namun bukan penyesalan yang tampak diwajahnya, tanpa disadari oleh Devin, sebuah smirk justru terbit.

" Kau tidak lagi diperbolehkan bekerja disini tapi jangan khawatir, kau akan bekerja denganku di salah satu cabang restoranku. Tentunya dengan pengawasan penuh dariku. Setelah kau pulih silakan kemasi barang-barangmu dan kau akan pindah, tenang saja Prakasa. Papa terlalu baik jadi dia sudah menyiapkan satu unit apartemen untukmu "

Prakasa mengangguk, dia tersenyum dan apabila mungkin ada yang menyadari senyuman itu bukanlah sebuah ketulusan.

" Ikuti saja alurnya, jangan gegabah dan kita akan menjadi pemenang "

-----------

Sebenarnya kondisi Rayyan juga belum terlalu membaik, dia baru saja lepas infus dimalam itu. Hari ini dia memutuskan untuk membolos meski tadi sempat dilarang tapi bukan Rayyan namanya kalau tidak membangkang, akhirnya Bara mengijinkan dan hanya boleh satu hari saja.

Alanka masih terlelap damai, dia menangis karena merasa panas dan sakit dibagian dadanya dan baru bisa tertidur sekitar jam 3 pagi. Oma Taravina memandang sendu wajah cucu yang terakhir kali ia lihat saat bayi dulu, wajah yang mengingatkannya pada mendiang Windu.

" Badanmu bagus sekali Ray, padahal dulu kamu cuma balita kecil yang masih suka meninggalkan liur dimana-mana" Oma Taravina terkekeh mengenang masa lalunya, Rayyan yang mendengar kelakuan memalukan masa kecilnya dulu hanya bisa menutup wajahnya dengan buku.

Jangan jijik dulu, saat itu dia balita jadi masih wajar kan. Sekarang Rayyan sudah menjelma menjadi sosok laki-laki tangguh yang siap melindungi keluarganya.

" Ival sayang gak sama Adek? " Tanya Oma Taravina memandang Ival yang sedang berbaring di sofa panjang sambil bermain ponsel.

" Oma kenapa tanya yang jawabannya udah pasti sih? "

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang